Pengamat ekonomi Aviliani mengatakan, setiap tahun terjadi kenaikan jumlah konsumsi masyarakat saat mudik. Hal ini menunjukkan tradisi pulang kampung turut memperbaiki ekonomi di daerah.
“Setiap tahun itu naiknya hampir 14 persen,” jelas Aviliani dalam Prime Time News Metro TV, Senin 26 Juni 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Aviliani menambahkan, umumnya pemudik hanya menghabiskan biaya untuk konsumsi, tidak untuk investasi. Hal ini sebenarnya menambah Gross Domestic Bruto (GDP) negara. Terlebih keluarnya gaji ke 13 dan 14 membuat masyarakat lebih konsumtif karena punya uang.
Tingginya pengeluaran periode mudik juga dipengaruhi bertambahnya waktu libur lebaran. Situasi ini berbanding lurus dengan jumlah konsumsi masyarakat yang turut meningkat. Terlebih kian banyak yang memanfaatkan libur ke luar kota.
“Orang konsumsinya lebih tinggi kalau libur panjang, banyak yang ke luar kota. Itu artinya di dalam GDP kita terbantu,” tambahnya.
Namun, perilaku konsumsi ini terhambat dengan kemacetan saat mudik. Aviliani mencontohkan pemudik yang seharusnya sampai dalam waktu lima jam akhirnya jadi delapan jam karena macet. Berarti pemudik kehilangan waktu tiga jam untuk melakukan konsumsi di kampung halamannya.
Untuk itu, pemerintah harus mengatasi permasalahan ini agar tidak terjadi kemacetan sehingga pemudik bisa lebih lama menghabiskan waktu di kampung halaman dibanding menghabiskan waktu di jalanan.
“Jadi perlu diperhatikan supaya mereka lebih baik konsumsinya harus ada perbaikan infrastruktur,” tegas Aviliani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (DRI)