Setara Institute menggelar Diskusi Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa di 10 PTN, Medcom.id/Candra Yuri Nuralam.
Setara Institute menggelar Diskusi Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa di 10 PTN, Medcom.id/Candra Yuri Nuralam.

Kelompok 'Islam Eksklusif' Cari Mangsa Mahasiswa Baru

Candra Yuri Nuralam • 01 Juni 2019 07:07
Jakarta: Peneliti Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMa-IPB), Eko Cahyono menjelaskan, gerakan Islam eksklusif transnasional berkedok organisasi lembaga muslim di kampus berkembang layaknya sebuah warisan. Pemahaman ini diwariskan dari senior kepada juniornya.
 
"Kelompok militan dan eksklusif ini sudah dari 98 (tahun 1998), sudah 20 tahun, jadi mereka punya jaringan oligarki, mereka ada di senior," kata Eko di Hotel Ibis Tamarin, Jakarta, Jumat, 31 Mei 2019.
 
Gerakan Islam ekslusif transnasional biasanya dipengaruhi oleh gerakan-gerakan yang beroperasi di level internasional. Gerakan Tarbiyah misalnya, dipengaruhi oleh Ikhwanul Muslimin di Mesir, di kampus ada juga gema pembebasan gerakan mahasiswa yang punya kedekatan dengan Hizbut Tahrir Indonesia yang adalah bagian dari Hizbut Tahrir Internasional.

Eko menjelaskan, kelompok Islam eksklusif transnasional ini akan mencari mangsa, utamanya mahasiswa baru saat pertama kali masuk ke perguruan tinggi. Nantinya, para senior yang sudah ada dalam kelompok itu akan mengajak para mahasiswa baru masuk dengan embel-embel agama.
 
Usai masuk, pemahaman yang akan diberikan akan berbeda dari persetujuan awal. Para mahasiswa baru yang masih polos ini akan diberikan doktrin oleh para senior dengan cara pendekatan personal.
 
"Dia (senior) punya tanggung jawab mulai dari mahasiswa masuk, mereka akan mengemong mulai dari asrama," ujar Eko.
 
Baca:  Kelompok Islam Eksklusif Leluasa Bergerak di Kampus
 
Pendekatan personal yang dilakukan senior untuk membujuk juniornya layaknya seorang sahabat. Nantinya, kata Eko, para senior itu akan membantu urusan juniornya selama di kampus untuk menimbulkan ikatan kepercayaan.
 
Ikatan kepercayaan inilah yang akan dimanfaatkan untuk membentuk solidaritas tinggi juniornya dalam kelompok militan tersebut. Semakin erat ikatan yang dibangun oleh senior, semakin tinggi loyalitas junior yang terdampak.
 
"Itu membuat mereka mendoktrin setiap hari otaknya, dicuci untuk tetap menjaga loyalitasnya terhadap kelompok tersebut. Jadi dibuat militan, yang membuat mereka akan merasa paling eksklusif dengan kelompok lain," tegas Eko.
 
Baca:  Setara Institute Sebut 'Islam Eksklusif' Berkembang di 10 PTN
 
Direktur Riset Setara Institute, Halili, mengatakan, dari sepuluh perguruan tinggi yang masuk dalam penelitiannya, dua di antaranya mendapat paparan militan paling tinggi. "Paling berat ITB dan IPB, tapi terobosan IPB promising, kita mesti support," tegas Halili.
 
Perkembangan kelompok Islam eksklusif transnasional di 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) bergerak dengan sangat leluasa. Mereka, seperti hasil penelitian Setara Institute, tak ada beban apalagi rintangan untuk menghapus ideologi Pancasila di Indonesia.
 
"Dalam situasi tertentu, ini menjadi ancaman Pancasila, demokrasi, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Direktur Riset Setara Institute, Halili, di Hotel Ibis Tamarin, Jakarta, Jumat, 31 Mei 2019.
 
Menurut Halili, kelompok ini bisa menggemuk karena pihak kampus tekesan acuh. Walhasil, kelompok Islam transnasional ini leluasa bergerak. Dan, satu yang pasti, kelompok eksklusif berkedok agama ini solid.
 
Kesepuluh kampus itu yakni Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Institut Teknologi Bandung, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, dan Universitas Mataram.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan