Ilustrasi. Media Indonesia.
Ilustrasi. Media Indonesia.

Mitos Membuat Masyarakat Ogah Menjalani Vaksinasi

Theofilus Ifan Sucipto • 13 Oktober 2020 16:07

Mitos selanjutnya adalah vaksin mengandung sel janin aborsi. Windhi menuturkan virus memang perlu inang berupa sel hidup untuk berkembang biak.
 
Dalam pembuatan vaksin, virus akan menginfeksi sel hidup itu dan diproduksi berulang-ulang selama bertahun-tahun dengan meninggalkan sel awal. Sedangkan yang diambil sebagai komponen vaksin adalah bagian dari virus itu sendiri.
 
"Lantas apakah dalam vaksin ada sel janin? Jawabannya, hanya ada hasil produknya, yakni berupa virusnya saja," kata Windhi.

Baca: Relawan Vaksin Covid-19 Merasa Sering Lapar
 
Mitos keenam, yaitu penyakit yang sudah ada vaksinnya tidak perlu divaksinasi lagi. Windhi menyebut informasi itu hoaks lantaran data menunjukan  penurunan angka vaksinasi memicu kenaikan penyakit spesifik yang dilawan vaksin tersebut.
 
Windhi mencontohkan wabah difteri di Jawa pada 2017. Wabah itu akhirnya merembet ke Sumatra karena imunisasi nasional terlambat dilakukan.
 
Mitos lainnya, lanjut Windhi, adalah isu halal dan haram sebuah vaksin. Dia mengatakan polemik itu hanya terjadi di Indonesia.
 
"Bahkan di Timur Tengah dengan negara berpenduduk mayoritas Muslim, pro kontra terhadap kehalalan vaksin tidak terjadi," ucap dia.
 
Windhi mengatakan pemicu polemik itu di Indonesia lantaran ada Trypsin yang dipinjam dari enzim babi untuk mendapatkan komponen vaksin. Namun, tidak ada bagian babi yang masuk dalam vaksin.
 
"Enzim ini akan dimurnikan kembali sehingga komponen perantara tidak ikut masuk pada vaksin. Ketika dalam proses pembuatannya bersinggungan dengan enzim dari babi, pada produksi akhirnya hanya virus yang masuk dalam vaksin," kata Windhi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan