Mengingat Kembali Aksi Heroik Prajurit TNI Evakuasi WNI dari Wuhan
Medcom • 05 Oktober 2020 13:58
Jakarta: TNI Genap berusia 75 tahun hari ini. Ada hal yang patut diingat dan diceritakan kembali bagaimana prajurit TNI turut serta dalam penanganan pandemi covid-19 di awal-awal kemunculannya.
Saat covid-19 belum terdeteksi masuk Indonesia, sembilan bulan lalu, sejumlah prajurit TNI sudah mendapat tugas mulia dari negara. Tugas yang masuk bagian dari operasi militer selain perang (OMSP) ini bermula datang kepada Perwira Pembantu (Pabanda) satuan Komando Khusus (Koopssus) TNI Kapten Inf Ridwan Maulana, Rabu, 29 Januari 2020.
"Saat itu saya sedang melaksanakan tugas seperti biasa di mako Koopssus TNI di Cilangkap. Tiba-tiba pukul 15.30 WIB saya mendapat perintah untuk menyiapkan personel pengamanan untuk evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Tiongkok," kata Ridwan dalam catatannya berjudul 'Evakuasi WNI di Wuhan dan Observasi di Natuna', seperti dikutip dalam buku Wuhan, Darimu Aku Belajar, Karenamu Aku Merindu.
Perintah tersebut datang dari Asisten Operasi Koopssus TNI Kolonel Inf I Nyoman Yudhana atas permintaan Kementerian Luar Negeri RI. Ridwan diperintah untuk menjemput 243 WNI yang terjebak di Wuhan. Saat itu, Wuhan sudah melakukan lockdown karena wabah covid-19.
Ridwan lantas menyiapkan delapan personel untuk ikut dengannya dalam misi tersebut. Hari itu juga mereka harus bersiap-siap berangkat karena pada 1 Februari pesawat harus berangkat ke Wuhan.
Baca: Evakuasi WNI di Wuhan Dilakukan dalam Waktu 24 Jam
Penjemputan hanya dibatasi lima jam, yakni mulai pukul 00.00 hingga 05.00 waktu Wuhan. Waktu lima jam itu diberikan dari sejak boarding hingga pesawat take off lagi.
Tim gabungan dari KBRI Beijing mendata WNI yang hendak dievakuasi di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, Hubei, China, Sabtu (1/2/2020). Foto: Antara/KBRI Beijing/pras
Jadi, begitu pesawat Airbus 330-300CEO milik Batik Air yang digunakan untuk mengevakuasi WNI tiba di Bandara Tianhe, Wuhan, tim evakuasi tidak bisa berleha-leha. Peralatan pertama yang disiapkan adalah alat pelindung diri (APD), penyemprotan disinfektan di seluruh kabin, serta penyiapan dan penempatan makanan di setiap tempat duduk.
"Pukul 00.00 (2 Februari) pintu pesawat dibuka dan para WNI mulai masuk pesawat," kenang Ridwan.
Ayo Mulih Rek
Ridwan yang mengenakan APD lengkap melihat jelas wajah ketakutan ratusan WNI itu. Ada kesan seakan mereka berpikir bahwa mereka dianggap berbahaya.
Ridwan lantas berinisiatif mencairkan suasana dengan mengajak mereka berguyon. Pilot di ruang kokpit juga menyemangati mereka dengan menuliskan kalimat bahasa Jawa "Ayo Mulih Rek" di kaca jendela pesawat.
Di pintu pesawat, mereka disambut tim kesehatan dari RSPAD untuk mengecek suhu badan. Bersyukur, tidak ada yang bersuhu di atas 37 derajat celsius. Jika ada, WNI itu terpaksa tak diikutsertakan.
Ketegangan ternyata datang juga dari perut yang lapar. Karena jarak dari lokasi penjemputan ke bandara cukup jauh, juga karena harus melewati berbagai penjagaan yang ketat, para WNI ini banyak yang kelaparan.
"Bahkan ada yang minta izin kepada saya untuk bisa menyantap makanan lebih yang ada di kursi depannya, karena memang tak ditempati. Tentu saja saya izinkan," kata Ridwan.
Pada pukul 04.40, waktu boarding selesai. Sebanyak 243 WNI, termasuk 5 orang dari KBRI, sudah siap. Waktu lima jam yang diberikan otoritas bandara berhasil ditepati. Pesawat pun akhirnya take off tepat pukul 05.00 menuju Tanah Air.
WNI yang dievakuasi dari Kota Wuhan, Tiongkok, turun dari pesawat setibanya di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (2/2/2020). Foto: Antara/MN Kanwa
APD terus melekat
Perjalanan Wuhan ke Indonesia membutuhkan waktu sekitar enam jam. Selama itu pula para penjemput tidak diperbolehkan membuka APD.
"Sebagian besar anggota tim memilih untuk tidak buang air selama perjalanan karena repot harus membongkar pasang APD. Bongkar pasang APD juga berisiko," kata dia.
Penggunaan APD dalam waktu lama ini membuat anggota tim evakuasi merasa kegerahan dan sesak napas. Sehingga, ada beberapa anggota yang mengalami pusing dan lemas.
Meski begitu, mereka tetap harus berjaga. Para prajurit penjemput juga harus memberikan masker pengganti setiap tiga jam kepada para WNI.
Cemas harus karantina di Natuna
Selama di pesawat, ratusan WNI yang hendak pulang ke Indonesia ini belum juga bisa melepas ketegangan. Pasalnya, mereka mendapat kabar dari berita yang beredar, kedatangan mereka mendapatkan penolakan. Apalagi, mereka juga harus dikarantina selama 14 hari di Pulau Natuna sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Pukul 09.00 WIB, pesawat mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam. Seluruh penumpang bersorak gembira. Namun, perjalanan tak hanya sampai di situ. Di Hang Nadim, mereka hanya transit. Tujuan utama adalah Pulau Natuna.
Kru kabin pesawat Batik Air ID 8618 memakai APD lengkap bersiap menjemput WNI dari Wuhan, Tiongkok, di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Sabtu (1/2/2020). Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Para WNI harus turun dari pesawat pertama dan berganti menggunakan tiga pesawat milik TNI Angkatan Udara yang sudah dipersiapkan. Ketiga pesawat itu terdiri atas dua pesawat Boeing 737 bernomor lambung 04 dan 06, serta satu pesawat C-130 Hercules. Tim evakuasi tetap mengenakan APD lengkap.
Setelah terbang sekitar 90 menit, akhirnya tibalah para WNI di Landasan Udara Raden Sadjad, Natuna. Seluruh WNI berhasil mendarat di Natuna pukul 11.30 WIB. Di sanalah mereka harus menetap selama 14 hari, termasuk juga tim evakuasi.
Jakarta: TNI Genap berusia
75 tahun hari ini. Ada hal yang patut diingat dan diceritakan kembali bagaimana prajurit TNI turut serta dalam penanganan pandemi
covid-19 di awal-awal kemunculannya.
Saat covid-19 belum terdeteksi masuk Indonesia, sembilan bulan lalu, sejumlah prajurit TNI sudah mendapat tugas mulia dari negara. Tugas yang masuk bagian dari operasi militer selain perang (OMSP) ini bermula datang kepada Perwira Pembantu (Pabanda) satuan Komando Khusus (Koopssus) TNI Kapten Inf Ridwan Maulana, Rabu, 29 Januari 2020.
"Saat itu saya sedang melaksanakan tugas seperti biasa di mako Koopssus TNI di Cilangkap. Tiba-tiba pukul 15.30 WIB saya mendapat perintah untuk menyiapkan personel pengamanan untuk evakuasi warga negara Indonesia (
WNI) dari Wuhan, Tiongkok," kata Ridwan dalam catatannya berjudul 'Evakuasi WNI di Wuhan dan Observasi di Natuna', seperti dikutip dalam buku
Wuhan, Darimu Aku Belajar, Karenamu Aku Merindu.
Perintah tersebut datang dari Asisten Operasi Koopssus TNI Kolonel Inf I Nyoman Yudhana atas permintaan Kementerian Luar Negeri RI. Ridwan diperintah untuk menjemput 243 WNI yang terjebak di Wuhan. Saat itu, Wuhan sudah melakukan lockdown karena wabah covid-19.
Ridwan lantas menyiapkan delapan personel untuk ikut dengannya dalam misi tersebut. Hari itu juga mereka harus bersiap-siap berangkat karena pada 1 Februari pesawat harus berangkat ke Wuhan.
Baca:
Evakuasi WNI di Wuhan Dilakukan dalam Waktu 24 Jam
Penjemputan hanya dibatasi lima jam, yakni mulai pukul 00.00 hingga 05.00 waktu Wuhan. Waktu lima jam itu diberikan dari sejak
boarding hingga pesawat
take off lagi.
Tim gabungan dari KBRI Beijing mendata WNI yang hendak dievakuasi di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, Hubei, China, Sabtu (1/2/2020). Foto: Antara/KBRI Beijing/pras
Jadi, begitu pesawat Airbus 330-300CEO milik Batik Air yang digunakan untuk mengevakuasi WNI tiba di Bandara Tianhe, Wuhan, tim evakuasi tidak bisa berleha-leha. Peralatan pertama yang disiapkan adalah alat pelindung diri (APD), penyemprotan disinfektan di seluruh kabin, serta penyiapan dan penempatan makanan di setiap tempat duduk.
"Pukul 00.00 (2 Februari) pintu pesawat dibuka dan para WNI mulai masuk pesawat," kenang Ridwan.