Ilustrasi halte angkutan umum terintegrasi di DKI/Medcom.id/Siti Yona
Ilustrasi halte angkutan umum terintegrasi di DKI/Medcom.id/Siti Yona

Menilik Efektivitas Integrasi Transportasi Ibu Kota

Siti Yona Hukmana • 27 Mei 2021 17:11

Medcom.id berdiri di ruang penumpang karena tempat duduk yang terbatas. Meski berdiri, suasana bus TransJakarta kondusif, karena jumlah penumpang dibatasi.
 
Tiba di stasiun MRT Fatmawati, langsung bergegas naik eskalator. Udara sejuk dari pendingin ruangan menyapa. Suhu badan berubah drastis, dari yang semula panas akibat terik matahari.  
 
Kemudian, menuju pintu masuk sambil melihat bangunan stasiun MRT yang elok dipandang. Begitu tiba di pintu masuk, petugas keamanan memeriksa suhu tubuh dan mengecek barang bawaan. Petugas mempersilakan penumpang masuk usai suhu tubuh dipastikan normal. 

Medcom.id menempelkan kartu e-Money di mesin pintu otomatis. Saldo uang elektronik akan berkurang setelah tap out di stasiun tujuan. 
 
Salah satu penumpang, Diana, mengaku betah menggunakan MRT dalam aktivitas sehari-hari. Perempuan berhijab dengan tujuan destinasi Stasiun MRT Benhil itu menyebut moda raya terpadu tak hanya menyuguhkan kecepatan perjalanan, namun juga keelokan fasilitasnya.
 
"Bersih dan enggak ramai seperti kereta biasa. Sehari-hari saya kerja naik MRT," kata Diana. 
 
Namun, Diana mengaku belum terlalu merasakan fisik integerasi moda transportasi di Jakarta. Sebab, dia selalu menggunakan ojek online dari rumah yang berada di Cinere, Depok, Jawa Barat, menuju stasiun MRT Fatmawati. 
 
Begitu sebaliknya, dia juga menggunakan ojek online dari kantornya yang berada di kawasan Benhil, Jakarta Pusat, menuju MRT Benhil. Dia menyebut ojek online mudah ditemukan dan tidak menyita banyak waktu. 
 
"Lokasi MRT memang susah menjangkaunya dari rumah saya, karena di tempat tinggal saya tidak ada bus TransJakarta yang lewat. Angkot Jak Lingko ada, tapi saya tidak mau naik angkot karena ingin lebih cepat," bebernya. 
 
Setelah berbincang-bincang, MRT tiba di Bundaran HI. Biaya penggunaan MRT dari Stasiun Fatmawati menuju Stasiun Bundaran HI adalah Rp13.000, sesuai tarif yang ditetapkan PT MRT Jakarta bersama Pemprov DKI Jakarta. 
 
Medcom.id menuju pintu keluar arah Kebon Kacang, tepat di depan halte bus TransJakarta Bundaran HI. Saat berjalan menuju pintu keluar, terdapat layar di dinding sebelah kanan yang menyita perhatian setiap pengguna MRT. 
 
Layar persegi panjang itu memperlihatkan peta integrasi transportasi. Pengguna MRT dapat menyentuh layar untuk memperbesar dan memperkecil, untuk melihat jelas rute integrasi transportasi. Peta itu menyuguhkan bermacam moda transportasi yang dapat ditumpangi di sekitar stasiun MRT. 
 
Menilik Efektivitas Integrasi Transportasi Ibu Kota
 
Medcom.id menyapa seorang penumpang MRT, Linda dan berbincang-bincang terkait kereta cepat itu. Dia mengapresiasi Pemprov DKI yang membangun kereta bawah tanah tersebut.
 
Linda menilai kehadiran MRT membantu warga Jakarta sampai di tempat tujuan dengan cepat. Apalagi, kawasan integrasi transportasi di Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat, telah dibangun.
 
"Jadi dekat banget, tinggal jalan kaki dari stasiun kereta api Sudirman ke MRT. Banyak juga pilihan busway atau kopaja menuju kantor saya di daerah Blok M (Jakarta Selatan)," ungkapnya. 

Kawasan Berorientasi Transit di Dukuh Atas


Gubernur Anies Baswedan meresmikan kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD) di Dukuh Atas, Jakarta Pusat pada Selasa, 30 April 2019. Fasilitas itu diharapkan mempermudah akses masyarakat berpindah moda angkutan massal.
 
Terowongan di Jalan Kendal, Sudirman, Jakarta Pusat, yang dahulunya digunakan untuk putar balik kendaraan, berubah menjadi taman dan pedestrian. Area itu 100 persen diperuntukkan bagi pejalan kaki. 
 
Ada beberapa moda transportasi massal terintegrasi di Kawasan Dukuh Atas. Moda tersebut ialah MRT, KRL, KA Bandara, TransJakarta, dan bus dalam kota.
 
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menargetkan pembangunan 47 TOD serupa. Ini dilakukan untuk memaksimalisasi penggunaan angkutan umum massal yang terintergrasi seperti Bus Rapid Transit (BRT), MRT, dan LRT.
 
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menyambut positif pembangunan kawasan integrasi transportasi pertama di Dukuh Atas. Dia meminta BPTJ segera merealisasikan penambahan kawasan TOD. 
 
"Saya berharap nanti stasiun-stasiun LRT Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi) menjadi daerah TOD," kata dia.

Integrasi Transportasi Perlu Penyempurnaan


Djoko Setijowarno menyebut sebagian besar transportasi telah terintegrasi saat ini. Menurutnya ada empat macam integrasi, yaitu fisik, jadwal, sistem pembayaran, dan pelayanan. Namun, integrasi masih butuh pengembangan.
 
"Saat ini sistem pembayaran dengan satu tiket untuk semua layanan yang belum ada. Sekarang dalam proses pengerjaan," kata Djoko.
 
Pengamat Tata Kota Nirwono Joga menyebut kondisi transportasi massal baru menuju ke arah integrasi yang baik. Dia memiliki sejumlah catatan pembenahan agar masyarakat benar-benar merasakan kenyamanan saat menggunakan transportasi di Ibu Kota.
 
Pertama, melakukan integrasi sistem dengan pembayaran satu tiket untuk semua angkutan perjalanan dalam kota Jakarta. Bahkan hingga menyasar ke ojek online.
 
"Antara bus TransJakarta, MRT, LRT, angkutan pengumpan (angkot, ojek online)," ujar Nirwono. 
 
Kedua, meremajakan atau penyatuan manajemen seluruh angkutan umum. Baik angkot, mikrolet, metromini, kopaja, koantas, dan lainnya. 
 
Ketiga, bekerja sama dengan pengelola ojek online baik Gojek maupun Grab. Ojek online yang beroperasi di Jakarta itu merupakan angkutan pengumpan terusan.
 
"Jadi sebaiknya ke depan dapat dilakukan satu tiket satu perjalanan," ucap Nirwono.
 
Keempat, integrasi jalur pejalan kaki. Seperti trotoar, jembatan penyeberangan orang (JPO), halte dan stasiun. Kemudian, integrasi infrastruktur pesepeda dengan menyediakan jalur sepeda, parkir, ruang ganti, dan sepeda sewa.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan