medcom.id, Jakarta: Kemang kini dikenal sebagai salah satu kawasan elite di Jakarta Selatan. Perumahan mewah, pusat perbelanjaan, dan berbagai sarana yang ada seolah menjadi patokan tingginya gaya hidup di Ibu Kota.
Kawasan ini juga turut dilewati aliran Kali Krukut yang sering meluap dan menimbulkan banjir. Guna meminimalisir bencana kala hujan datang, pengembang Kemang membangun dinding tinggi. Kali Krukut akhirnya menjadi pembatas perumahan mewah dan perumahan di bantaran.
Di sisi lain, di kawasan RT 04/06 yang berada tepat di belakang Kemang Village, rumah warga tak jauh dari bibir kali. Tak ayal permukiman ini kerap tenggelam saat hujan datang. Bagi warga bantaran, banjir pun menjadi suatu kewajaran.
Meski biasa, warga berusaha meminimalisir keparahan banjir dengan membangun rumah satu meter di atas tanah. Menurut Yus, salah satu warga di sekitar Kali Krukut, kedatangan banjir mudah diprediksi. Bahkan, banjir baru saja menerjang kawasan tersebut malam tadi.
"Setiap hujan pasti banjir sekitar 50 centimeter, tapi kalau sekarang surutnya cepat paling tiga jam juga sudah surut," ujar Yus di Jakarta Selatan, Rabu 12 Juli 2017.
Pantauan Metrotvnews.com, meski banjir di rumah warga sudah reda, aliran Kali Krukut masih tinggi. Bahkan, salah satu rumah yang jaraknya kurang satu meter dari tepi kali juga masih tergenang air.
Di depannya, tampak dua orang perempuan sedang berbincang, sama sekali tak merisaukan air kali yang merendam kaki. Sementara di sisi lain, seorang ibu paruh baya sibuk membersihkan sisa lumpur yang terbawa luapan.
Baca: Ganti Rugi Sesuai, Warga Bantaran Kali Krukut Siap Angkat Kaki
Bencana berulang ini membuat pemerintah provinsi DKI Jakarta berencana menormalisasi bantaran Kali Krukut. Proyek ini telah digaungkan sejak setahun silam, penyisiran rumah warga yang kemungkinan akan dibongkar pun sudah dilakukan.
Hasilnya, di RW 06 Kelurahan Cipete Utara, ada tiga RT yang terkena dampak normalisasi kali Krukut, yaitu sepuluh rumah di RT 02, tujuh rumah di RT 03, dan dua puluh rumah di RT 04.
Sayangnya, saat Metrotvnews.com mendekat, beberapa warga yang rumahnya masuk dalam daftar normalisasi langsung menutup pintu dan enggan diwawancarai.
"Enggak tahu ya," ujar salah seorang warga tepi Kali Krukut saat ditanya perihal normalisasi yang akan dilakukan pemerintah usai membereskan Bukit Duri.
Bersatu Kala Banjir
Sunaryo, Ketua RT 03 mengatakan seringnya banjir membuat warga terbiasa. Saat banjir, para aparat desa mulai dari RT, RW, kelurahan, hingga remaja sekitar bahu membahu dan saling memantau warga yang terendam.
"Kita kan punya grup WA (whatsapp) jadi kalau banjir saling komunikasi saja pada tanya bagaimana, sudah berapa tingginya, perlu bantuan apa," jelasnya.
Baca: Menuntut Keadilan Normalisasi Kali Krukut
Bahkan menurut Sunaryo, tersedia perahu karet untuk memudahkan mobilitas warga dan aliran bantuan saat banjir. Warga umumnya hanya mengungsi ke lantai atas rumah mereka dan beraktivitas seperti biasa.
"Banjir lebih dari satu meter juga kalau istri saya mau ke pasar ya pergi saja kaya biasa. Kan ada tali yang diikat di sepanjang jalan, jadi bisa lewat," tuturnya.
Saat ditanya perihal ketimpangan warga bantaran dan pemukim di Kemang, Sunaryo mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya mengimbau pelebaran kali juga dilakukan di tanah milik pengembang bukan hanya warga sekitar.
"Kalau kita kan ya begini kondisinya, mereka kan kuat. Tapi jangan normalisasi semuanya digusur ke warga," ujarnya.
Sunaryo juga tak dapat membantah jika pemukiman di bantaran sungai menyebabkan banjir dan melanggar peraturan. Tetapi, kondisi yang berlangsung sejak puluhan tahun lalu membuat warga terlampau nyaman dengan keadaan.
medcom.id, Jakarta: Kemang kini dikenal sebagai salah satu kawasan elite di Jakarta Selatan. Perumahan mewah, pusat perbelanjaan, dan berbagai sarana yang ada seolah menjadi patokan tingginya gaya hidup di Ibu Kota.
Kawasan ini juga turut dilewati aliran Kali Krukut yang sering meluap dan menimbulkan banjir. Guna meminimalisir bencana kala hujan datang, pengembang Kemang membangun dinding tinggi. Kali Krukut akhirnya menjadi pembatas perumahan mewah dan perumahan di bantaran.
Di sisi lain, di kawasan RT 04/06 yang berada tepat di belakang Kemang Village, rumah warga tak jauh dari bibir kali. Tak ayal permukiman ini kerap tenggelam saat hujan datang. Bagi warga bantaran, banjir pun menjadi suatu kewajaran.
Meski biasa, warga berusaha meminimalisir keparahan banjir dengan membangun rumah satu meter di atas tanah. Menurut Yus, salah satu warga di sekitar Kali Krukut, kedatangan banjir mudah diprediksi. Bahkan, banjir baru saja menerjang kawasan tersebut malam tadi.
"Setiap hujan pasti banjir sekitar 50 centimeter, tapi kalau sekarang surutnya cepat paling tiga jam juga sudah surut," ujar Yus di Jakarta Selatan, Rabu 12 Juli 2017.
Pantauan
Metrotvnews.com, meski banjir di rumah warga sudah reda, aliran Kali Krukut masih tinggi. Bahkan, salah satu rumah yang jaraknya kurang satu meter dari tepi kali juga masih tergenang air.
Di depannya, tampak dua orang perempuan sedang berbincang, sama sekali tak merisaukan air kali yang merendam kaki. Sementara di sisi lain, seorang ibu paruh baya sibuk membersihkan sisa lumpur yang terbawa luapan.
Baca: Ganti Rugi Sesuai, Warga Bantaran Kali Krukut Siap Angkat Kaki
Bencana berulang ini membuat pemerintah provinsi DKI Jakarta berencana menormalisasi bantaran Kali Krukut. Proyek ini telah digaungkan sejak setahun silam, penyisiran rumah warga yang kemungkinan akan dibongkar pun sudah dilakukan.
Hasilnya, di RW 06 Kelurahan Cipete Utara, ada tiga RT yang terkena dampak normalisasi kali Krukut, yaitu sepuluh rumah di RT 02, tujuh rumah di RT 03, dan dua puluh rumah di RT 04.
Sayangnya, saat
Metrotvnews.com mendekat, beberapa warga yang rumahnya masuk dalam daftar normalisasi langsung menutup pintu dan enggan diwawancarai.
"Enggak tahu ya," ujar salah seorang warga tepi Kali Krukut saat ditanya perihal normalisasi yang akan dilakukan pemerintah usai membereskan Bukit Duri.
Bersatu Kala Banjir
Sunaryo, Ketua RT 03 mengatakan seringnya banjir membuat warga terbiasa. Saat banjir, para aparat desa mulai dari RT, RW, kelurahan, hingga remaja sekitar bahu membahu dan saling memantau warga yang terendam.
"Kita kan punya grup WA (whatsapp) jadi kalau banjir saling komunikasi saja pada tanya bagaimana, sudah berapa tingginya, perlu bantuan apa," jelasnya.
Baca: Menuntut Keadilan Normalisasi Kali Krukut
Bahkan menurut Sunaryo, tersedia perahu karet untuk memudahkan mobilitas warga dan aliran bantuan saat banjir. Warga umumnya hanya mengungsi ke lantai atas rumah mereka dan beraktivitas seperti biasa.
"Banjir lebih dari satu meter juga kalau istri saya mau ke pasar ya pergi saja kaya biasa. Kan ada tali yang diikat di sepanjang jalan, jadi bisa lewat," tuturnya.
Saat ditanya perihal ketimpangan warga bantaran dan pemukim di Kemang, Sunaryo mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya mengimbau pelebaran kali juga dilakukan di tanah milik pengembang bukan hanya warga sekitar.
"Kalau kita kan ya begini kondisinya, mereka kan kuat. Tapi jangan normalisasi semuanya digusur ke warga," ujarnya.
Sunaryo juga tak dapat membantah jika pemukiman di bantaran sungai menyebabkan banjir dan melanggar peraturan. Tetapi, kondisi yang berlangsung sejak puluhan tahun lalu membuat warga terlampau nyaman dengan keadaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)