Ilustrasi teroris. Medcom.id
Ilustrasi teroris. Medcom.id

BNPT: Simpatisan Teroris di Indonesia Capai 17 Ribu Orang

Siti Yona Hukmana • 27 Januari 2022 10:14

Dia menuturkan semua teroris dan radikal akar ideologinya takfiri, yakni mengkafirkan yang berbeda baik beda agama, suku, paham, dan kelompok. "Nah, ideologi takfiri ini yang memunculkan sikap eksklusif, merasa paling benar sendiri, merasa paling agamis, eksklusif terhadap perubahan ataupun intolerasni terhadap keberagaman maupun perbedaan," jelas dia.
 
Indikator kedua, kata Ahmad, orang tersebut antipemerintahan yang sah. Artinya, memiliki sikap membenci dan membangun gangguan atau ketidakpercayaan masyarakat terhadap negara atau pemerintah atau pemimpin pemerintahan yang sah.
 
"Karena ini sejati gerakan politik dengan memanipulasi agama, mempolitisasi agama, mendistorsi agama untuk kekuasaan dan agenda mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi transnasional atau ideologi khilafah," ungkap Ahmad.

Baca: Polri: Hanya di Indonesia Pelaku Terorisme Sekeluarga
 
Indikator ketiga, antipancasila. Ahmad menuturkan orang-orang yang terpapar paham radikal dan terorisme menganggap Pancasila togut, Pancasila tidak produk Islam. Sehingga, mereka prokhilafah atau proidoelogi transnasional.
 
"Ini lah orang-orang yang sudah masuk Indeks Potensi Radikalisme. Ini otomatis atau biasanya mereka simpatisan dari kelompok-kelompok jaringan teror yang ideologinya sama, yaitu takfiri," papar jenderal polisi bintang satu itu.
 
Ahmad menyebut jumlah simpatisan teroris 12,2 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Angka itu merupakan hasil riset 2020.
 
BNPT tidak melakukan riset terkait jumlah simpatisan teroris pada 2021 karena suatu hal. Ahmad menyebut BNPT mengalihkan riset pada 2021 untuk menguji Indeks Risiko Terorisme (IRT) dan Indeks Suplai Pelaku Terorisme (ISPT).
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan