Jakarta: Bos Blackgold Natural Resources Limited Johannes Budisutrisno Kotjo mengakui melobi Direktur Utama nonaktif PLN Sofyan Basir (SFB). Kotjo minta bantuan mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto.
Ini bermula saat Kotjo mendengar rencana pencarian batu bara untuk proyek mulut tambang PLTU Riau-1 dari Direktur Utama PT Samantaka Batubara, AM Rudi Herlambang. Rudi mengajak Kotjo menggaet proyek itu.
"Samantaka punya tambang batu bara di Riau, kemudian kita lihat ada proyek PLN yang gagal. Bahkan sekarang mereka kekurangan listrik, saya tahu dari Pak Rudi Herlambang. Dia bilang 'kenapa enggak kita bantu proyeknya'," beber Kotjo saat bersaksi untuk terdakwa Sofyan Basir di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar, Jakarta Pusat, Senin, 29 Juli 2019.
Kotjo mengatakan, usai pembicaraan itu, Rudi langsung melihat lokasi proyek bersama beberapa tim yang dibawa. Kedatangan Rudi dimaksud untuk melihat potensi keuntungan dari proyek tersebut.
Usai itu, PT Samantaka (anak perusahaan Black Gold) mengajukan proposal kepada Sofyan Basir untuk menggaet proyek. Kotjo menawarkan kapasitas batu bara 2x300 megawatt, sebelumnya 2x600 megawatt.
Namun, proposal yang dikirim ke Sofyan tak kunjung dibalas selama lebih dari enam bulan. Kotjo lantas mengambil langkah cepat dengan mengontak Setya Novanto untuk dikenalkan dengan Sofyan.
"Saya bilang 'Pak Setnov kenal enggak sama SFB'. Itu kalau enggak salah di rumahnya di awal 2016. Saya sendiri ketemu Setnov saat itu, saya cerita supaya surat kita ditanggapi untuk yang Riau-1," beber Kotjo.
Usai minta bantuan Novanto, Kotjo langsung dipertemukan dengan Sofyan Basir. Kotjo tidak menjelaskan lokasi pertemuan, yang jelas pertemuan juga dihadiri Direktur Pengadaan Strategis 2 PT PLN (Persero) Supangkat Iwan Santoso serta sejumlah investor asing.
(Baca juga: Sofyan Basir, Eni dan Kotjo 9 Kali Menggelar Pertemuan)
"Saya datang dengan investornya, namanya lupa, Wangkun (seingat Kotjo) dan direktur yang China. Kemudian ditemukan sama Pak Supangkat agar diberitahukan detailnya untuk investasi di Riau-1," tutur Kotjo.
Beberapa hari setelah pertemuan itu, Novanto mengenalkan Kotjo dengan anggota DPR Komisi VII Eni Maulani Saragih. Eni dikenalkan karena mempunyai koneksi dengan PLN.
"Waktu itu di kantor Pak Novanto, Bu Eni dari Komisi VII yang sering berhubungan dengan PLN, tujuannya supaya memonitor proyek ini, akhirnya perkenalan, dikenalin sama Setnov," kata Kotjo.
Usai pertemuan, Kotjo mengajak Eni makan siang sekaligus membahas proyek tersebut. Eni, kata Kotjo, ingin membantu.
"Bu Eni ini support saya, telepon Pak SFB biar ketemu saya, kalau enggak sama Bu Eni lama bisa dua tiga minggu. Bu Eni cepat. Dia di Komisi VII kan rekan kerjanya PLN," beber Kotjo.
Kotjo menyebut akhirnya dia, Sofyan dan Eni bertemu membicarakan proyek PLTU. Pertemuan dilakukan di Hotel Mulia, Senayan.
Dia mengaku Sofyan awalnya menolak permintaan Kotjo untuk mengambil proyek di Pulau Jawa. Kotjo lantas meminta proyek PLTU Riau-1.
"Tambang saya kan di Riau otomatis kita minta di Riau, yang bilang di Riau itu kita bukan SFB, karena kan tambang itu harus di mulutnya," ungkap Kotjo.
Terkait pertemuan itu, Kotjo mengaku PT Samantaka mendapat proyek. Dia selaku bos Black Gold juga mendapat untung.
"Saya punya saham Black Gold, kalau itu naik, saya yang paling banyak (pendapatannya)," tutur dia.
(Baca juga: Sofyan Basir Perintahkan PLTU Riau-1 Masuk RUPTL)
Jakarta: Bos Blackgold Natural Resources Limited Johannes Budisutrisno Kotjo mengakui melobi Direktur Utama nonaktif PLN Sofyan Basir (SFB). Kotjo minta bantuan mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto.
Ini bermula saat Kotjo mendengar rencana pencarian batu bara untuk proyek mulut tambang PLTU Riau-1 dari Direktur Utama PT Samantaka Batubara, AM Rudi Herlambang. Rudi mengajak Kotjo menggaet proyek itu.
"Samantaka punya tambang batu bara di Riau, kemudian kita lihat ada proyek PLN yang gagal. Bahkan sekarang mereka kekurangan listrik, saya tahu dari Pak Rudi Herlambang. Dia bilang 'kenapa enggak kita bantu proyeknya'," beber Kotjo saat bersaksi untuk terdakwa Sofyan Basir di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar, Jakarta Pusat, Senin, 29 Juli 2019.
Kotjo mengatakan, usai pembicaraan itu, Rudi langsung melihat lokasi proyek bersama beberapa tim yang dibawa. Kedatangan Rudi dimaksud untuk melihat potensi keuntungan dari proyek tersebut.
Usai itu, PT Samantaka (anak perusahaan Black Gold) mengajukan proposal kepada Sofyan Basir untuk menggaet proyek. Kotjo menawarkan kapasitas batu bara 2x300 megawatt, sebelumnya 2x600 megawatt.
Namun, proposal yang dikirim ke Sofyan tak kunjung dibalas selama lebih dari enam bulan. Kotjo lantas mengambil langkah cepat dengan mengontak Setya Novanto untuk dikenalkan dengan Sofyan.
"Saya bilang 'Pak Setnov kenal enggak sama SFB'. Itu kalau enggak salah di rumahnya di awal 2016. Saya sendiri ketemu Setnov saat itu, saya cerita supaya surat kita ditanggapi untuk yang Riau-1," beber Kotjo.
Usai minta bantuan Novanto, Kotjo langsung dipertemukan dengan Sofyan Basir. Kotjo tidak menjelaskan lokasi pertemuan, yang jelas pertemuan juga dihadiri Direktur Pengadaan Strategis 2 PT PLN (Persero) Supangkat Iwan Santoso serta sejumlah investor asing.
(Baca juga:
Sofyan Basir, Eni dan Kotjo 9 Kali Menggelar Pertemuan)
"Saya datang dengan investornya, namanya lupa, Wangkun (seingat Kotjo) dan direktur yang China. Kemudian ditemukan sama Pak Supangkat agar diberitahukan detailnya untuk investasi di Riau-1," tutur Kotjo.
Beberapa hari setelah pertemuan itu, Novanto mengenalkan Kotjo dengan anggota DPR Komisi VII Eni Maulani Saragih. Eni dikenalkan karena mempunyai koneksi dengan PLN.
"Waktu itu di kantor Pak Novanto, Bu Eni dari Komisi VII yang sering berhubungan dengan PLN, tujuannya supaya memonitor proyek ini, akhirnya perkenalan, dikenalin sama Setnov," kata Kotjo.
Usai pertemuan, Kotjo mengajak Eni makan siang sekaligus membahas proyek tersebut. Eni, kata Kotjo, ingin membantu.
"Bu Eni ini
support saya, telepon Pak SFB biar ketemu saya, kalau enggak sama Bu Eni lama bisa dua tiga minggu. Bu Eni cepat. Dia di Komisi VII kan rekan kerjanya PLN," beber Kotjo.
Kotjo menyebut akhirnya dia, Sofyan dan Eni bertemu membicarakan proyek PLTU. Pertemuan dilakukan di Hotel Mulia, Senayan.
Dia mengaku Sofyan awalnya menolak permintaan Kotjo untuk mengambil proyek di Pulau Jawa. Kotjo lantas meminta proyek PLTU Riau-1.
"Tambang saya kan di Riau otomatis kita minta di Riau, yang bilang di Riau itu kita bukan SFB, karena kan tambang itu harus di mulutnya," ungkap Kotjo.
Terkait pertemuan itu, Kotjo mengaku PT Samantaka mendapat proyek. Dia selaku bos Black Gold juga mendapat untung.
"Saya punya saham Black Gold, kalau itu naik, saya yang paling banyak (pendapatannya)," tutur dia.
(Baca juga:
Sofyan Basir Perintahkan PLTU Riau-1 Masuk RUPTL)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)