Ilustrasi. Pencemaran udara di Marunda, Jakarta Utara. (Medcom.id/Yurike)
Ilustrasi. Pencemaran udara di Marunda, Jakarta Utara. (Medcom.id/Yurike)

Warga Marunda Keluhkan Pencemaran Limbah Batu Bara

Yurike Budiman • 03 Maret 2022 04:40
Jakarta: Sejumlah warga Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara, mengaku resah dengan adanya limbah batu bara yang mencemari pemukiman mereka. Salah satunya Ade Aqil, warga Kampung Marunda Pulo yang sempat mengadu kepada pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Marunda. 
 
Warga merasakan dampak dari asap pembakaran batu bara selama tinggal di kawasan RT01, RT02, RT 03/ RW07 Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Ade mengaku telah merasakan dampak limbah sejak 2009.
 
"Ini bukan hal yang baru. Sejak saya berada di Marunda tahun 2009, saya sudah merasakan bagaimana beratnya menghirup udara yang tidak sejuk," kata Ade, Rabu, 2 Maret 2022.

Ade mengatakan kampung mereka terletak dekat dengan cerobong asap dari pabrik pengolahan minyak sawit milik salah satu perusahaan di Kawasan Berikat Nusantara (KBN). Bahkan, rumah warga dengan pabrik hanya dibatasi dengan satu aliran kali.
 
Baca: PLN Sulap Sisa Pembakaran Batu Bara untuk Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak
 
"Jadi ketika ada angin, itu menerbangkan asap dari cerobong, luar biasa dampaknya. Terutama kepada ibu-ibu, semua mereka mengeluh karena khawatir kesehatan anaknya, dirinya, dan rumah yang mereka tempati," ungkap dia.
       
Pencemaran itu telah diadukan kepada pihak KSOP Marunda, lantaran perusahaan yang bersangkutan tak merespon keluhan warga. Kepala KSOP Marunda Kapten Isa Amsyari menegaskan polusi udara yang dirasakan warga Marunda bukanlah berasal dari pelabuhan setempat.
 
"Saya langsung bertemu dengan mereka yang di ring 1, warga Kampung Marunda Pulo, mereka memang mengeluhkan adanya limbah dan polusi batu bara. Laporan dari warga yang paling potensi terbesar itu adalah dari cerobong asap pembakaran batu bara," kata Isa saat ditemui, Rabu, 2 Maret 2022.
 
Baca: Overload, TPA Jatibarang Semarang Rawan Longsor
 
Menurut Isa, pabrik pengolahan atau pembakaran batu bara letaknya tidak di dalam pelabuhan. Karena pelabuhan bukan tempat industri tapi hanya tempat aktivitas bongkar muat barang dan atau penumpang serta tempat menaruh barang sementara, sebelum dibawa truk angkut.
 
"Enggak ada pabrik (di pelabuhan), yang ada lapangan (tempat bongkar muat). Ini yang mengidentifikasi atau mengetahui itu adalah warga di sekitar pelabuhan yang memang memperhatikan. Pabrik itu adanya di luar pelabuhan," jelas Isa.
 
Isa berjanji akan menindaklanjuti hasil pertemuan dengan warga tersebut. Pihaknya akan membantu penyelesaian masalah polusi udara yang dikeluhkan tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan