medcom.id, Jakarta: Sebagian warga korban gusuran Bukit Duri, Jakarta Selatan, menempati Rumah Susun (Rusun) Jatinegara. Sejak tinggal di rusun, warga mengaku kehidupannya berubah 180 derajat.
Mereka tak kerasan tinggal di Rusun Jatinegara karena susahnya akses kendaraan umum. Seperti yang dialami Darnanto, 45, yang sudah tinggal di rusun selama 8 bulan.
Darnanto dan istrinya kerja di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Ia mengaku akses kendaraan umum dari Rusun Jatinegara ke tempat kerjanya cukup susah.
"Saya dan istri saya kerja jadi susah. Di rusun ini tidak ada angkot, hanya ada TransJakarta. Kalau saya naik TransJakarta susah, ribet harus naik angkot dan ojek lagi baru sampai tempat kerja saya," ujar Darnanto di Rusun Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (30/9/2016).
Selain itu, ongkos perjalanan dari tempat kerjanya ke Jatinegara juga mencekik leher. "Di rusun ini masuknya agak jauh, tidak ada angkot juga. Kalau saya naik ojek tiap hari, bisa tekor. Gaji saya tidak seberapa," ungkap Darnanto.
(Baca: Curhatan Bekas Warga Bukit Duri)
Hal senada diungkapkan Nurmawati, 32. Nur yang setiap hari bekerja sebagai penjaga toko di daerah Jakarta Selatan itu mengaku harus mengeluarkan ongkos lebih menuju tempat kerjanya.
"Saya kalau mau ke tempat kerja di Jaksel ke rusun, harus mengeluarkan ongkos Rp20 ribu. Kalau di Bukit Duri cuma ongkos satu kali angkutan umum itu juga paling Rp3 ribu," ujar Nur.
Meski demikian, Darnanto dan Nurmawati mengakui jika lingkungan Rusun Jatinegara lebih bersih dari pada tempat tinggal mereka di Bukit Duri. "Kalau bersih dan nyaman, jelas di sini lebih. Tapi, angkutan umum dan akses menuju sini tuh mahal," kata Nur.
(Baca: Pak Ahok, Warga Rusun Jatinegara Minta Musala)
medcom.id, Jakarta: Sebagian warga korban gusuran Bukit Duri, Jakarta Selatan, menempati Rumah Susun (Rusun) Jatinegara. Sejak tinggal di rusun, warga mengaku kehidupannya berubah 180 derajat.
Mereka tak kerasan tinggal di Rusun Jatinegara karena susahnya akses kendaraan umum. Seperti yang dialami Darnanto, 45, yang sudah tinggal di rusun selama 8 bulan.
Darnanto dan istrinya kerja di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Ia mengaku akses kendaraan umum dari Rusun Jatinegara ke tempat kerjanya cukup susah.
"Saya dan istri saya kerja jadi susah. Di rusun ini tidak ada angkot, hanya ada TransJakarta. Kalau saya naik TransJakarta susah, ribet harus naik angkot dan ojek lagi baru sampai tempat kerja saya," ujar Darnanto di Rusun Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (30/9/2016).
Selain itu, ongkos perjalanan dari tempat kerjanya ke Jatinegara juga mencekik leher. "Di rusun ini masuknya agak jauh, tidak ada angkot juga. Kalau saya naik ojek tiap hari, bisa tekor. Gaji saya tidak seberapa," ungkap Darnanto.
(Baca: Curhatan Bekas Warga Bukit Duri)
Hal senada diungkapkan Nurmawati, 32. Nur yang setiap hari bekerja sebagai penjaga toko di daerah Jakarta Selatan itu mengaku harus mengeluarkan ongkos lebih menuju tempat kerjanya.
"Saya kalau mau ke tempat kerja di Jaksel ke rusun, harus mengeluarkan ongkos Rp20 ribu. Kalau di Bukit Duri cuma ongkos satu kali angkutan umum itu juga paling Rp3 ribu," ujar Nur.
Meski demikian, Darnanto dan Nurmawati mengakui jika lingkungan Rusun Jatinegara lebih bersih dari pada tempat tinggal mereka di Bukit Duri. "Kalau bersih dan nyaman, jelas di sini lebih. Tapi, angkutan umum dan akses menuju sini tuh mahal," kata Nur.
(Baca: Pak Ahok, Warga Rusun Jatinegara Minta Musala) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)