medcom.id, Jakarta: Pengelola Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Pulo Gebang, Jakarta Timur sadar betul kondisi ekonomi warganya terbatas. Kondisi ini berimbas pada tingginya warga yang menunggak pembayaran biaya sewa hingga 98 persen penghuni dengan total lebih dari Rp2,5 miliar.
Guna membantu warganya, pengelola memfasilitasi penghuni dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan produktifitas. Pelatihan berlangsung dua tahun terakhir ini, menggandeng dinas terkait sebagai penyuluh.
"Sekarang sedang ada pelatihan tata busana dari Dinas Tenaga Kerja selama satu bulan penuh," ujar Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Pulo Gebang, Ageng Darmintono kepada Metrotvnews.com, Selasa 1 Agustus 2017.
(Baca juga: Tunggakan Rusunawa Pulo Gebang Capai Rp2,53 Miliar)
Selain tata busana, pernah juga diberikan pelatihan servis peralatan elektronik. Ada pula pelatihan bahasa Inggris, membuat gantungan kunci berbagan resin, membuat pewangi pakaian, merangkai bunga, hingga membuat terompet tahun baru.
(Penghuni Rusunawa Pulo Gebang sibuk mengembangkan kreatifitasnya dalam pelatihan yang difasilitasi pengelola. Foto: MTVN/Lis Pratiwi).
Pelatihan yang diberikan berpegang pada pilar ekonomi kreatif, pertanian tradisional, pengelolaan sampah dan usaha kuliner. Tidak semua usaha ini berhasil lantaran kendala ekonomi jadi pemicunya.
"Kuliner itu dari 30 bisnis yang pernah dibuka kini hanya bertahan tujuh. Umumnya mereka punya masalah di perbankan," kata Ageng.
Tidak semua penghuni bisa mengikuti pelatihan. Menurut Ageng, ada campur tangan Tim Pendamping Mandiri (TPM) yang mengamati dan memilih penghuni untuk diberi pelatihan agar pemberdayaan lebih efektif.
(Baca juga: 98% Penghuni Rusunawa Pulogebang Menunggak)
Penghuni rusun antusias pelatihan ini, salah satunya Winda. Sehari-hari ia bekerja sebagai penjual makanan dan es mambo keliling dengan penghasilan tak seberapa.
(Rusunawa Pulo Gebang, Jakarta Timur. Foto: MTVN/Lis Pratiwi).
Suami Winda, sudah sepuluh bulan tidak bekerja. Dia berharap pelatihan bisa membantu memperbaiki finansial keluarga.
"Siapa tahu nanti kalau sudah keluar dari rusun bisa punya rumah sendiri terus buka usaha sendiri," tutupnya sambil tertawa.
medcom.id, Jakarta: Pengelola Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Pulo Gebang, Jakarta Timur sadar betul kondisi ekonomi warganya terbatas. Kondisi ini berimbas pada tingginya warga yang menunggak pembayaran biaya sewa hingga 98 persen penghuni dengan total lebih dari Rp2,5 miliar.
Guna membantu warganya, pengelola memfasilitasi penghuni dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan produktifitas. Pelatihan berlangsung dua tahun terakhir ini, menggandeng dinas terkait sebagai penyuluh.
"Sekarang sedang ada pelatihan tata busana dari Dinas Tenaga Kerja selama satu bulan penuh," ujar Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Pulo Gebang, Ageng Darmintono kepada Metrotvnews.com, Selasa 1 Agustus 2017.
(Baca juga:
Tunggakan Rusunawa Pulo Gebang Capai Rp2,53 Miliar)
Selain tata busana, pernah juga diberikan pelatihan servis peralatan elektronik. Ada pula pelatihan bahasa Inggris, membuat gantungan kunci berbagan resin, membuat pewangi pakaian, merangkai bunga, hingga membuat terompet tahun baru.
(Penghuni Rusunawa Pulo Gebang sibuk mengembangkan kreatifitasnya dalam pelatihan yang difasilitasi pengelola. Foto: MTVN/Lis Pratiwi).
Pelatihan yang diberikan berpegang pada pilar ekonomi kreatif, pertanian tradisional, pengelolaan sampah dan usaha kuliner. Tidak semua usaha ini berhasil lantaran kendala ekonomi jadi pemicunya.
"Kuliner itu dari 30 bisnis yang pernah dibuka kini hanya bertahan tujuh. Umumnya mereka punya masalah di perbankan," kata Ageng.
Tidak semua penghuni bisa mengikuti pelatihan. Menurut Ageng, ada campur tangan Tim Pendamping Mandiri (TPM) yang mengamati dan memilih penghuni untuk diberi pelatihan agar pemberdayaan lebih efektif.
(Baca juga:
98% Penghuni Rusunawa Pulogebang Menunggak)
Penghuni rusun antusias pelatihan ini, salah satunya Winda. Sehari-hari ia bekerja sebagai penjual makanan dan es mambo keliling dengan penghasilan tak seberapa.
(Rusunawa Pulo Gebang, Jakarta Timur. Foto: MTVN/Lis Pratiwi).
Suami Winda, sudah sepuluh bulan tidak bekerja. Dia berharap pelatihan bisa membantu memperbaiki finansial keluarga.
"Siapa tahu nanti kalau sudah keluar dari rusun bisa punya rumah sendiri terus buka usaha sendiri," tutupnya sambil tertawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)