medcom.id. Jakarta: Tahun ini, perayaan Idul Adha diaksanakan pada 12 September. Tapi, masyarakat harus tetap berhati-hati. Jangan sampai kesempatan menenuaikan ibadah kurban dan saling berbagi kepada sesama ini berakibat buruk lantaran hewan yang dikorbankan ternyata terkena penyakit.
Kekhawatiran akan penyakit hewan ini sebenarnya sempat menjadi sorotan publik di Idul Adha tahun 2015 lalu. Yakni, saat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melarang hewan kurban dipotong di sekolah-sekolah.
Pro-kontra bermunculan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan sempat menyebut pria asal Belitung Timur itu berlebihan. Namun, Ahok menyebut larangan tersebut lebih sebagai antisipasi masalah kesehatan. Bukan membatasi masyarakat Jakarta untuk berkurban.
“Kalau darahnya ke tanah di sekolah bisa menularkan penyakit ke anak-anak. Kita juga tidak pernah tahu. Lebih baik kita antisipasi,” ucap Ahok tentang isu heboh Idul Adha tahun 2015 di Jakarta tersebut. Baca: Alasan Ahok Larang Potong Hewan Kurban di Sekolah
Tahun ini memang tidak larangan seperti tahun lalu di DKI Jakarta. Niat serupa di beberapa daerah lebih mengarah kepada imbauan. Pemerintah Sumatera Barat yang mengimbau panitia pemotongan tak menerima hewan kurban “lolos pemeriksaan kesehatan” contohnya. Baca: Panitia Kurban di Sumbar Diimbau Tolak Hewan tanpa SKKH
Kurban meningkat, pengawasan diperketat
Sepekan belakangan, Kementerian Pertanian (Kementan) kian gencar melakukan pemeriksaan dan pengawasan hewan-hewan ternak. Terutama untuk mencegah hewan kurban yang terkena penyakit tersebar.
Ribuan pengawas dari pemerintah pusat dan daerah diturunkan hingga ke sentra-sentra penjualan hewan di daerah. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menilai kerja ekstra harus dilakukan tidak ada penyakit hewan yang menyebar ke manusia.
Pengawasan yang ketat ini memang harus dilakukan karena jumlah hewan yang dipotong selama Idul Adha memiliki tren meningkat.
Area Jabodetabek bisa menjadi contoh. Balai Karantina dan Pertanian (BKP) Kelas II Cilegon mencatat jumlah pengiriman hewan kurban sebanyak dari Sumatera ke Jawa mencapai 10.626 ekor sapi dan 8.210 ekor kambing hingga 2 September lalu. Total yang tercata hingga 9 September ini, ada 33.080 hewan dikurbankan di DKI Jakarta.
Jumlah kurban tiap tahunnya memang tidak sedikit. Data sementara Dirjen Peternakan dan Kesehatan, setidaknya ada 495.527 hewan kurban yang akan dipotong tahun ini. Angka tersebut masih sangat mungkin terus bertambah karena data beberapa daerah masih belum masuk.
Namun masyarakat harus mengingat. Kewajiban untuk mengawasi kesehatan kurban ini tidak boleh hanya dilimpahkan ke pemerintah. Panitia di tempat pemotongan kurban maupun masyarakat yang berkurban juga dapat berperan.
Hewan cukup umur dan sehat
Syariat Islam mengatur tata cara kurban di hari raya. Mulai dari siapa yang berkurban, siapa yang berhak menerima, hingga syarat yang harus dipenuhi hewan untuk kurban. Umur kurban dan kesehatan
“Hewan ternak harus cukup umur. Seperti untuk sapi, harus berusia dua tahun yang ditandai dengan sudah jatuh gigi," kata Petugas paramedis Distanla Kota Medan, Labuhan Siregar di Medan Polonia, Selasa (6/9/2016).
Masalah umur yang tidak cukup ini ditemukan tim pengawas di Makassar. Setidaknya ada 600 hewan kurban tak layak ditemukan di kota asal Wakil Presiden Jusuf Kalla itu.
Selain itu Dr Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar dalam salah satu tulisannya menjelaskan, salah syarat hewan yang dikurbankan yakni bebas dari aib (cacat) yang mencegah keabsahannya. Beberapa diantaranya, buta sebelah yang tampak, sakit yang jelas, pincang yang jelas, sangat kurus, dan tidak mempunyai sumsum tulang.
Labuhan berbagi tips melihat hewan yang sehat dan layak dikurbankan. Pertama dari suhu dan pola bernapas si hewan. "Pernapasannya normal dan suhu tubuhnya tidak lebih dari 40 derajat celcius,” ujar Labuhan.
Ciri sapi sehat lainnya, matanya jernih dan tidak berair. Lalu bulunya tidak jigkrak (berdiri), feses (kotoran) nya tidak cair. Sapi yang sehat juga tidak mengeluarkan cairan dari hidung yang jumlahnya berlebihan. Baca: Sebelum Berkurban, Kenali Tanda Hewan Ternak Sehat
Infografik: Antrax dan ancaman ke manusia - AFP
Penyakit hewan
Hewan ternak tidak sehat sempat ditemukan di beberapa tempat. Beberapa hewan terkena penyakit yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya seperti diare atau sakit mata. Namun yang harus diwaspadai masyarakat adalah beberapa hewan yang memiliki ciri penyakit seperti Antrax, Rabies, atau terkena Cacing Hati.
Berikut adalah rangkuman Media Research Center tentang ciri hewan ternak yang terkena penyakit tersebut.
Antrax
Hewan dengan kondisi lemah dan tidak banyak bergerak
Ritme nafas yang tidak teratur
Ada pembengkakan yang parah di kelenjar dada, leher, dan alat kelamin
Sekujur badan penuh dengan bisul
Rabies
Nafsu makan menurun
Berliur berlebihan
Berperilaku menjadi agresif
Takut cahaya & keramaian
Cacing hati
Penurunan berat badan hewan
Hewan alami masalah pencernaan seperti diare
Kondisi hewan tampak lemah dan tidak segar
Mata hewan terlihat cekung dan telinga yang turun terkulai
Pembengkakan pada daerah rahang bawah
Tampak pada organ hati yaitu berwarna pucat & dipenuhi urat berwarna putih, mengeras dengan permukaan tidak rata
Baca juga: Trik Cerdik Memilih Hewan Kurban
medcom.id. Jakarta: Tahun ini, perayaan Idul Adha diaksanakan pada 12 September. Tapi, masyarakat harus tetap berhati-hati. Jangan sampai kesempatan menenuaikan ibadah kurban dan saling berbagi kepada sesama ini berakibat buruk lantaran hewan yang dikorbankan ternyata terkena penyakit.
Kekhawatiran akan penyakit hewan ini sebenarnya sempat menjadi sorotan publik di Idul Adha tahun 2015 lalu. Yakni, saat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melarang hewan kurban dipotong di sekolah-sekolah.
Pro-kontra bermunculan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan sempat menyebut pria asal Belitung Timur itu berlebihan. Namun, Ahok menyebut larangan tersebut lebih sebagai antisipasi masalah kesehatan. Bukan membatasi masyarakat Jakarta untuk berkurban.
“Kalau darahnya ke tanah di sekolah bisa menularkan penyakit ke anak-anak. Kita juga tidak pernah tahu. Lebih baik kita antisipasi,” ucap Ahok tentang isu heboh Idul Adha tahun 2015 di Jakarta tersebut. Baca:
Alasan Ahok Larang Potong Hewan Kurban di Sekolah
Tahun ini memang tidak larangan seperti tahun lalu di DKI Jakarta. Niat serupa di beberapa daerah lebih mengarah kepada imbauan. Pemerintah Sumatera Barat yang mengimbau panitia pemotongan tak menerima hewan kurban “lolos pemeriksaan kesehatan” contohnya. Baca:
Panitia Kurban di Sumbar Diimbau Tolak Hewan tanpa SKKH
Kurban meningkat, pengawasan diperketat
Sepekan belakangan, Kementerian Pertanian (Kementan) kian gencar melakukan pemeriksaan dan pengawasan hewan-hewan ternak. Terutama untuk mencegah hewan kurban yang terkena penyakit tersebar.
Ribuan pengawas dari pemerintah pusat dan daerah diturunkan hingga ke sentra-sentra penjualan hewan di daerah. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menilai kerja ekstra harus dilakukan tidak ada penyakit hewan yang menyebar ke manusia.
Pengawasan yang ketat ini memang harus dilakukan karena jumlah hewan yang dipotong selama Idul Adha memiliki tren meningkat.
Area Jabodetabek bisa menjadi contoh. Balai Karantina dan Pertanian (BKP) Kelas II Cilegon mencatat jumlah pengiriman hewan kurban sebanyak dari Sumatera ke Jawa mencapai 10.626 ekor sapi dan 8.210 ekor kambing hingga 2 September lalu. Total yang tercata hingga 9 September ini, ada 33.080 hewan dikurbankan di DKI Jakarta.
Jumlah kurban tiap tahunnya memang tidak sedikit. Data sementara Dirjen Peternakan dan Kesehatan, setidaknya ada 495.527 hewan kurban yang akan dipotong tahun ini. Angka tersebut masih sangat mungkin terus bertambah karena data beberapa daerah masih belum masuk.
Namun masyarakat harus mengingat. Kewajiban untuk mengawasi kesehatan kurban ini tidak boleh hanya dilimpahkan ke pemerintah. Panitia di tempat pemotongan kurban maupun masyarakat yang berkurban juga dapat berperan.
Hewan cukup umur dan sehat
Syariat Islam mengatur tata cara kurban di hari raya. Mulai dari siapa yang berkurban, siapa yang berhak menerima, hingga syarat yang harus dipenuhi hewan untuk kurban. Umur kurban dan kesehatan
“Hewan ternak harus cukup umur. Seperti untuk sapi, harus berusia dua tahun yang ditandai dengan sudah jatuh gigi," kata Petugas paramedis Distanla Kota Medan, Labuhan Siregar di Medan Polonia, Selasa (6/9/2016).
Masalah umur yang tidak cukup ini ditemukan tim pengawas di Makassar. Setidaknya ada 600 hewan kurban tak layak ditemukan di kota asal Wakil Presiden Jusuf Kalla itu.
Selain itu Dr Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar dalam salah satu tulisannya menjelaskan, salah syarat hewan yang dikurbankan yakni bebas dari aib (cacat) yang mencegah keabsahannya. Beberapa diantaranya, buta sebelah yang tampak, sakit yang jelas, pincang yang jelas, sangat kurus, dan tidak mempunyai sumsum tulang.
Labuhan berbagi tips melihat hewan yang sehat dan layak dikurbankan. Pertama dari suhu dan pola bernapas si hewan. "Pernapasannya normal dan suhu tubuhnya tidak lebih dari 40 derajat celcius,” ujar Labuhan.
Ciri sapi sehat lainnya, matanya jernih dan tidak berair. Lalu bulunya tidak jigkrak (berdiri), feses (kotoran) nya tidak cair. Sapi yang sehat juga tidak mengeluarkan cairan dari hidung yang jumlahnya berlebihan. Baca:
Sebelum Berkurban, Kenali Tanda Hewan Ternak Sehat

Infografik: Antrax dan ancaman ke manusia - AFP
Penyakit hewan
Hewan ternak tidak sehat sempat ditemukan di beberapa tempat. Beberapa hewan terkena penyakit yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya seperti diare atau sakit mata. Namun yang harus diwaspadai masyarakat adalah beberapa hewan yang memiliki ciri penyakit seperti Antrax, Rabies, atau terkena Cacing Hati.
Berikut adalah rangkuman
Media Research Center tentang ciri hewan ternak yang terkena penyakit tersebut.
Antrax
- Hewan dengan kondisi lemah dan tidak banyak bergerak
- Ritme nafas yang tidak teratur
- Ada pembengkakan yang parah di kelenjar dada, leher, dan alat kelamin
- Sekujur badan penuh dengan bisul
Rabies
- Nafsu makan menurun
- Berliur berlebihan
- Berperilaku menjadi agresif
- Takut cahaya & keramaian
Cacing hati
- Penurunan berat badan hewan
- Hewan alami masalah pencernaan seperti diare
- Kondisi hewan tampak lemah dan tidak segar
- Mata hewan terlihat cekung dan telinga yang turun terkulai
- Pembengkakan pada daerah rahang bawah
- Tampak pada organ hati yaitu berwarna pucat & dipenuhi urat berwarna putih, mengeras dengan permukaan tidak rata
Baca juga:
Trik Cerdik Memilih Hewan Kurban
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADM)