Pernyataan Jenderal Dudung 'Jangan Terlalu Dalam Pelajari Agama' Tuai Polemik
Cindy • 06 Desember 2021 14:38
Jakarta: Belum genap sebulan dilantik, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman menuai polemik. Dudung sempat melontarkan pernyataan, "jangan terlalu dalam mempelajari agama".
Ucapan itu dilontarkan saat Dudung memberikan ceramah di Masjid Nurul Amin, Kota Jayapura, Papua, beberapa waktu lalu. Video ceramah itu diunggah akun YouTube resmi TNI AD.
Sejumlah pejabat dan tokoh publik mempertanyakan pernyataan Dudung Abdurachman hingga TNI AD harus memberikan klarifikasi atas pernyataan tersebut. Berikut selengkapnya:
Ketua MUI: urusan agama bukan ranah Dudung
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Cholil Nafis mempertanyakan maksud Jenderal Dudung terkait 'jangan terlalu dalam mempelajari agama'. Ucapan tersebut mengandung banyak makna.
"Dalam pemahaman saya yang mengikuti hadis, baca hadis kalau orang dikehendaki baik oleh Allah di antaranya adalah orang yang paham agama, bahkan yang mendalami agama," kata Cholil, Senin, 6 Desember 2021.
"Jadi memang memahami agama harus mendalam, kalau lurus-lurusnya. Saya enggak tahu apa yang dimaksud oleh beliau (Jenderal Dudung) itu apa. Maka saya tanya apa maksudnya," lanjut dia lagi.
Jenderal Dudung diminta fokus mengemban tugas dan kewenangannya sebagai KSAD, terutama menyelesaikan konflik Papua. Urusan agama bukan wilayahnya, sehingga pernyataannya bisa menjadi kesalahpahaman.
"Kesejahteraan TNI itu juga perlu diperhatikan, profesionalismenya juga perlu ditingkatkan. Saya pikir fokus lebih baik karena agama bukan tupoksinya, bukan wilayahnya, sehingga sering disalahpahami," ucap Cholil.
Baca: Pernyataan Dudung Diyakini Turunkan Ketegangan di Papua
Menag menduga-duga maksud pernyataan Dudung
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas di KPK. Medcom.id/Candra.
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas juga merespons pernyataan Jenderal Dudung Abdurachman. Dia mengaku tidak tahu persis apa yang disampaikan Dudung.
Yaqut menduga maksud Jenderal Dudung ialah tidak belajar agama terlalu dalam sendirian. Belajar agama harus mendapat pendampingan dari guru, kiai, maupun ulama.
"Saya bisa menduga yang dimaksud adalah jangan belajar agama sendiri terlalu dalam. Tetapi dalamilah agama dengan bimbingan guru atau kiai atau ulama," ujar Yaqut.
Yaqut mencontohkan pernyataan sejumlah tokoh agama terkait pernyataan Jenderal Dudung tersebut. Yakni, Al Ghazali dan Abu Yazid Al-Busthami.
"Sebagaimana Al Ghazali sampaikan, barang siapa yang tidak mempunyai guru yang memberi petunjuk, maka setan yang akan menuntunnya. Dalam bahasa lain, Imam Abu Yazid Al Busthami mengatakan, barang siapa tidak mempunyai guru, maka imamnya adalah setan," jelas dia.
Meski begitu, Yaqut menyebut maksud pernyataan itu tentu hanya Jenderal Dudung yang tahu. Yaqut hanya menerka-nerka pernyataan Dudung semata.
Baca: Anggota Kerap Bentrok, KSAD dan Kapolri Tekankan Jaga Sinergitas
Klarifikasi TNI AD
Dinas Penerangan TNI AD (Dispenad) menjelaskan pernyataan KSAD terkait kalimat "jangan terlalu dalam mempelajari agama". Makna pernyataan tersebut sama seperti yang dijelaskan Menag Yaqut Cholil Qoumas.
"Maksud Kasad mempelajari agama terlalu dalam akan terjadi penyimpangan, apabila tanpa guru," dikutip dari akun Twitter resmi @tni_ad.
Selain itu, Kadispenad Brigjen TNI Tatang Subarna juga menuturkan mempelajari agama tanpa ada guru, ustaz, atau pembimbing yang ahli dalam ilmunya bisa berpotensi terjadi penyimpangan. Sebab, banyak orang mendalami agama tanpa pendampingan mudah terperdaya oknum yang menafsirkan agama tidak sesuai dengan ajaran sebenarnya.
"Dengan belajar agama sendiri, apalagi secara mendalam tanpa guru, cenderung akan mudah terpengaruh. Pada akhirnya justru akan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan," ucap Tatang.
"Misalnya, kata hadis ini ikut. Kemudian, kata hadis yang lain juga ikut. Oleh karenanya, jangan terlalu dalam mempelajari agama tanpa guru pembimbing yang ahli. Bebreda apabila ada yang mengarahkan dan membimbing dengan benar dan ahli," lanjut dia.
Baca: TNI AD akan Rekrut Prajurit Berlatar Belakang Santri
Jakarta: Belum genap sebulan dilantik, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal
Dudung Abdurachman menuai polemik. Dudung sempat melontarkan pernyataan, "
jangan terlalu dalam mempelajari agama".
Ucapan itu dilontarkan saat Dudung memberikan ceramah di Masjid Nurul Amin, Kota Jayapura, Papua, beberapa waktu lalu. Video ceramah itu diunggah akun YouTube resmi TNI AD.
Sejumlah pejabat dan tokoh publik mempertanyakan pernyataan Dudung Abdurachman hingga TNI AD harus memberikan klarifikasi atas pernyataan tersebut. Berikut selengkapnya:
Ketua MUI: urusan agama bukan ranah Dudung
Ketua Majelis Ulama Indonesia (
MUI) Muhammad Cholil Nafis mempertanyakan maksud Jenderal Dudung terkait 'jangan terlalu dalam mempelajari agama'. Ucapan tersebut mengandung banyak makna.
"Dalam pemahaman saya yang mengikuti hadis, baca hadis kalau orang dikehendaki baik oleh Allah di antaranya adalah orang yang paham agama, bahkan yang mendalami agama," kata Cholil, Senin, 6 Desember 2021.
"Jadi memang memahami agama harus mendalam, kalau lurus-lurusnya. Saya enggak tahu apa yang dimaksud oleh beliau (Jenderal Dudung) itu apa. Maka saya tanya apa maksudnya," lanjut dia lagi.
Jenderal Dudung diminta fokus mengemban tugas dan kewenangannya sebagai KSAD, terutama menyelesaikan konflik Papua. Urusan agama bukan wilayahnya, sehingga pernyataannya bisa menjadi kesalahpahaman.
"Kesejahteraan TNI itu juga perlu diperhatikan, profesionalismenya juga perlu ditingkatkan. Saya pikir fokus lebih baik karena agama bukan tupoksinya, bukan wilayahnya, sehingga sering disalahpahami," ucap Cholil.
Baca:
Pernyataan Dudung Diyakini Turunkan Ketegangan di Papua