Kapolri Jenderal Ttio Karnavian bersama jajaran di Polda Metro Jaya, Rabu 18 Januari/MTVN/Deny Irwanto
Kapolri Jenderal Ttio Karnavian bersama jajaran di Polda Metro Jaya, Rabu 18 Januari/MTVN/Deny Irwanto

Kapolri Sindir Terperiksa yang Kerap Membawa Massa

Deny Irwanto • 18 Januari 2017 12:25
medcom.id, Jakarta: Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyindir terperiksa yang kerap membawa massa ketika dipanggil penyidik kepolisian. Belakangan, beberapa pihak membawa massa ketika menghadiri undangan penyidik untuk dimintai keterangan.
 
"Dan sebetulnya saya berharap kalau ada pemanggilan, tolong lah, tidak perlu adanya mobilisasi massa. Karena nanti akan terbentuk psikologi massa," tegas Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (18/1/2017).
 
Mantan Kepala Densus 88 itu menjelaskan, polisi bakal kesulitan mengendalikan massa. Sebab, psikologi massa jelas berbeda dengan psikologi individu yang lebih logis dan rasional.

"Mengumpulkan 1.000 orang dengan 100.000 orang tidak gampang mengendalikannya. Risiko pengendaliannya akan sulit. Oleh karena itu terjadi pemanggilan misalnya, datang lah, cukup dengan membawa lawyer saja," jelas Tito.

Baca: Kronologis Penganiayaan Anggota FPI Versi Rizieq Shihab

Tito menegaskan, apabila merasa benar, mereka bisa membuktikan dengan mengikuti seluruh proses hukum. Menghadiri pemanggilan polisi bukan proses akhir. Masih banyak proses penyelidikan yang akan ditempuh, termasuk upaya terperiksa membela diri.
 
"Kalau di tingkat penyidikan dihentikan, kalau ada fakta baru, fakta lain. Kalau dinaikkan tersangka masih ada upaya hukum lain di kejaksaan. Untuk dideponering atau justru dihentikan di kejaksaan. Masih ada upaya lain di pengadilan. Semua masyarakat bisa nilai benar salahnya," terang mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ini.
 
Pengerahan massa, kata Tito, juga bisa diartikan menekan penyidik. Bukan tak mungkin, penyidik mulai tak objektif karena pengerahan massa bisa pula mengesankan pihak tertentu berniat mendikte aparat.
 
"Kita minta penyidik independen," tegas Tito.
 
Sebelumnya, beberapa terperiksa sempat membawa massa ketika menghadiri panggilan kepolisian. Terakhir, Ketua Front Pembela Islam Rizieq Shihab dikawal massa ketika menjalani pemeriksaan di Polda Jawa Barat, Kamis 12 Januari.
 
Kehadiran massa FPI berbuntut panjang karena di lokasi yang sama massa Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia tampak berkumpul. Dua kelompok berperang mulut hingga terjadi bentrokan. Massa FPI tak terima dan membawa kasus ini sampai ke Jakarta. Mereka menuntut Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan dicopot atas dugaan melakukan pembiaran penyerangan GMBI ke FPI.
 
Baca: Polisi Harus Netral Tuntaskan Pertikaian GMBI dengan FPI
 
Tak hanya itu, kasus kekerasan menjalar ke wilayah Jabar lainnya. Tito telah menugaskan Inspektur Pengawasan Umum Polri Komjen Dwi Priyatno menyelesaikan persoalan ini. "Saya sudah minta kepada Irwasum untuk menurunkan tim di sana untuk melihat secara objektif masalahnya. Tapi jangan dulu memberikan judgment siapa benar siapa salah dulu, yang jelas kita tidak inginkan ada peristiwa kekerasan terjadi," ucap Tito.
 
Sebelumnya perselisihan antara massa FPI dan massa GMBI terjadi di dekat Mapolda Jabar, Kamis 12 Januari. Saat itu, Rizieq Shihab, pentolan FPI, menjalani pemeriksaan di Mapolda Jabar. Rizieq diperiksa sebagai saksi kasus dugaan penistaan Pancasila.
 
Beberapa jam kemudian, aksi kekerasan terjadi di Bogor. Sekelompok orang diduga anggota FPI membakar markas GMBI. Namun, Ketua FPI Kabupaten Bogor, Burhanudin, membantah menginstruksikan pembakaran.
 
"Itu terjadi secara tiba-tiba secara responsif, itu saja," tutur Burhan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan