Jakarta: Anggota Komisi I DPR Andreas Hugo Pariera menilai pernyataan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang menyebut tiga persen prajurit TNI terpapar radikalisme persoalan serius. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto diminta turun tangan menyelidiki informasi ini.
"Tanggung jawabnya itu kan ada dalam lingkungan garis komando insitusi dan harus mengidentifikasi itu bagian dari disiplin organisasi tentara," kata Andreas di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Juni 2019.
Menurut Andreas, angka tiga persen saja dinilai sangat serius. Sebagai individu yang dipersenjatai tentu masalah ini harus menjadi perhatian bersama. Namun, jangan juga terjebak pada identifikasi mendalam untuk menyelidiki temuan.
"Hitung saja kalau ada tiga persen kira-kira anggota TNI ada 400-500 ribu. Artinya sekitar 10 ribuan tentara itu tentu sesuatu yang serius," ujar Andreas.
Baca juga: Menhan: Tiga Persen Anggota TNI Terpapar Radikalisme
Komisi I akan meminta keterangan lebih lanjut kepada Menhan terkait temuan ini dalam rapat kerja selanjutnya. Termasuk data-data yang digunakan dalam mengidentifikasi cap radikal seorang prajurit.
"Saya nggak tahu Pak menteri memiliki data dari mana. Tetapi kalau itu sudah betul sesuatu yang sangat serius sehingga nanti dalam pertemuan dengan komisi 1 kita akan meminta menjelaskan," pungkasnya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku prihatin dengan dengan sekelompok tertentu yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi khilafah negara Islam. Parahnya lagi, kata dia, ada prajurit TNI yang terpapar paham radikalime.
"Saya sangat prihatin dengan hasil pengamatan yang dilakukan Kementerian Pertahanan baru-baru ini tentang Pancasila. Pancasila itu kan perekat negara kesatuan ini. Rusaknya Pancasila, merusak persatuan kita. Hilangnya Pancasila berarti hilangnya negara ini," kata Ryamizard dalam sambutannya saat acara halalbihalal dengan anggota aktif dan purnawirawan TNI yang dilangsungkan di GOR Ahmad Yani Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 19 Juni 2019.
Baca juga: Kelompok 'Islam Eksklusif' Cari Mangsa Mahasiswa Baru
Berdasarkan data yang dimiliki Kemhan, sekitar tiga persen anggota TNI yang sudah terpapar paham radikalisme dan tidak setuju dengan ideologi negara, Pancasila.
"Kurang lebih tiga persen (anggota) TNI terpengaruh radikalisme," ujarnya.
Selain prajurit TNI yang tidak setuju dengan Pancasila, kata Ryamizard, sebanyak 23,4 persen mahasiswa setuju dengan negara Islam atau khilafah, lalu ada 23,3 persen pelajar SMA.
"Sebanyak 18,1 persen pegawai swasta menyatakan tidak setuju dengan ideologi Pancasila, kemudian 19,4 persen PNS menyatakan tidak setuju dengan ideologi Pancasila, dan 19,1 persen pegawai BUMN tidak setuju dengan Pancasila," ujarnya.
Jakarta: Anggota Komisi I DPR Andreas Hugo Pariera menilai pernyataan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang menyebut tiga persen prajurit TNI terpapar radikalisme persoalan serius. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto diminta turun tangan menyelidiki informasi ini.
"Tanggung jawabnya itu kan ada dalam lingkungan garis komando insitusi dan harus mengidentifikasi itu bagian dari disiplin organisasi tentara," kata Andreas di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Juni 2019.
Menurut Andreas, angka tiga persen saja dinilai sangat serius. Sebagai individu yang dipersenjatai tentu masalah ini harus menjadi perhatian bersama. Namun, jangan juga terjebak pada identifikasi mendalam untuk menyelidiki temuan.
"Hitung saja kalau ada tiga persen kira-kira anggota TNI ada 400-500 ribu. Artinya sekitar 10 ribuan tentara itu tentu sesuatu yang serius," ujar Andreas.
Baca juga:
Menhan: Tiga Persen Anggota TNI Terpapar Radikalisme
Komisi I akan meminta keterangan lebih lanjut kepada Menhan terkait temuan ini dalam rapat kerja selanjutnya. Termasuk data-data yang digunakan dalam mengidentifikasi cap radikal seorang prajurit.
"Saya nggak tahu Pak menteri memiliki data dari mana. Tetapi kalau itu sudah betul sesuatu yang sangat serius sehingga nanti dalam pertemuan dengan komisi 1 kita akan meminta menjelaskan," pungkasnya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku prihatin dengan dengan sekelompok tertentu yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi khilafah negara Islam. Parahnya lagi, kata dia, ada prajurit TNI yang terpapar paham radikalime.
"Saya sangat prihatin dengan hasil pengamatan yang dilakukan Kementerian Pertahanan baru-baru ini tentang Pancasila. Pancasila itu kan perekat negara kesatuan ini. Rusaknya Pancasila, merusak persatuan kita. Hilangnya Pancasila berarti hilangnya negara ini," kata Ryamizard dalam sambutannya saat acara halalbihalal dengan anggota aktif dan purnawirawan TNI yang dilangsungkan di GOR Ahmad Yani Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 19 Juni 2019.
Baca juga:
Kelompok 'Islam Eksklusif' Cari Mangsa Mahasiswa Baru
Berdasarkan data yang dimiliki Kemhan, sekitar tiga persen anggota TNI yang sudah terpapar paham radikalisme dan tidak setuju dengan ideologi negara, Pancasila.
"Kurang lebih tiga persen (anggota) TNI terpengaruh radikalisme," ujarnya.
Selain prajurit TNI yang tidak setuju dengan Pancasila, kata Ryamizard, sebanyak 23,4 persen mahasiswa setuju dengan negara Islam atau khilafah, lalu ada 23,3 persen pelajar SMA.
"Sebanyak 18,1 persen pegawai swasta menyatakan tidak setuju dengan ideologi Pancasila, kemudian 19,4 persen PNS menyatakan tidak setuju dengan ideologi Pancasila, dan 19,1 persen pegawai BUMN tidak setuju dengan Pancasila," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)