Jakarta: Seorang netizen menyebut bahwa pelajar di bawah naungan Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI), Kota Batu, mendapat doktrin untuk membela pendiri sekolah tersebut, JE. JE sendiri saat ini sedang ditahan karena kasus kekerasan seksual yang dilakukannya di sekolah tersebut.
Akun Instagram bernama Lia Lestari tersebut menyoroti pertemuan para pelajar SMA dan mahasiswa Sekolah Tinggi Kewirausahaan (STK) SPI beberapa waktu. Dalam video tersebut terlihat mereka menandatangi sebuah petisi yang mendukung JE.
Mereka meneriakkan beberapa kata-kata yang mendukung SPI, di antranya "Siapa yang cinta SPI? Saya!". Pada layar, terdapat beberapa tagar yakni #SaveSPI #BebaskanKoJul #SPIbaik-baiksaja dan #KitaBersamaKoJul.
"Indoktrinasi semacam ini biasa dipakai dalam seminar motivasi untuk membakar semangat peserta dan menancapkan sugesti. Tapi indoktrinasi ini juga bisa digunakan untuk hal-hal negatif," ucap akun @lia-lestari29, Rabu, 13 Juli 2022.
"Contohnya dalam kasus JEP ini. Indoktrinasi dilakukan supaya murid2 dengan sukarela berjuang membela terdakwa. Bahkan mereka rela melakukan tanda tangan untuk membela," lanjut dia.
Siswa Sekolah SPI disebut terima indoktrinasi seperti Adolf Hitler. Instagram lia_lestari29
Member dari jaringan penjualan langsung (MLM) PT HDI ini, dimana JE sempat menjadi salah satu mitra usaha, menyebut idoktrinasi ini seperti Ketua Partai Nazi, Adolf Hitler.
"Saya jadi teringat Adolf Hitler. Dulu Hitler juga melakukan propaganda dan indoktrinasi yang serupa, sehingga dia berhasil mencetak pasukan-pasukan yang beringas dari pemuda-pemuda Jerman yang polos. Hal yang sama berlaku pula di SMA ini," tutur Lia.
Lia Lestari menyebut SMA SPI dalam keadaan darurat dan meminta pemerintah mengambil alih. Pasalnya, pihak sekolah tak memihak pada korban.
"Tapi propaganda penutupan SMA SPI digunakan oleh kubu JEP untuk mendoktrin anak-anak polos agar terlibat dalam kasus ini," lanjut dia.
"Sekarang sudah paham kan kenapa korban belasan tahun tidak berani lapor? Karena setiap saat mereka didoktrin seperti ini untuk nurut "atasan". Dan ini sudah tertanam kuat di PIKIRAN BAWAH SADAR para murid," tutur Lia.
Pihak SMA SPI merasa baik-baik saja
Petisi bertuliskan 'Save SPI' dan 'SPI Baik-Baik Saja' dibuat oleh ratusan pelajar dan mahasiswa SPI. Petisi itu dituliskan di sebuah kain putih panjang dan ditandatangani oleh sekitar 200 pelajar SPI.
"Kami baik-baik saja, kami belajar banyak dari SPI, kami tahu betul bahwa pemberitaan di luar sana tidak benar," kata RDM salah satu alumni SMA SPI yang saat ini juga menjadi mahasiswa STK SPI, dalam keterangan resmi, Selasa, 12 Juli 2022.
RDM mengaku penahanan JE cukup berdampak bagi kondisi psikis siswa. Sebab para siswa merasa khawatir penahanan tersebut akan banyak berpengaruh pada keberlangsungan sekolah.
"Saya bersama dengan puluhan alumni yang lain, masih berada di SPI karena merasa nyaman di tempat ini, kami menemukan keluarga," jelasnya.
RDM menegaskan bahwa petisi ini dibuat atas inisiatif para pelajar dan mahasiswa SPI. Mereka berharap gejolak yang ada bisa segera dihentikan.
"Kami tahu betul yang pernah dan sedang terjadi di sini," ungkapnya.
Jakarta: Seorang netizen menyebut bahwa pelajar di bawah naungan Sekolah Selamat Pagi Indonesia (
SPI), Kota Batu, mendapat doktrin untuk membela pendiri sekolah tersebut, JE. JE sendiri saat ini sedang ditahan karena kasus
kekerasan seksual yang dilakukannya di sekolah tersebut.
Akun Instagram bernama Lia Lestari tersebut menyoroti pertemuan para pelajar SMA dan mahasiswa Sekolah Tinggi Kewirausahaan (STK) SPI beberapa waktu. Dalam video tersebut terlihat mereka menandatangi sebuah petisi yang mendukung JE.
Mereka meneriakkan beberapa kata-kata yang mendukung SPI, di antranya "Siapa yang cinta SPI? Saya!". Pada layar, terdapat beberapa tagar yakni #SaveSPI #BebaskanKoJul #SPIbaik-baiksaja dan #KitaBersamaKoJul.
"Indoktrinasi semacam ini biasa dipakai dalam seminar motivasi untuk membakar semangat peserta dan menancapkan sugesti. Tapi indoktrinasi ini juga bisa digunakan untuk hal-hal negatif," ucap akun @lia-lestari29, Rabu, 13 Juli 2022.
"Contohnya dalam kasus JEP ini. Indoktrinasi dilakukan supaya murid2 dengan sukarela berjuang membela terdakwa. Bahkan mereka rela melakukan tanda tangan untuk membela," lanjut dia.
Siswa Sekolah SPI disebut terima indoktrinasi seperti Adolf Hitler. Instagram lia_lestari29
Member dari jaringan penjualan langsung (MLM) PT HDI ini, dimana JE sempat menjadi salah satu mitra usaha, menyebut idoktrinasi ini seperti Ketua Partai Nazi, Adolf Hitler.
"Saya jadi teringat Adolf Hitler. Dulu Hitler juga melakukan propaganda dan indoktrinasi yang serupa, sehingga dia berhasil mencetak pasukan-pasukan yang beringas dari pemuda-pemuda Jerman yang polos. Hal yang sama berlaku pula di SMA ini," tutur Lia.
Lia Lestari menyebut SMA SPI dalam keadaan darurat dan meminta pemerintah mengambil alih. Pasalnya, pihak sekolah tak memihak pada korban.
"Tapi propaganda penutupan SMA SPI digunakan oleh kubu JEP untuk mendoktrin anak-anak polos agar terlibat dalam kasus ini," lanjut dia.
"Sekarang sudah paham kan kenapa korban belasan tahun tidak berani lapor? Karena setiap saat mereka didoktrin seperti ini untuk nurut "atasan". Dan ini sudah tertanam kuat di PIKIRAN BAWAH SADAR para murid," tutur Lia.
Pihak SMA SPI merasa baik-baik saja
Petisi bertuliskan 'Save SPI' dan 'SPI Baik-Baik Saja' dibuat oleh ratusan pelajar dan mahasiswa SPI. Petisi itu dituliskan di sebuah kain putih panjang dan ditandatangani oleh sekitar 200 pelajar SPI.
"Kami baik-baik saja, kami belajar banyak dari SPI, kami tahu betul bahwa pemberitaan di luar sana tidak benar," kata RDM salah satu alumni SMA SPI yang saat ini juga menjadi mahasiswa STK SPI, dalam keterangan resmi, Selasa, 12 Juli 2022.
RDM mengaku penahanan JE cukup berdampak bagi kondisi psikis siswa. Sebab para siswa merasa khawatir penahanan tersebut akan banyak berpengaruh pada keberlangsungan sekolah.
"Saya bersama dengan puluhan alumni yang lain, masih berada di SPI karena merasa nyaman di tempat ini, kami menemukan keluarga," jelasnya.
RDM menegaskan bahwa petisi ini dibuat atas inisiatif para pelajar dan mahasiswa SPI. Mereka berharap gejolak yang ada bisa segera dihentikan.
"Kami tahu betul yang pernah dan sedang terjadi di sini," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SYN)