Letkol Untung dalam Mahmilub atas keterlibatannya dalam G30S. Foto: Wikipedia
Letkol Untung dalam Mahmilub atas keterlibatannya dalam G30S. Foto: Wikipedia

Cerita Letkol Untung Ditunjuk Soekarno Jadi Pimpinan G30S/PKI

Sri Yanti Nainggolan • 30 September 2021 15:12
Jakarta: Peran Letnan Kolonel (Letkol) Untung dalam peristiwa kelam Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI cukup besar. Ia adalah pemimpin dalam sejarah tersebut. 
 
Mandat tersebut bermula dari percakapan singkat antara Presiden Soekarno dengan Letkol Untung pada 4 Agustus 1965. 
 
"Apa dirimu mau menerima perintah yang akan mencakup tindakan terhadap jenderal yang tidak loyal," tanya Soekarno dalam buku Untung, Cakrabirawa dan G30S (2011) karya Petrik Matanasi. 

"Jika Bapak membiarkan kita menindak terhadap para jenderal, saya akan melaksanakan perintah apapun dari pemimpin besar," jawab Untung.
 
Percakapan itu disaksikan Brigadir Jenderal Saboer, Komandan Cakrabirawa. Untung kemudian mengangkat diri sebagai ketua Dewan Revolusi sekaligus memimpin Gerakan 30 September. 
 
Cerita Letkol Untung Ditunjuk Soekarno Jadi Pimpinan G30S/PKI
 
Presiden Soekarno menerima Batalyon 454 pada perayaan untuk veteran pembebasan Irian Barat di Istana Negara, 19 Januari 1963. Tampak Mayor Untung (kiri, Komandan Batalyon 454) dan Jenderal Soeharto. Foto: Wikipedia
 
Kudeta 30 September yang dipimpin Komandan Batalion Resimen Cakrabirawa, Letkol Untung, merenggut nyawa enam jenderal pimpinan AD dan seorang perwira pertama. Para jenderal itu difitnah sebagai orang yang tidak loyal terhadap Soekarno. 
 
"Mereka diambil dari kediamannya masing masing dan dibunuh," kata M Fuad Nasar dalam buku Kegagalan Kudeta G30S/PKI Berdamai dengan Sejarah (2017). 
 
Baca: Jatuh Bangun PKI Hingga Jadi Partai Besar di Pemilu 1955
 
Ketujuh korban ialah Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen Harjono MT, Mayjen S Parman, Brigjen Sutojo Siswomihardjo, Brigjen DI Pandjaitan, dan Lettu Pierre Andreas Tendean. Pierre ialah ajudan Jenderal Abdul Haris (AH) Nasution, yang berhasil menyelamatkan diri dari sergapan maut. 
 
Jasad ketujuh perwira itu dibuang ke dalam sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Jenazah mereka ditemukan pada Minggu, 3 Oktober 1965 oleh satuan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD). 
 
Ketujuh korban yang diberi gelar Pahlawan Revolusi itu sudah tak bisa dikenali, kecuali dari pakaian yang dikenakan.
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan