Petugas mengangkat peti jenazah korban covid-19 untuk dimakamkan di TPU Srengseng Sawah, Jakarta, Kamis, 14 Januari 2021. Foto: MI/Andri Widiyanto
Petugas mengangkat peti jenazah korban covid-19 untuk dimakamkan di TPU Srengseng Sawah, Jakarta, Kamis, 14 Januari 2021. Foto: MI/Andri Widiyanto

2 Saksi Diperiksa Terkait Dugaan Kartel Kremasi

Theofilus Ifan Sucipto • 22 Juli 2021 15:31

Dia mencoba menghubungi berbagai krematorium di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Namun, rata-rata tidak ada yang merespons. Bila pun ada, krematorium itu sudah penuh.
 
"Kami menghubungi orang yang dulu mengurus kremasi kakak dan dapat keterangan bahwa memang segitu sekarang biayanya. Kemudian dia juga ditawarkan Rp45 juta, jenazah juga bisa segera dikremasi tapi besok di Cirebon," ujar Martin.
 
Rekannya yang membantu mencarikan krematorium juga mendapat informasi harga paket kremasi Rp45 juta hingga Rp55 juta. Martin kalang kabut karena rumah sakit mendesak agar jenazah segera dipindahkan.
 
Keluarga Martin akhirnya memutuskan mengkremasi sang ibunda di Karawang. Namun, keputusan itu sudah terlambat. 
 
Slot di krematorium telah dipesan orang lain. Martin mendapatkan informasi ada slot lima hari ke depan di krematorium pinggir kota dengan harga Rp65 juta.
 
"Segera kami mengerti bahwa kartel telah menguasai jasa mengkremasi sanak famili korban covid-19 dengan tarif Rp45 juta-Rp65 juta," ungkap Martin.

Besok paginya sekitar pukul 09.30 WIB, Martin mengaku tiba di krematorium daerah Cirebon. Mobil jenazah ibunya tiba sejak pukul 07.00 WIB. Dia melihat ternyata dalam satu mobil ada dua peti jenazah.
 
Dia sempat mengobrol dengan pengurus kremasi. Pengurus itu menyebut  hanya ada satu harga kremasi, yaitu Rp2,5 juta. Namun, prosedur covid-19 mengharuskan adanya tambahan biaya ratusan ribu rupiah untuk membeli alat pelindung diri (APD), penyemprotan, dan lainnya.
 
"Betapa nyamannya kartel ini merampok keluarga yang berduka, karena biaya peti dan biaya mobil jenazah (satu mobil dua jenazah) harusnya tidak sampai Rp10 juta. Mereka ini hanya berbekal telepon saja dan bisa booking slot di krematorium, tidak perlu nongol. Sementara, orang lapangan, orang kecil yang bekerja, dan tidak merasakan tetesan keuntungan ini," ucap Martin.
 
Dia berharap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membaca pesannya. Anies diharap menindak tegas apabila ada aparat pemakaman yang berubah fungsi menjadi calo untuk mencari keuntungan.
 
Martin menduga pihak itu bekerja sama dengan petugas di rumah sakit. Dia ingin pelaku ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.
 
"Karena ulah mereka adalah sama menyusahkannya seperti ulah virus covid-19 yang menari di atas penderitaan korbannya," tutur Martin.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan