ILUSTRASI: Warga melakukan pawai obor menyambut Ramadan/ANTARA FOTO/Iggoy
ILUSTRASI: Warga melakukan pawai obor menyambut Ramadan/ANTARA FOTO/Iggoy

FOKUS

Ramadan Rahmat bagi Semua

Sobih AW Adnan • 24 Mei 2017 21:39
medcom.id, Jakarta: Jika seseorang mengajak berperang atau bertengkar, katakanlah; aku sedang berpuasa.
 
Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim ini menjadi penanda yang terang. Betapa puasa tak cukup menahan haus dan lapar. Tetapi juga mengekang amarah dan sumpah serapah.
 
Di penggalan sebelumnya, Nabi Muhammad SAW menyebut puasa sebagai junnah, perisai. Simbol pelindung.

Oleh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath Al-Bari bisyarhi Shahih Al-Bukhari, kata itu diartikan pelindung manusia dari api neraka. Sementara Imam al-Qurthubi lebih memaknainya 'menjaga'. Puasa, menjaga seseorang dari hal-hal yang tak Tuhan ridai.
 
Sederhananya, memang, perpecahan, pertengkaran, terlebih peperangan menjelma perkara yang paling dipantang sepanjang Ramadan. 
 
Bulan damai
 
Khusus di Indonesia, kehadiran Ramadan tahun ini menjadi momentum yang kian berarti. Puasa, jadi waktu yang tepat untuk mewujudkan perisai bersama; pelindung dari segala bentuk provokasi dan bujuk perpecahan.
 
Sudah cukup lama tenunan kebangsaan terkoyak. Padahal, kebinekaan yang ada sudah jadi kebanggaan Indonesia sejak lama.
 
Kemarin, Presiden Joko Widodo bilang, perselisihan telah menghambat usaha mewujudkan kesejahteraan umum. Oleh percekcokan yang ada, cita-cita bangsa kerap terlupakan.
 
Baca: Setop Pertengkaran, Jokowi Ajak Masyarakat Bersama Membangun Negara
 
"Enam-delapan bulan ini energi kita habis untuk hal tidak berguna. Banyak ngomong ketimbang kerja, banyak hujat ketimbang bekerja, demo tak bermanfaat ketimbang bekerja, menjelekan, saling menyalahkan, berdebat, saling hujat menyalahkan," kata Presiden ketika rapat bersama menteri dan pimpinan lembaga negara di Istana Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa 23 Mei 2017.
 
Memang, tak ada untung dari sebabak pertikaian. Melalui Ramadan, mudah-mudahan semua anak bangsa tersadarkan. 
 
Pernyataan Ketua MUI KH Ma'ruf Amin tempo hari juga menarik. Ramadan diharap menjadi pendorong terjaganya kesetabilan sosial. Imsak dengan makna menahan, harus diberlakukan dalam skala yang lebih besar. Yakni, cakupan sebagai tanggungjawab individu dalam sebuah masyarakat dan negara. 
 
"Ramadan mengajarkan kita untuk menahan diri. Imsak, bukan cuma makan dan minum. Tapi juga menahan anggota badan dan ucapan yang bisa menimbulkan kekacauan, dan ketidak-setabilan di tengah masyarakat," ucap Ma'ruf Amin, di Metro TV, Selasa, 23 Mei 2017.
 
Ramadan sebagai instrumen mewujudkan rahmatan lil alamin, lanjut dia. Kehadirannya mesti membawa damai untuk seluruh aspek bangsa.
 
Menahan, tidak sekadar menahan. Menahan dalam makna lebih luas akan berlaku sebagai permenungan. Kekacauan dan ketidak-setabilan, hanya bisa takluk dan tunduk di hadapan orang-orang jujur yang mampu mengendalikan diri.
 
Soal yang satu ini, tokoh sepuh Muhammadiyah Buya Syafii Maarif menguti ungkapan masyhur, 'hasibu anfusakum qabla antuhasabu, takar dirimu sebelum kau ditakar orang lain.
 
"Mengontrol diri untuk mengetahui kapasitas. Berusaha memahami kelemahan diri sendiri. Ini jelas tidak mudah. Apalagi bagi orang yang biasa bertopeng alias berpura-pura," ujar Syafii Maarif di Metro TV, Selasa, 23 Mei 2017.
 
Memang berat. Belum lagi, jika masih banyak orang yang memahami Ramadan cuma sebagai ritual musiman. Nihil visi sosial, terlebih perdamaian.
 
Kesalehan sosial
 
Ada yang mengistilahkan puasa sebagai the art of self mastery, latihan terbaik dalam seni mengendalikan diri. Ketika berhasil, sebulan saja, ia akan menjadi fitri, selayak bayi, individu yang akan melulu damai; tanpa konflik dan kepentingan.
 
Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, "Semua amal anak-anak adam untuk dirinya, kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang memberi ganjaran atasnya". 
 
Dari situ bisa diartikan bahwa puasa; sejatinya bersifat personal. Perwujudan perdamaian secara luas memang memerlukan kesadaran penuh dari masing-masing orang.
 
Dan puasa menjadi semacam zikir, pengingat.
 
Ulama pesantren KH Musthofa 'Gus Mus' Bisri mengatakan, zikir jika diukur dalam bahasa aslinya, Arab, memiliki makna ganda. Zikir adalah pekerjaan mengucap dengan lisan, tapi sekaligus mengingat dengan hati.
 
"Ketika mulut mengucapkan 'Allah', pikiran dan hati mengingat Allah," ujar Gus Mus di Metro TV, Selasa, 23 Mei 2017.
 
Singkatnya, zikir yang benar akan mengajarkan kejujuran yang mendalam. Sementara kejujuran akan menyucikan ruhani.
 
Pun puasa. Dalam Ihya Ulumuddin, al-Ghazali menyebutnya sebagai jalan spritual menuju puncak kesucian ruhani. Istilah pada level ini disebut shaum khushus al-khushus, puasanya orang-orang yang istimewa.
 
Puasa Ramadan diwajibkan bagi manusia beriman. Sedangkan puasa yang istimewa hanya bisa dilakukan dengan tingkat keimanan sempurna.
 
Iman yang sempurna, bukan sesuatu yang hiperbola. Oleh Abdul Qadir al-Jailani dalam Fathur Rabbani wal Faydur Rahmani, batasannya ditawarkan dengan amat sederhana. Iman sempurna adalah iman yang mengandung kuat visi sosial.
 
Sementara; “Jika kamu menyukai makanan enak, pakaian bagus, rumah mewah, wanita cantik, dan harta yang berlimpah, sementara pada saat yang sama kamu menginginkan agar saudara seimanmu mendapatkan kebalikannya, maka sungguh bohong bila kamu mengaku memiliki iman yang sempurna," tulis al-Jailani.
 
Seseorang dengan keimanan sempurna, selalu menyambut Ramadan sebagai bulan penuh berkah. Berkah, memiliki makna beragam. Salah satunya seperti ungkapan cendekiawan muslim Azyumardi Azra, katanya, Ramadan yang berkah bermakna penguatan kembali solidaritas dan jaring-jaring sosial yang terlihat rapuh dalam masyarakat.
 
"Solidaritas sosial itu seyogianya tidak diwujudkan hanya dalam bentuk sama-sama menikmati lapar dan dahaga karena berpuasa, tetapi lebih dari itu," tulis Azyumardi Azra dalam Dari Harvard hingga Makkah (2005).
 
Ramadan berkah, damai, dan bervisi sosial inilah yang dimaksud akan mampu menghadirkan rahmat bagi semua. Bukan Ramadan yang gaduh. Ramadan yang sekadar mengumbar konsumsi, atau hura-hura.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SBH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan