Jakarta: Satuan Tugas Anti Mafia Bola selesai memeriksa CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB) Risha Adi Wijaya. Pemeriksan Risha difokuskan dalam membahas sisi anggaran LIB dan sisi operasional LIB.
"Hari ini pertanyaan berpusat pada pengelolaan anggaran, kemudian dana didapat dari mana, dikelola seperti apa, itu yang ditanyakan termasuk operasionalnya dari kompetisi itu sendiri," ujar Risha di Polda Metro Jaya, Selasa, 19 Febuari 2019.
Kurang lebih, Risha dicecar 21 pertanyaan oleh penyidik. Selain terkait keuangan LIB, ia juga dikonfirmasi mengenai penghilangan barang bukti terkait laporan Vigit Waluyo soal Liga 2.
Vigit Waluyo mengaku memberi uang suap pada wasit dan komite untuk mengatur pertandingan. Besaran uang yang diberikan sekitar Rp25 juta hingga Rp50 juta untuk komite wasit.
"Sedangkan untuk wasit kurang lebih Rp25 juta sampai dengan Rp30 juta. Pembagiannya mereka bagi sendiri," ujar Vigit usai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus suap pengaturan skor sepak bola di Mapolda Jawa Timur, Kota Surabaya, Jumat, 25 Januari 2019
Vigit bercerita, dalam kompetisi Liga 2 pada 2017, salah satu klub binaannya yaitu PMSP Mojokerto Putera, dipermainkan wasit. Melihat kondisi itu, Vigit mencari solusi agar kejadian tak berulang lagi.
Baca: Kejaksaan Punya 14 Hari Teliti Berkas Mafia Bola
"Lalu saya menjalin komunikasi dengan komite wasit," kata Vigit.
Menyuap wasit pertandingan satu-satunya cara mengatur pertandingan. Melalui anggota Komisi Disiplin PSSI Dwi Irianto alias Mbah Putih, Vigit dipertemukan dengan anggota komite wasit, Nasrul Koto.
"Setelah bertemu dengan Koto, pertandingan kami aman-aman saja," terangnya.
Baca: Jokdri Diduga Atur Pertandingan Persibara Banjarnegara
Dari tiga klub binaan Vigit yang bermain di Liga 2, dua di antaranya musim ini promisi ke Liga 1. Mereka adalah PSS Sleman dan Kalteng Putera. Sedangkan PSMP Mojokerto Putera gagal promosi setelah sengaja gagal mengeksekusi penalti.
Jakarta: Satuan Tugas Anti Mafia Bola selesai memeriksa CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB) Risha Adi Wijaya. Pemeriksan Risha difokuskan dalam membahas sisi anggaran LIB dan sisi operasional LIB.
"Hari ini pertanyaan berpusat pada pengelolaan anggaran, kemudian dana didapat dari mana, dikelola seperti apa, itu yang ditanyakan termasuk operasionalnya dari kompetisi itu sendiri," ujar Risha di Polda Metro Jaya, Selasa, 19 Febuari 2019.
Kurang lebih, Risha dicecar 21 pertanyaan oleh penyidik. Selain terkait keuangan LIB, ia juga dikonfirmasi mengenai penghilangan barang bukti terkait laporan Vigit Waluyo soal Liga 2.
Vigit Waluyo mengaku memberi uang suap pada wasit dan komite untuk mengatur pertandingan. Besaran uang yang diberikan sekitar Rp25 juta hingga Rp50 juta untuk komite wasit.
"Sedangkan untuk wasit kurang lebih Rp25 juta sampai dengan Rp30 juta. Pembagiannya mereka bagi sendiri," ujar Vigit usai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus suap pengaturan skor sepak bola di Mapolda Jawa Timur, Kota Surabaya, Jumat, 25 Januari 2019
Vigit bercerita, dalam kompetisi Liga 2 pada 2017, salah satu klub binaannya yaitu PMSP Mojokerto Putera, dipermainkan wasit. Melihat kondisi itu, Vigit mencari solusi agar kejadian tak berulang lagi.
Baca: Kejaksaan Punya 14 Hari Teliti Berkas Mafia Bola
"Lalu saya menjalin komunikasi dengan komite wasit," kata Vigit.
Menyuap wasit pertandingan satu-satunya cara mengatur pertandingan. Melalui anggota Komisi Disiplin PSSI Dwi Irianto alias Mbah Putih, Vigit dipertemukan dengan anggota komite wasit, Nasrul Koto.
"Setelah bertemu dengan Koto, pertandingan kami aman-aman saja," terangnya.
Baca: Jokdri Diduga Atur Pertandingan Persibara Banjarnegara
Dari tiga klub binaan Vigit yang bermain di Liga 2, dua di antaranya musim ini promisi ke Liga 1. Mereka adalah PSS Sleman dan Kalteng Putera. Sedangkan PSMP Mojokerto Putera gagal promosi setelah sengaja gagal mengeksekusi penalti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DMR)