Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Antara/Hafidz Mubarak
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Antara/Hafidz Mubarak

SBY Curhat Dilukai Sahabat Lewat Medsos

Anggi Tondi Martaon • 18 Maret 2021 20:07
Jakarta: Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali muncul ke permukaan usai konflik internal memanas. Kali ini, mantan Ketua Umum (Ketum) Demokrat itu mengeluarkan curahan hati melalui tulisan.
 
"Selama 20 tahun aku juga ikut bersamanya. Sesuatu yang tak pernah kubayangkan bahwa itu bakal terjadi," kata SBY saat dikutip dari tulisan berjudul 'Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Lambat, Tapi Pasti,' Kamis, 18 Maret 2021.
 
Tulisan itu diunggah di beberapa akun media sosial (medsos) SBY dalam bentuk audio visual. SBY bercerita mengenai cobaan yang begitu berat, yakni Kongres Luar Biasa (KLB) Sibolangit, Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut).

Baca: Andi Mallarangeng: Jhoni Allen Baru Kritis Setelah Datang Pembeli Partai
 
Dia menyebut KLB Partai Demokrat sangat melukainya. Apalagi, hal itu dilakukan sahabat separtai yang selama ini berjuang membesarkan Demokrat.
 
Berikut tulisan lengkap SBY yang diunggah ke beberapa akun media sosialnya:
 
KEBENARAN & KEADILAN DATANGNYA SERING LAMBAT, TAPI PASTI
 
Malam itu Cikeas bagai kota mati. Atau seperti dusun kecil yang terbentang di kaki bukit yang sunyi. Suasana sungguh mencekam, hening dan sepi.
 
Ketika kubuka jendela di dekat sajadah mendiang istriku, yang sedikit lusuh namun menyimpan kenangan yang teramat dalam, yang kini menjadi teman setiaku ketika aku bersujud ke pangkuan Illahi, di kejauhan kupandangi langit yang pekat kehitaman. Tak ada cahaya rembulan atau gemerlapnya bintang-bintang. Rintik hujan yang turun sejak senja haripun kini telah pergi. Tinggal derak pohon dan dedaunan yang terdengar lirih berdesir... pertanda angin malam masih menyapa dan menghampiri.
 
Kututup kembali jendela tua di kamarku, dan aku mencoba untuk merebahkan diriku di ranjang, mengingat jam dinding telah menunjukkan angka dua belas. Namun, entah mengapa, sulit sekali memejamkan kedua mataku. Hatiku terjaga, pikiranku mengembara.
 
Aku bangkit kembali dari tempat tidurku, dan duduk di kursi coklat tua tepat di depan televisi lamaku. Sepertinya, aku harus menata hati dan pikiranku yang tiba-tiba terbang ke mana-mana. Nampaknya pula aku harus bertafakur, berkontemplasi, seperti yang sering kulakukan di sepanjang perjalanan hidupku. Terutama ketika aku tengah menghadapi cobaan dan ujian Tuhan.
 
Di keheningan malam itulah, aku berkontemplasi untuk mencari hikmah dari cobaan baru yang kualami. Dalam kekuatan iman yang kumiliki, aku bertanya kepada Sang Pencipta, juga mengadu, mengapa cobaan ini mesti datang seperti ini. Perbuatan dan perlakuan sejumlah "sahabat" yang sangat melukaiku. Juga melukai orang-orang yang setia, yang mencintai dan berjuang di sebuah perserikatan partai politik, yang selama 20 tahun aku juga ikut bersamanya. Sesuatu yang tak pernah kubayangkan bahwa itu bakal terjadi. Sesuatu yang menabrak akal sehat, etika dan budi pekerti. Juga bertentangan dengan sifat keperwiraan dan kekesatriaan.

 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan