Qodari Yakin Gus Yahya akan Bawa Perubahan terhadap NU
Al Abrar • 24 Desember 2021 17:51
Jakarta: KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2021-2026. Selain terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketum PBNU, KH Miftahul Akhyar juga terpilih sebagai Rais Aam.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, Mohammad Qodari menyampaikan, selamat kepada dua Kiai karismatik itu. Qodari mengajak semua pihak menyampaikan syukur atas berlangsung Muktamar dengan lancar, aman dan tanpa ada gesekan panas antar pendukung calon ketua.
"Kita patut bersyukur bahwa Muktamar NU yang diselenggarakan di Lampung berjalan dengan lancar, aman dan sejuk,” kata Qodari di Jakarta, Jumat, 24 Desember 2021.
Menurut Qodari, di antara dua calon Ketum PBNU Gus Yahya dan Kiai Said Aqil Siradj adalah anak ideologis Abdurahman Wahid alias Gus Dur, hingga siapapun yang terpilih NU tetap akan berada dalam garis moderasi dan bisa menjadi pilar bagi Islam dan bangsa Indonesia.
“Kemudian yang kedua kita bersyukur juga bahwa kandidat yang bertarung dua-duanya merupakan anak idieologis, dan anak pemikiran dari Gus Dur sehingga siapapun yang terpilih, kita yakin bahwa NU tetap dalam garis moderasi dan bisa menjadi pilar bagi Islam di nusantara, dan pilar bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan,” ucapnya.
Baca: Gus Yahya Terpilih sebagai Ketum PBNU 2021-2026
Terpilihnya Gus Yahya diyakini mampu membawa perubahan bagi organisasi Islam terbesar di Indonesia ini, karena yang terpilih sebagai pimpinan PBNU merupakan dari generasi muda yang memiliki stamina lebih kuat dan lebih lincah dalam mengeksekusi program-program kerja ke depan.
“Dan bahwasanya yang terpilih adalah Gus Yahya, saya kira hal tersebut lebih mencerminkan adanya keinginan untuk melakukan pembaruan, karena Pak Said Aqil kan sudah 10 tahun memimpin NU, dan yang kedua Gus Yahya adalah orang muda dan muda-mudahan staminanya lebih kuat, lebih lincah menjalajahi NU di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Kiai lulusan Sosiologi Universitas Gadjahmada Yogyakarta ini, kata Qodari memiliki pekerjaan rumah yang panjang ke dedan, diantaranya menata ulang organisasi NU agar lebih baik dari sebelumnya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Gus Yahya kepada GP Ansor dan Banser selama ini.
“Nah PR ke depan apa, saya kira nomor satu bagaimana penataan organisasi di NU lebih baik lagi bila dibandingkan dengan sebelumnya, dan muda-mudahan hal ini bisa kondusif, karena Gus Yahya kita tau pendidikannya adalah sosilogi, selain pendidikan pesantren juga pendidikan sosiologi di UGM,” ungkapnya.
“Mudah-mudahan rasionalisasi organisasi ini lebih terwujud di NU sebagaimana Gus Yahya sudah memberikan perannya, pemikirannya di Ansor dan Banser sehingga pelatihan-pelatiham di Ansor itu menjadi lebih rapi, tertata bila dibandingkan dengan sebelumnya,” tambahnya.
Gus Yahya, lanjut Qodari juga bisa memanfaatkan jabatannya untuk menghidupkan ekonomi masyarakat, khususnya bagi warga NU di seluruh Indonesia. Hal utama yang harus dilakukan adalah membangun komunikasi dari pusat hingga ke ranting NU di desa-desa agar NU mampu menjawab perubahan zaman ke depan.
“Kemudian kita juga berharap bahwa NU di bawah Gus Yahya akan memiliki program-program pemberdayaan ekomomi bagi masyarakat, khususnya warga NU yang betul-betul bisa memiliki penetrasi yang dalam dan luas ke berbagai cabang, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai ke kecamatan hingga tingkat ranting. Dan tentunya bagaiman NU bisa beradabtasi dengan perubahan zaman,” jelasnya.
Qodari juga menyoal pidato Presiden Joko Widodo saat membuka Muktamar NU yang menyinggung soal metaverse. Hal ini sebagai bentuk ajakan kepada warga NU untuk bisa beradaptasi dengan perubahan zaman ke depan, terutama soal dunia digital.
“Kalau kita lihat Pak Jokowi sendiri dalam pidatonya di pembukaan sudah berbicara mengemai metaverse itu kan luar biasa, jadi saya kira pak Jokowi sedang mengajak NU untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan yang akan terjadi, khususnya di dunia digital,” katanya.
Qodari berharap, Gus Yahya ke depan tidak hanya bekerja merealisasikan program-program kerjanya, tetapi bagaimana mengevaluasi ulang perjalanan NU sejak awal berdiri hingga akan menginjak 100 tahun di tahun 2026 nanti, serta menyiapkan langkah-langkah konkrit untuk 100 tahun ke depannya juga.
“Nah saya kira harus diidentifikasi lima tahun ini, jadi saya kira tahun ini selain bekerja sebetulnya melakukan evalusasi 100 tahun NU dan membuat proyeksi 100 tahun ke depan,” katanya.
Jakarta: KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdatul Ulama (
PBNU) masa khidmat 2021-2026. Selain terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketum PBNU, KH Miftahul Akhyar juga terpilih sebagai Rais Aam.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, Mohammad Qodari menyampaikan, selamat kepada dua Kiai karismatik itu. Qodari mengajak semua pihak menyampaikan syukur atas berlangsung Muktamar dengan lancar, aman dan tanpa ada gesekan panas antar pendukung calon ketua.
"Kita patut bersyukur bahwa Muktamar NU yang diselenggarakan di Lampung berjalan dengan lancar, aman dan sejuk,” kata Qodari di Jakarta, Jumat, 24 Desember 2021.
Menurut Qodari, di antara dua calon Ketum PBNU Gus Yahya dan Kiai Said Aqil Siradj adalah anak ideologis Abdurahman Wahid alias Gus Dur, hingga siapapun yang terpilih NU tetap akan berada dalam garis moderasi dan bisa menjadi pilar bagi Islam dan bangsa Indonesia.
“Kemudian yang kedua kita bersyukur juga bahwa kandidat yang bertarung dua-duanya merupakan anak idieologis, dan anak pemikiran dari Gus Dur sehingga siapapun yang terpilih, kita yakin bahwa NU tetap dalam garis moderasi dan bisa menjadi pilar bagi Islam di nusantara, dan pilar bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan,” ucapnya.
Baca:
Gus Yahya Terpilih sebagai Ketum PBNU 2021-2026
Terpilihnya Gus Yahya diyakini mampu membawa perubahan bagi organisasi Islam terbesar di Indonesia ini, karena yang terpilih sebagai pimpinan PBNU merupakan dari generasi muda yang memiliki stamina lebih kuat dan lebih lincah dalam mengeksekusi program-program kerja ke depan.
“Dan bahwasanya yang terpilih adalah Gus Yahya, saya kira hal tersebut lebih mencerminkan adanya keinginan untuk melakukan pembaruan, karena Pak Said Aqil kan sudah 10 tahun memimpin NU, dan yang kedua Gus Yahya adalah orang muda dan muda-mudahan staminanya lebih kuat, lebih lincah menjalajahi NU di seluruh Indonesia,” ujarnya.