medcom.id, Jakarta: Baru-baru ini, Lembaga Media Survei Nasional (Median) merilis berbagai alasan warga DKI dalam memilih calon gubernur. Dari sana terlihat bila 25,9 persen warga memilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan alasan asal bukan Ahok.
Sebanyak 27,1 persen responden memilih pilih Anies-Sandi karena seagama. Alasan ini diikuti faktor lain di bawah lima persen, seperti programnya bagus, santun, berpengalaman, terbukti, serta alasan lainnya.
Calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hanya tertawa mendengar hasil survei. Dia menganggap Gerakan asal bukan Ahok kembali menjadi 'mainan baru' saat ini.
Padahal, kata dia, gerakan tersebut sejatinya stok lama. Gerakan ini pernah gencar saat Ahok akan dilantik menjadi gubernur pada 2014.
"Itu mah sejak pak Jokowi jadi Presiden. Waktu saya belum dilantik sudah ada gerakan asal bukan Ahok," kata Ahok di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan, Rabu 8 Maret 2017.
Saat itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo hendak dilantik sebagai presiden terpilih. Sementara itu, posisi Ahok yang menjadi pelaksana tugas (Plt) gubernur naik menjadi gubernur DKI.
Banyak penolakan yang terjadi, salah satunya dari Gerakan Muslim Jakarta (GMJ). "Bahkan dulu ada gubernur tandingan lo," ujar Ahok.
Kenyang Isu SARA
Tim Sukses Ahok-Djarot Saiful Hidayat mengaku sudah kenyang dengan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Mereka tak kaget ketika gerakan asal bukan Ahok kembali mencuat ke permukaan.
"Kami sudah tahu dengan isu (asal bukan Ahok) tersebut. Bisa dilihat putaran pertama bagaimana kami benar-benar diserang," kata juru bicara Tim Sukses Ahok-Djarot, Raja Juli Antoni, kepada
Metrotnews.com, Rabu 8 Maret 2017.
Toni, sapaan akrabnya, menceritakan pada putaran pertama isu SARA bertebaran menjegal Ahok-Djarot. Dia terang-terangan mengatakan pihak lawan menghalalkan segala secara, termasuk melemparkan isu agama.
Baca: Awal Munculnya Gerakan Asal Bukan Ahok
"Tak terlalu mencengangkan bagi kami. Karena apa yang dipakai lawan itu memang sudah menumbuhkan anti ahok bahkan karena pernasalahan agama," ungkap Toni.
Menurut dia, cara terakhir yang dilakukan pihaknya untuk menjegal isu SARA adalah dengan pendidikan politik kepada masyarakat. Mereka berusaha mengubah persepsi masyarakat.
Tim Sukses berupaya mengedukasi program Ahok ke masyarakat dari pintu ke pintu. "Kita mau ubah
mindset masyarakat. Kita minta relawan
door to door soal program apa saja yang dilakukan pak Ahok dan Djarot," tegas Toni.
Ke depan, Toni mengatakan tidak akan membawa isu SARA ke dalam kampanye Ahok-Djarot. Sebab, menurut dia, program yang dijanjikan Ahok-Djarot tidak berdasarkan agama atau kelompok lainnya.
"Karena kita kalau memberikan program KJP misalnya, kita enggak nanya agama warga dulu kan. Masa kita suruh syahadat dulu baru dikasih program," tegas Toni.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((OGI))