Jakarta: Masyarakat Desa Buantan Besar dan Dayun, Kabupaten Siak, Riau, melakukan budi daya ikan gabus di wilayah lahan gambut. Budi daya ini membuat lahan gambut tetap basah, sehingga memperkecil potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat kekeringan.
“Itu yang kita harapkan bagaimana masyarakat itu bisa memiliki pemikiran, mereka berbudi daya ikan gabus di lahan gambut sehingga gambutnya terjaga, tetap basah, tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan, dan ada pendapatan baru untuk masyarakat, jadi tidak terfokus mesti menanam sawit saja,” ujar Asisten 1 Setda Siak Budhi Yuwono, dalam webinar The Road to COP26, bertajuk ‘Peatland Conservation Through Sustainable Fisheries’, yang diselenggarakan Katadata, Selasa, 26 Oktober 2021.
Budhi menyampaikan inisiatif budi daya ikan gabus di lahan gambut awalnya muncul akibat keresahan masyarakat. Pasalnya, karhutla selalu terjadi setiap tahunnya.
Pemerintah Kabupaten Siak awalnya coba menanganinya dengan rajin memadamkan karhutla yang terus berulang sejak 1990-an. Mereka lantas menganalisis musabab kebakaran.
Dari hasil analisis didapatkan karhutla akibat lahan gambut kering ditanami kelapa sawit. Akar masalah yang perlu diselesaikan.
Beragam inovasi terus dilakukan untuk mencegah karhutla. Seperti paludikultur atau pemanfaatan lahan rawa dan gambut yang dibasahi kembali secara produktif sampai pada solusi lewat budi daya ikan gabus.
“Ikan gabus ini adanya di rawa-rawa gambut. Jadi kita melihat adanya potensi ikan gabus terhadap ekonomi, lewat ekstrak albumin dan lain sebagainya,” ujar Budhi.
Baca: Upaya Pelestarian Lahan Gambut Sebagai Lahan Produktif
Besarnya potensi ikan gabus sebagai komoditas memacu lahirnya PT Alam Siak Lestari (ASL). Perusahaan itu fokus melakukan riset dan pengembangan produk.
“Kita membeli ikan yang dibudidayakan masyarakat, kita sediakan pasarnya. Kita yang mengubah ikan gabus itu menjadi albumin yang bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Direktur PT Alam Siak Lestari (ASL) Musrahmad Igun.
ASL adalah perusahaan yang pemegang sahamnya merupakan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dari Buantan Besar dan Dayun. ASL dikelola sekumpulan anak muda setempat, sehingga masyarakat dapat merasakan langsung manfaat budidaya. Mereka juga bertanggung jawab menjamin kualitas albumin yang dihasilkan dari proses ekstraksi.
Dampak dari budi daya ikan gabus juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Penghasilan masyarakat yang terlibat dalam budi daya gabus, bahkan dua kali lipat lebih tinggi dibanding penghasilan saat menjadi petani sawit.
Perhitungan kasarnya, 1 kilogram (kg) ikan gabus dijual Rp45 ribu. Sementara itu, 1 kg gabus dapat menghasilkan 10 gram ekstrak albumin yang dapat dijual hingga Rp70 ribu. Artinya ada nilai tambah sampai 56 persen.
Hasil ekstrak albumin yang dihasilkan diprioritaskan untuk memasok kebutuhan lokal. Yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan apotek di Kabupaten Siak.
“Saat ini produk kita dalam proses izin BPOM, jadi produknya sudah siap, jadi sebenarnya tinggal satu langkah lagi, sebelum produknya dilepas ke pasar,” kata Musrahmad.
Selain ekstraksi albumin, bagian ikan gabus lain tetap dimanfaatkan secara maksimal. Dagingnya diproduksi menjadi tepung ikan dan selebihnya dijadikan pupuk cair.
Pemanfaatan secara maksimal ini juga dapat mendorong produksi secara zero waste. Budi daya gabus ini juga membuat masyarakat semakin peduli dengan kondisi gambut. Mereka berusaha menjaga agar lahan gambut tetap basah, sehingga kolam gabus yang merupakan sumber mata pencaharian terhindar dari kekeringan.
Praktik budidaya ikan gabus di Kabupaten Siak juga menjadi salah satu contoh kolaborasi yang melibatkan berbagai stakeholder. Pemerintah desa mengambil peran dalam pembuatan aturan dan persiapan kolam, pembelian pakan dan bibit, serta operasional. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Siak menyalurkan anggaran lewat program dana Transfer Anggaran Kabupaten Berbasis Ekologi (TAKE).
Aktivitas ekstraksi dan pengembangan menjadi tanggung jawab ASL. Selain itu, ada dukungan dari Agrapana Bio Indoneisa mitra riset dan investor dari program ini.
Direktur Agrapana Bio, Dicky Asmoro menekankan upaya yang mereka lakukan ini dapat menjadi contoh baik dalam peningkatan ekonomi masyarakat berlandaskan pelesaraian lingkungan. “Kita ingin menjaga kelestarian alam secara berkelanjutan, bagiamana kita bisa meningkatkan taraf hidup masyarkat daerah berbasiskan ekosistem. Dan ini kita awali dengan albumin dari ikan gabus (di Siak) jadi kita sambil menjaga lahan gambutnya, kita membudidayakan,” tutur dia.
Jakarta: Masyarakat Desa Buantan Besar dan Dayun, Kabupaten Siak, Riau, melakukan
budi daya ikan gabus di wilayah lahan
gambut. Budi daya ini membuat lahan gambut tetap basah, sehingga memperkecil potensi
kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat kekeringan.
“Itu yang kita harapkan bagaimana masyarakat itu bisa memiliki pemikiran, mereka berbudi daya ikan gabus di lahan gambut sehingga gambutnya terjaga, tetap basah, tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan, dan ada pendapatan baru untuk masyarakat, jadi tidak terfokus mesti menanam sawit saja,” ujar Asisten 1 Setda Siak Budhi Yuwono, dalam webinar The Road to COP26, bertajuk ‘Peatland Conservation Through Sustainable Fisheries’, yang diselenggarakan Katadata, Selasa, 26 Oktober 2021.
Budhi menyampaikan inisiatif budi daya ikan gabus di lahan gambut awalnya muncul akibat keresahan masyarakat. Pasalnya, karhutla selalu terjadi setiap tahunnya.
Pemerintah Kabupaten Siak awalnya coba menanganinya dengan rajin memadamkan karhutla yang terus berulang sejak 1990-an. Mereka lantas menganalisis musabab kebakaran.
Dari hasil analisis didapatkan karhutla akibat lahan gambut kering ditanami kelapa sawit. Akar masalah yang perlu diselesaikan.
Beragam inovasi terus dilakukan untuk mencegah karhutla. Seperti paludikultur atau pemanfaatan lahan rawa dan gambut yang dibasahi kembali secara produktif sampai pada solusi lewat budi daya ikan gabus.
“Ikan gabus ini adanya di rawa-rawa gambut. Jadi kita melihat adanya potensi ikan gabus terhadap ekonomi, lewat ekstrak albumin dan lain sebagainya,” ujar Budhi.
Baca:
Upaya Pelestarian Lahan Gambut Sebagai Lahan Produktif
Besarnya potensi ikan gabus sebagai komoditas memacu lahirnya PT Alam Siak Lestari (ASL). Perusahaan itu fokus melakukan riset dan pengembangan produk.
“Kita membeli ikan yang dibudidayakan masyarakat, kita sediakan pasarnya. Kita yang mengubah ikan gabus itu menjadi albumin yang bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Direktur PT Alam Siak Lestari (ASL) Musrahmad Igun.