Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut buruknya kualitas udara Jakarta tak hanya dipengaruhi polusi udara. Tapi konsisi tersebut juga dilatarbelakangi musim kemarau.
"Jadi sumbernya kemarau, sebagian dari kendaraan juga sumber polusi udara," ujar Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan dalam pemaparannya di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Matraman, Jakarta Timur, Jumat, 28 Juni 2019.
Dodo menjelaskan, sejumlah pembangunan di Ibu Kota turut menyumbang buruknya udara. Seperti debu-debu dan material yang beterbangan dari hasil pembangunan proyek atau galian di sejumlah jalan.
"Pembangunan yang banyak mungkin tempat-tempat terbuka dengan tanah dengan debu itu kan menjadi juga sumber polutan," ujar Dodo.\
Baca juga: Langit Kelabu Jakarta Berbahaya
BMKG saat ini tengah melakukan pengamatan cuaca Ibu Kota. Pengamatan fokus pada inversi. Dalam konteks hidrometerologi, inversi merupakan udara yang terperangkap dan tidak bisa naik ke ketinggian.
"Ini karena kondisi di bawahnya lebih panas dibandingkan dengan yang di atasnya, namanya inversi. Harusnya kan makin tinggi makin menurun. Nah untuk satu waktu tertentu terjadi seperti itu," papar Dodo.
Baca juga: Polusi Udara Jakarta Terburuk di Dunia
Ia mengaku belum bisa memprediksi apakah kemarau tahun ini akan lebih lama. Jakarta sendiri telah mengalami kemarau sejak Mei.
"Kondisi kemarau berlaku bertambah juga, tapi bukan berarti nanti dua kali lipatnya itu ya. Kemarau itu kan sumbernya juga dari kendaraan, pembangunan, terakumulasi kondisi cuaca dan mempengaruhi udara," ujar Dodo.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan langit kelabu Jakarta menandakan kualitas udara yang sangat tidak sehat. Fenomena ini terjadi seminggu belakangan.
Dia mengatakan langit Jakarta pada hari-hari libur Lebaran tahun ini juga kelabu. Hal ini berbeda dengan Lebaran 2018, ketika langit biru muncul karena penurunan penggunaan kendaraan bermotor.
Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut buruknya kualitas udara Jakarta tak hanya dipengaruhi polusi udara. Tapi konsisi tersebut juga dilatarbelakangi musim kemarau.
"Jadi sumbernya kemarau, sebagian dari kendaraan juga sumber polusi udara," ujar Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan dalam pemaparannya di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Matraman, Jakarta Timur, Jumat, 28 Juni 2019.
Dodo menjelaskan, sejumlah pembangunan di Ibu Kota turut menyumbang buruknya udara. Seperti debu-debu dan material yang beterbangan dari hasil pembangunan proyek atau galian di sejumlah jalan.
"Pembangunan yang banyak mungkin tempat-tempat terbuka dengan tanah dengan debu itu kan menjadi juga sumber polutan," ujar Dodo.\
Baca juga: Langit Kelabu Jakarta Berbahaya
BMKG saat ini tengah melakukan pengamatan cuaca Ibu Kota. Pengamatan fokus pada inversi. Dalam konteks hidrometerologi, inversi merupakan udara yang terperangkap dan tidak bisa naik ke ketinggian.
"Ini karena kondisi di bawahnya lebih panas dibandingkan dengan yang di atasnya, namanya inversi. Harusnya kan makin tinggi makin menurun. Nah untuk satu waktu tertentu terjadi seperti itu," papar Dodo.
Baca juga: Polusi Udara Jakarta Terburuk di Dunia
Ia mengaku belum bisa memprediksi apakah kemarau tahun ini akan lebih lama. Jakarta sendiri telah mengalami kemarau sejak Mei.
"Kondisi kemarau berlaku bertambah juga, tapi bukan berarti nanti dua kali lipatnya itu ya. Kemarau itu kan sumbernya juga dari kendaraan, pembangunan, terakumulasi kondisi cuaca dan mempengaruhi udara," ujar Dodo.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan langit kelabu Jakarta menandakan kualitas udara yang sangat tidak sehat. Fenomena ini terjadi seminggu belakangan.
Dia mengatakan langit Jakarta pada hari-hari libur Lebaran tahun ini juga kelabu. Hal ini berbeda dengan Lebaran 2018, ketika langit biru muncul karena penurunan penggunaan kendaraan bermotor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(BOW)