Jakarta: Alasan keagamaan menjadi faktor istri terduga teroris melakukan bom bunuh diri bersama anaknya di Sibolga, Sumatera Utara, pada dini hari. Dalam pemahaman mereka malaikat turun pada sepertiga malam.
"Waktu antara pukul 1.30 sampai jam 2 pagi pemahaman mereka itu waktu salat tahajud. Jam itu jam krusial yang dipahami mereka bahwa malaikat turun," kata Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis 14 Maret 2019.
Dedi menambahkan, terduga teroris itu berpikir dengan mati pada waktu sepertiga malam atau dini hari, dosanya akan diampuni. Padahal, lanjutnya, pemikiran itu bertolak belakang dengan ajaran agama.
"Dengan melakukan di jam itu mereka meyakini akan langsung syahid," ujar Dedi.
Kepolisian sendiri sudah memastikan terduga teroris di Sibolga melakukan bunuh diri. Itu, kata Dedi, dilihat dari psikologi terduga.
Baca juga: Jaringan Teroris Lampung Tak Pernah Menetap
"Sudah dipastikan (bunuh diri) kalau tidak sengaja meledak, dalam temporari waktu negosiasi puluhan jam itu kecil kemungkinan terjadi," tutur Dedi.
Istri Husein alias Abu Hamzah, terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara, diduga meledakkan diri dengan bom lontong. Istri memilih bunuh diri ketimbang menyerahkan diri. Ulah istri Husein juga merenggut nyawa anak mereka.
Menurut Dedi, bom lontong adalah peledak rakitan dari pipa paralon berisi berbagai bahan berbahaya, seperti potasium, paku, baut, dan pecahan kaca. Bom sejenis sebelumnya juga ditemukan di rumah R alias P, terduga teroris di Lampung. R ditangkap pekan lalu.
Tapi, Dedi mengatakan, bom lontong di tangan R tak sebanyak milik Husein. Bom sudah dirakit, tapi ada juga yang belum.
Istri Husein meledakkan diri di kediaman mereka di Jalan KH Ahmad Dahlan, Gang Sekuntum, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Sibolga. Kejadiannya, Rabu dini hari sekitar pukul 1.20 WIB.
Baca juga: Polisi Jadi Korban Ledakan Bom Ranjau Teroris
Jakarta: Alasan keagamaan menjadi faktor istri terduga teroris melakukan bom bunuh diri bersama anaknya di Sibolga, Sumatera Utara, pada dini hari. Dalam pemahaman mereka malaikat turun pada sepertiga malam.
"Waktu antara pukul 1.30 sampai jam 2 pagi pemahaman mereka itu waktu salat tahajud. Jam itu jam krusial yang dipahami mereka bahwa malaikat turun," kata Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis 14 Maret 2019.
Dedi menambahkan, terduga teroris itu berpikir dengan mati pada waktu sepertiga malam atau dini hari, dosanya akan diampuni. Padahal, lanjutnya, pemikiran itu bertolak belakang dengan ajaran agama.
"Dengan melakukan di jam itu mereka meyakini akan langsung syahid," ujar Dedi.
Kepolisian sendiri sudah memastikan terduga teroris di Sibolga melakukan bunuh diri. Itu, kata Dedi, dilihat dari psikologi terduga.
Baca juga:
Jaringan Teroris Lampung Tak Pernah Menetap
"Sudah dipastikan (bunuh diri) kalau tidak sengaja meledak, dalam temporari waktu negosiasi puluhan jam itu kecil kemungkinan terjadi," tutur Dedi.
Istri Husein alias Abu Hamzah, terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara, diduga meledakkan diri dengan bom lontong. Istri memilih bunuh diri ketimbang menyerahkan diri. Ulah istri Husein juga merenggut nyawa anak mereka.
Menurut Dedi, bom lontong adalah peledak rakitan dari pipa paralon berisi berbagai bahan berbahaya, seperti potasium, paku, baut, dan pecahan kaca. Bom sejenis sebelumnya juga ditemukan di rumah R alias P, terduga teroris di Lampung. R ditangkap pekan lalu.
Tapi, Dedi mengatakan, bom lontong di tangan R tak sebanyak milik Husein. Bom sudah dirakit, tapi ada juga yang belum.
Istri Husein meledakkan diri di kediaman mereka di Jalan KH Ahmad Dahlan, Gang Sekuntum, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Sibolga. Kejadiannya, Rabu dini hari sekitar pukul 1.20 WIB.
Baca juga:
Polisi Jadi Korban Ledakan Bom Ranjau Teroris Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)