Tenaga medis do RSD Wisma Atlet. Medcom.id/Sri Yanti Nainggolan
Tenaga medis do RSD Wisma Atlet. Medcom.id/Sri Yanti Nainggolan

Jatuh Mental Para Penghuni RSD Wisma Atlet

Sri Yanti Nainggolan • 29 September 2020 03:24
Jakarta: Meningkatkan imun tubuh agar sembuh dari virus korona (covid-19) tak hanya dengan makan makanan bergizi atau olahraga. Kesehatan mental juga menjadi hal penting dalam melawan virus tersebut.
 
Randi Febrian Putra, 24, sudah bertugas di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet sebagai satu-satunya hipnoterapis dari divisi medis kesehatan jiwa. Dia bekerja dengan dua psikiater dan 10 psikolog untuk menyediakan layanan konsultasi mental.
 
"Di sini rata-rata banyak stres karena ditinggal keluarga dan dikucilkan masyarakat. Saya memberikan trauma healing pada mereka," kata Randi pada Medcom.id, Sabtu. 26 September 2020.

Dia mengatakan kebanyakan pasien covid-19 stres karena tak terima terpapar virus tersebut. Apalagi, mereka terjangkit kategori orang tanpa gejala (OTG) dan masih berusia muda. Hal ini dapat dimaklumi karena psikologis para pasien usia ini cenderung masih labil.
 
"Saya menghibur, mereka yang mengucilkan belum tentu tahu apakah mereka positif atau negatif (covid)," katanya.
 
Setiap hari, Randi mengunjungi setidaknya 20 pasien di tower 6 dan tower 7. Sistem kerja Randi berbeda dengan psikolog yang mengunjungi dua kali seminggu. Sementara dia sehari dinas, sehari libur.
 
 

Randi hanya mengunjungi pasien dengan kategori berat. Artinya, konsultasi tak bisa dilakukan via daring lagi. Mereka membutuhkan terapi.
 
"Pasien mengajukan ke perawat, kemudian mereka langsung didatangi (oleh tim medis kesehatan jiwa), karena kita tak tahu kapan mereka merasa galau atau stres," kata dia.

Sempat stres di awal masuk

Randi mengaku sempat stres karena banyak pasien berdatangan sementara jumlah nakes sedikit. Namun, hal itu hanya dirasakan pada pekan pertama masuk pada Maret 2020.
 
Dia tak pernah merasa kewalahan selama hampir enam bulan berada di RSD. Kuncinya adalah ikhlas.
 
"Kalaupun iya, saya akan menghipnoterapi diri sendiri dengan meditasi tiga jam, sama seperti yang saya sarankan pada pasien," kata dia.
 
Dia juga menyibukkan diri dengan hal-hal positif seperti rajin olahraga atau bercengkrama dengan teman. Randi mendengarkan keluh kesah teman-teman dan membantu mencari solusi atau sekedar menghibur.
 
"Saya senang. Justru saya pusing, kalau tak ada yang cerita ke saya," ujar dia.
 
 

Stres di awal tak hanya dirasakan Randi. Tak sedikit relawan nakes RSD Wisma Atlet yang memanfaatkan fasilitas kejiwaan tersebut ketika awal berdinas.
 
"Otaknya tersugesti ada bahaya. Kalau sudah terbiasa, tidak lagi. Saya juga kaget (awalnya), suasana mencekam tapi lama-kelamaan terbiasa dan tetap waspada," ucap dia.

Menjaga kebersihan tangan adalah paling utama

Banyak nakes sudah terpapar covid-19. Hal itu membuat Randi turut prihatin. Menurut dia, kemungkinan virus masuk dalam tubuh karena sterilisasi APD yang tak maksimal saat selesai bertugas. Namun, bisa jadi kurang disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan saat tak bertugas.
 
Oleh karena itu, dia menyarankan agar para nakes menjaga kebersihan tangan, ini yang paling utama karena tangan kerap kali refleks memegang area wajah.
 
"Kalau kamu pakai 10 masker tapi kamu memegang hidung dengan tangan, bisa terjadi penularan," kata dia.
 
Randi juga menyayangkan perilaku masyarakat yang makin bebal. Belum lagi, masyarakat yang menganggap memakai masker adalah paksaan.
 
"Patuhi protokol, dimulai dari diri sendiri, baru ke orang lain," tegas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan