medcom.id, Jakarta: Belakangan, kelompok teroris memanfaatkan perempuan untuk menjalankan aksi. Salah satunya, kelompok bom Bekasi yang menjadikan Dian Yulia Novi sebagai calon `pengantin` atau pelaku bom bunuh diri.
Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan, perempuan cenderung lebih mudah diterima dan berbaur di masyarakat. Perempuan juga lebih tak dicurigai sebagai pelaku aksi teror.
"Mereka (wanita) pun lebih irasional, makanya kelompok teroris menggunakan wanita," ujar Boy di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2016).
Menurut Boy, banyak modus yang digunakan teroris untuk merekrut perempuan menjadi bagian dari mereka. Pendekatan bisa dilakukan melalui kegiatan sehari-hari, sering berkomunikasi, lalu pelan-pelan memasukkan rencana amaliyah dengan mengenalkan dalil agama yang keliru.
"Intinya pada proses dialog dan komunikasi," ucap Boy.
(Baca: Indekos Jadi Tempat Tinggal Favorit Teroris)
Bahkan, lanjut Boy, cara merekrut wanita tidak hanya melalui perantara atau ajakan. Ada pula yang menggunakan modus penikahan.
"Ternyata ada niat lain di baliknya," paparnya.
Boy mengatakan, wanita memang rentan dipengaruhi. Namun, belum tentu bisa seekstrem yang dilakukan Dian.
"Tidak semua wanita mudah (dipengaruhi), karena umumnya mereka memiliki kecurigaan tinggi. Namun, jika berhasil dipengaruhi, wanita akan sangat efektif," tegasnya.
Sebelumnya, Densus 88 menangkap empat terduga teroris di sejumlah tempat. Salah satunya, Dian Yuli Novi yang ditangkap di kamar indekosnya, di Bintara Jaya Bekasi.
(Baca: Polisi Dalami Hubungan Terduga Teroris DYN dan MNS)
Dian bukan satu-satunya wanita di kelompok teroris ciptaan Bahrun Naim tersebut. Polisi juga menciduk Arida Putri Maharani spd binti Winarso, 25.
Ibu rumah tangga itu berperan sebagai fasilitator penerima dana dalam rangka pembuatan bom yang ditemukan di Bekasi. Dia juga mengetahui persis di mana bahan peledak disimpan dan bom dirakit.
medcom.id, Jakarta: Belakangan, kelompok teroris memanfaatkan perempuan untuk menjalankan aksi. Salah satunya, kelompok bom Bekasi yang menjadikan Dian Yulia Novi sebagai calon `pengantin` atau pelaku bom bunuh diri.
Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan, perempuan cenderung lebih mudah diterima dan berbaur di masyarakat. Perempuan juga lebih tak dicurigai sebagai pelaku aksi teror.
"Mereka (wanita) pun lebih irasional, makanya kelompok teroris menggunakan wanita," ujar Boy di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2016).
Menurut Boy, banyak modus yang digunakan teroris untuk merekrut perempuan menjadi bagian dari mereka. Pendekatan bisa dilakukan melalui kegiatan sehari-hari, sering berkomunikasi, lalu pelan-pelan memasukkan rencana amaliyah dengan mengenalkan dalil agama yang keliru.
"Intinya pada proses dialog dan komunikasi," ucap Boy.
(Baca: Indekos Jadi Tempat Tinggal Favorit Teroris)
Bahkan, lanjut Boy, cara merekrut wanita tidak hanya melalui perantara atau ajakan. Ada pula yang menggunakan modus penikahan.
"Ternyata ada niat lain di baliknya," paparnya.
Boy mengatakan, wanita memang rentan dipengaruhi. Namun, belum tentu bisa seekstrem yang dilakukan Dian.
"Tidak semua wanita mudah (dipengaruhi), karena umumnya mereka memiliki kecurigaan tinggi. Namun, jika berhasil dipengaruhi, wanita akan sangat efektif," tegasnya.
Sebelumnya, Densus 88 menangkap empat terduga teroris di sejumlah tempat. Salah satunya, Dian Yuli Novi yang ditangkap di kamar indekosnya, di Bintara Jaya Bekasi.
(Baca: Polisi Dalami Hubungan Terduga Teroris DYN dan MNS)
Dian bukan satu-satunya wanita di kelompok teroris ciptaan Bahrun Naim tersebut. Polisi juga menciduk Arida Putri Maharani spd binti Winarso, 25.
Ibu rumah tangga itu berperan sebagai fasilitator penerima dana dalam rangka pembuatan bom yang ditemukan di Bekasi. Dia juga mengetahui persis di mana bahan peledak disimpan dan bom dirakit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)