Jakarta: Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta Morina Harahap mengaku kesulitan menangani imigran yang mengungsi di sepanjang trotoar depan kantornya. Penanganan pengungsi imigran butuh koordinasi senua pihak yang berwenang.
"Pihak lain mesti koordinasi yang kaitannya dengan IOM (International Organization for Migration) karena kami sebenarnya hanya sebagai pengawas, bukan yang memfasilitasi imigran itu," ujar Morina kepada Medcom.id, Jakarta, Jumat, 16 Maret 2018.
Tempat penampungan imigran merupakan fasilitas dari IOM. Sayangnya IOM saat ini tak memiliki tempat untuk menampung ratusan pengungsi imigran yang menggelandang di trotoar.
"Imigran difasilitasi IOM dan harus diregistrasi oleh Rudenim terlebih dahulu. Sekarang kalau saya registrasi tapi IOM tidak ngasih, mau ditaruh di mana? Mereka kan perlu tempat. Kalau di dalam desak-desakan, ada konflik, dan terjadi kerusuhan, bagaimana?" ungkap Morina.
(Baca juga: Kelebihan Kapasitas, Rudenim Kalideres Sulit Tampung Imigran Lagi)
Meskipun tugas Morina hanya mengawasi, namun ia merasa iba terhadap para imigran di sepanjang trotoar. Ia mengaku telah berusaha mengupayakan yang terbaik bagi seluruh imigran, meski sulit karena ia hanya memiliki 44 personel.
"Saya sebenarnya kasihan lihatnya. Ada anak-anak kecil juga di sana, tapi saya enggak berdaya," ucapnya.
Kondisi Pengungsi Imigran
Mengenai kondisi imigran yang tinggal di trotoar, Morina tak mengetahui secara detail. Morina hanya hapal kondisi imigran yang berada di Rudenim.
Dari 471 imigran yang mendapatkan pelayanan dan fasilitas di Rudenim, sebut dia, ada lima imigran yang terdeteksi mengidap penyakit TBC (Tuberculosis). Menyadari penularan TBC yang cukup mudah melalui udara, ia berkoordinasi dengan IOM untuk menindaklanjuti pengidap TBC. Selanjutnya, kelima imigran tersebut dibawa ke rumah sakit sekitar Tangerang untuk dirawat.
Sementara berdasarkan informasi yang didapatkan Medcom.id dari warga setempat, ada seorang pria imigran yang tinggal di trotoar menderita kusta. Morina membenarkan informasi tersebut.
"Kalau di luar ada satu yang kusta itu langsung koordinasi dengan IOM dan dibawa ke rumah sakit," kata Morina. Namun, ia enggan memberitahukan di rumah sakit mana imigran penderita kusta itu dirawat.
(Baca juga: Imigran di Trotoar Kalideres Kini Ratusan)
Morina berharap permasalahan imigran yang terlantung di trotoar dapat segera terselesaikan dengan adanya tindakan cepat dari semua pihak, terutama IOM. "Kan ada organisasi internasional yang mewakili mereka untuk menangani ini," imbuhnya.
Terkait tindak lanjut persoalan pengungsi imigran di depan kantornya, Morina telah menggelar rapat dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Rapat tersebut membahas pendataan dan penanganan para pengungsi, termasuk pencarian tempat penampungan sementara beserta perizinannya.
"Terakhir rapat minggu lalu di Rudenim dan masih didiskusikan. Minggu besok mungkin diupayakan. Cuma kan enggak semudah yang dibayangkan untuk mengatasi persoalan rumit ini," pungkasnya.
Jakarta: Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta Morina Harahap mengaku kesulitan menangani imigran yang mengungsi di sepanjang trotoar depan kantornya. Penanganan pengungsi imigran butuh koordinasi senua pihak yang berwenang.
"Pihak lain mesti koordinasi yang kaitannya dengan IOM (International Organization for Migration) karena kami sebenarnya hanya sebagai pengawas, bukan yang memfasilitasi imigran itu," ujar Morina kepada Medcom.id, Jakarta, Jumat, 16 Maret 2018.
Tempat penampungan imigran merupakan fasilitas dari IOM. Sayangnya IOM saat ini tak memiliki tempat untuk menampung ratusan pengungsi imigran yang menggelandang di trotoar.
"Imigran difasilitasi IOM dan harus diregistrasi oleh Rudenim terlebih dahulu. Sekarang kalau saya registrasi tapi IOM tidak ngasih, mau ditaruh di mana? Mereka kan perlu tempat. Kalau di dalam desak-desakan, ada konflik, dan terjadi kerusuhan, bagaimana?" ungkap Morina.
(Baca juga:
Kelebihan Kapasitas, Rudenim Kalideres Sulit Tampung Imigran Lagi)
Meskipun tugas Morina hanya mengawasi, namun ia merasa iba terhadap para imigran di sepanjang trotoar. Ia mengaku telah berusaha mengupayakan yang terbaik bagi seluruh imigran, meski sulit karena ia hanya memiliki 44 personel.
"Saya sebenarnya kasihan lihatnya. Ada anak-anak kecil juga di sana, tapi saya enggak berdaya," ucapnya.
Kondisi Pengungsi Imigran
Mengenai kondisi imigran yang tinggal di trotoar, Morina tak mengetahui secara detail. Morina hanya hapal kondisi imigran yang berada di Rudenim.
Dari 471 imigran yang mendapatkan pelayanan dan fasilitas di Rudenim, sebut dia, ada lima imigran yang terdeteksi mengidap penyakit TBC (Tuberculosis). Menyadari penularan TBC yang cukup mudah melalui udara, ia berkoordinasi dengan IOM untuk menindaklanjuti pengidap TBC. Selanjutnya, kelima imigran tersebut dibawa ke rumah sakit sekitar Tangerang untuk dirawat.
Sementara berdasarkan informasi yang didapatkan Medcom.id dari warga setempat, ada seorang pria imigran yang tinggal di trotoar menderita kusta. Morina membenarkan informasi tersebut.
"Kalau di luar ada satu yang kusta itu langsung koordinasi dengan IOM dan dibawa ke rumah sakit," kata Morina. Namun, ia enggan memberitahukan di rumah sakit mana imigran penderita kusta itu dirawat.
(Baca juga:
Imigran di Trotoar Kalideres Kini Ratusan)
Morina berharap permasalahan imigran yang terlantung di trotoar dapat segera terselesaikan dengan adanya tindakan cepat dari semua pihak, terutama IOM. "Kan ada organisasi internasional yang mewakili mereka untuk menangani ini," imbuhnya.
Terkait tindak lanjut persoalan pengungsi imigran di depan kantornya, Morina telah menggelar rapat dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Rapat tersebut membahas pendataan dan penanganan para pengungsi, termasuk pencarian tempat penampungan sementara beserta perizinannya.
"Terakhir rapat minggu lalu di Rudenim dan masih didiskusikan. Minggu besok mungkin diupayakan. Cuma kan enggak semudah yang dibayangkan untuk mengatasi persoalan rumit ini," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)