Jakarta: Kabar bohong atau hoaks bantuan dana Rp2 Triliun untuk penanganan covid-19 masih menjadi sorotan publik. Teranyar anak Akidi Tio, Heriyanti ditetapkan sebagai tersangka kasus hoaks.
Kehebohan mengenai sumbangan Rp2 triliun dari keluarga Akidi Tio ternyata pernah terjadi di era Presiden Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bagaimana sih ceritanya?
Raja Idrus dan Ratu Markonah di era Soekarno
Kejadian hoaks yang menimpa pejabat bukan kali pertama terjadi. Sejarah membuktikan, Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo juga pernah menjadi korban hoaks.
Di era Soekarno, kisah hoaks melegenda ketika sang proklamator tersebut kedatangan tamu suami istri yang mengaku sebagai Raja Idrus dan Ratu Markonah. Keduanya mengaku sebagai raja dan ratu dari suku Anak Dalam di wilayah Lampung.
Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1950-an. Saat itu, Soekarno mudah percaya karena raja dan ratu berminat menyumbangkan harta benda mereka untuk merebut Irian Barat dari kekuasaan Belanda.
Niat keduanya disorot sejumlah media massa. Keudanya bahkan diundang Soekarno ke Istana Merdeka. Kedok keduanya terbongkar setelah kepergok salah seorang rekannya yang mengenal Idris sebagai tukang becak. Markonah juga diketahui berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Baca: Anak Akidi Tio Jadi Tersangka Bantuan Bohong Rp2 Triliun
Cut Zahara Fona di era Soeharto
Presiden Soeharto juga pernah dibohongi terkait kasus bayi berbicara di dalam kandungan. Peristiwa itu terjadi pada akhir 1970-an.
Indonesia dihebohkan dengan bayi ajaib di dalam kandungan yang bisa diajak berbicara bahkan mengaji Cut Zahara Fona, 26. Cut Zahara merupakan wanita asal Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh.
Usut punya usut ternyata bukan bayi dalam kandungan yang bisa mengaji, melainkan sebuah rekaman tape yang dipasang di perutnya.
Soewondo di era Gus Dur
Berita bohong juga pernah terjadi pada masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kala itu, terdapat seorang pria bernama Soewondo yang membobol uang Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Badan Urusan Logistik (Bulog) senilai Rp35 miliar.
Soewondo leluasa beraksi karena berprofesi sebagai tukang urut Presiden. Ini membuatnya memiliki akses kekuasaan serta menjual nama para petinggi negara.
Aksi Soewondo akhirnya ketahuan, dia pun melarikan diri. Namun, Polda Metro Jaya berhasil melacak persembunyian Soewondo. Dia kemudian ditangkap setelah ditemukan di salah satu tempat di kawasan Puncak, Jawa Barat. Soewondo divonis dengan hukuman 3,5 tahun.
Baca: Bantuan Rp2 Triliun dari Akidi Tio Ternyata Hoaks, Warganet: Kena Prank se-Indonesia
Harta karun Prabu Siliwangi di era Megawati
Presiden wanita pertama Indonesia, Megawati Soekarnoputri juga pernah terkena kabar hoaks. Megawati pernah tertipu mengenai kabar adanya harta karun milik Prabu Siliwangi.
Harta karun itu disebut berada di pelataran Istana Batutulis, Bogor. Menteri Agama Said Agil Al-Munawar pun bersikeras melanjutkan penggalian di Situs Batutulis. Penggalian itu mendatangkan protes dari berbagai kalangan, khususnya Kepala Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Endjat Djaenuderajat.
Sejumlah warga Bogor juga mengecam penggalian lokasi prasasti Batutulis peninggalan putra Prabu Siliwangi, Surawisesa. Hingga kini, harta karun Batutulis tak terbukti kebenarannya.
Proyek Banyu Geni di era SBY
Presiden SBY juga pernah terkena berita hoaks terkait skandal banyu geni atau dugaan penipuan penggunaan air sebagai bahan bakar. Proyek banyu geni ini bermula saat ada penelitian untuk memanfaatkan air sebagai bahan bakar.
Presiden SBY merestui jalannya proyek tersebut. Proyek itu pun dikenal dengan sebutan blue energy. Dasar pemikirannya ialah hidrogen yang merupakan unsur dalam air dapat dijadikan bahan bakar.
Namun, air harus diisolasi untuk memisahkan hidrogen atau disenyawakan dulu dengan karbon maupun karbon dan oksigen. Usut punya usut, instalasi proyek banyugeni di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dibongkar.
Isi instalasi itu ternyata cuma berupa kotak berisi kabel besar dan variac (transformator auto). Lagi-lagi isu menghebohkan itu tak terbukti. Bahkan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memperkarakan Joko Suprapto yang merupakan pelopor riset itu.
Jakarta: Kabar bohong atau hoaks bantuan dana Rp2 Triliun untuk penanganan
covid-19 masih menjadi sorotan publik. Teranyar anak Akidi Tio, Heriyanti ditetapkan sebagai tersangka kasus hoaks.
Kehebohan mengenai sumbangan Rp2 triliun dari keluarga Akidi Tio ternyata pernah terjadi di era Presiden Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bagaimana sih ceritanya?
Raja Idrus dan Ratu Markonah di era Soekarno
Kejadian hoaks yang menimpa pejabat bukan kali pertama terjadi. Sejarah membuktikan, Presiden Soekarno hingga Presiden
Joko Widodo juga pernah menjadi korban hoaks.
Di era Soekarno, kisah hoaks melegenda ketika sang proklamator tersebut kedatangan tamu suami istri yang mengaku sebagai Raja Idrus dan Ratu Markonah. Keduanya mengaku sebagai raja dan ratu dari suku Anak Dalam di wilayah Lampung.
Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1950-an. Saat itu, Soekarno mudah percaya karena raja dan ratu berminat menyumbangkan harta benda mereka untuk merebut Irian Barat dari kekuasaan Belanda.
Niat keduanya disorot sejumlah media massa. Keudanya bahkan diundang Soekarno ke Istana Merdeka. Kedok keduanya terbongkar setelah kepergok salah seorang rekannya yang mengenal Idris sebagai tukang becak. Markonah juga diketahui berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Baca: Anak Akidi Tio Jadi Tersangka Bantuan Bohong Rp2 Triliun
Cut Zahara Fona di era Soeharto
Presiden Soeharto juga pernah dibohongi terkait kasus bayi berbicara di dalam kandungan. Peristiwa itu terjadi pada akhir 1970-an.
Indonesia dihebohkan dengan bayi ajaib di dalam kandungan yang bisa diajak berbicara bahkan mengaji Cut Zahara Fona, 26. Cut Zahara merupakan wanita asal Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh.
Usut punya usut ternyata bukan bayi dalam kandungan yang bisa mengaji, melainkan sebuah rekaman tape yang dipasang di perutnya.
Soewondo di era Gus Dur
Berita bohong juga pernah terjadi pada masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kala itu, terdapat seorang pria bernama Soewondo yang membobol uang Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Badan Urusan Logistik (Bulog) senilai Rp35 miliar.
Soewondo leluasa beraksi karena berprofesi sebagai tukang urut Presiden. Ini membuatnya memiliki akses kekuasaan serta menjual nama para petinggi negara.
Aksi Soewondo akhirnya ketahuan, dia pun melarikan diri. Namun, Polda Metro Jaya berhasil melacak persembunyian Soewondo. Dia kemudian ditangkap setelah ditemukan di salah satu tempat di kawasan Puncak, Jawa Barat. Soewondo divonis dengan hukuman 3,5 tahun.
Baca: Bantuan Rp2 Triliun dari Akidi Tio Ternyata Hoaks, Warganet: Kena Prank se-Indonesia
Harta karun Prabu Siliwangi di era Megawati
Presiden wanita pertama Indonesia, Megawati Soekarnoputri juga pernah terkena kabar hoaks. Megawati pernah tertipu mengenai kabar adanya harta karun milik Prabu Siliwangi.
Harta karun itu disebut berada di pelataran Istana Batutulis, Bogor. Menteri Agama Said Agil Al-Munawar pun bersikeras melanjutkan penggalian di Situs Batutulis. Penggalian itu mendatangkan protes dari berbagai kalangan, khususnya Kepala Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Endjat Djaenuderajat.
Sejumlah warga Bogor juga mengecam penggalian lokasi prasasti Batutulis peninggalan putra Prabu Siliwangi, Surawisesa. Hingga kini, harta karun Batutulis tak terbukti kebenarannya.
Proyek Banyu Geni di era SBY
Presiden SBY juga pernah terkena berita hoaks terkait skandal banyu geni atau dugaan penipuan penggunaan air sebagai bahan bakar. Proyek banyu geni ini bermula saat ada penelitian untuk memanfaatkan air sebagai bahan bakar.
Presiden SBY merestui jalannya proyek tersebut. Proyek itu pun dikenal dengan sebutan
blue energy. Dasar pemikirannya ialah hidrogen yang merupakan unsur dalam air dapat dijadikan bahan bakar.
Namun, air harus diisolasi untuk memisahkan hidrogen atau disenyawakan dulu dengan karbon maupun karbon dan oksigen. Usut punya usut, instalasi proyek banyugeni di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dibongkar.
Isi instalasi itu ternyata cuma berupa kotak berisi kabel besar dan variac (
transformator auto). Lagi-lagi isu menghebohkan itu tak terbukti. Bahkan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memperkarakan Joko Suprapto yang merupakan pelopor riset itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)