RA Kartini merupakan sosok inspiratif bagi kaum hawa se-Tanah Air. Semasa hidupnya, ia berjasa dalam memperjuangkan status sosial hak para wanita di Tanah Air dalam penjajahan Belanda.
Untuk mengenang jasanya, pemerintah menetapkan Hari Kartini sebagai Hari Nasional. Hal itu dibuat dalam Keputusan Presiden (Keppres) 108/1964.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Adapun peringatan Hari Kartini jatuh pada 21 April. Hari Kartini ditetapkan sesuai dengan hari kelahiran RA Kartini pada 21 April 1879.
Ada berbagai cara untuk menyambut Hari Kartini yang jatuh pada hari ini, Kamis, 21 April 2022. Salah satunya, membaca dan juga membagikan puisi mengenai Kartini ke keluarga, teman-teman, atau orang-orang terdekat Anda.
Berikut ini contoh kumpulan puisi seputar Kartini dari berbagai sumber:
1. Kartiniku Kini
oleh Mochammad RidwanSaat pena kau tempelkan secarik kertas
Tersusunlah kata-kata sukam meretas
Membawa perubahan awal sepintas
Hingga kaummu menyambut penuh antusias
Kini wahai Kartiniku
Kaummu seakan melupakanmu
Tersibuk dengan lautan ambigu
Terlupa akan sebuah perilaku
Wahai Kartiniku ini
Tidaklah mentari leupa menanti pagi
Saatnya dirimu membekali literasi
Saatnya dirimu penuh inovasi
Wahai Kartiniku kini
Sudahkan dirimu menyelami diri
Mencari dimana peradaban nanti
Mengikuti aliran tsunami teknologi
Sepatah tulisan membawa pesan
Sebarisan kalimat membuyarkan angan
Sebait paragraf merubah peradaban
Majulah Kartiniku kini tuk kemajuan zaman
2. Perempuan itu Buku
oleh Sio HutasoitApa kau tahu? Jika perempuan itu Buku.
Tintanya biru teduh.
Perempuan itu Gudangnya Ilmu.
Isinya tak hanya asmara candu, namun arti dari tulus Pengorbanan tanpa keluh.
Walau dituntut harus sempurna sungguh, Namun…
Perempuan tahu nikmatnya berdiri teguh, tanpa kompromi waktu.
Di dalam Buku akan kau temukan cerita tentang cinta yang utuh.
Walau hidup tak semanis madu, tangis menderu bahkan sakit berdentum.
Tapi tak pernah ia tulis bahwa hidup sepahit empedu.
Hanya ada bait tentang nyanyian syukur.
Sayangnya, Buku itu tak bisa kau beli dengan sekuntum bunga warna ungu.
Tapi tawarlah dengan rindu yang sudah kau pupuk.
Tenang saja, tak perlu ragu…
Karena, dari buku itu akan kau temukan bahwa perempuan adalah pangkal restu
Juga sajak-sajak tentang doa ibu
Yang tiap hari ia tulis dengan tangguh
Perempuan tak pernah layu
Perempuan itu Buku
Perempuan itu aku.