medcom.id, Jakarta: Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shibab melakukan audiensi dengan Panja Penegakan Hukum Komisi III DPR. Pentolan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) ini meceritakan kronologis penganiayaan ormas Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) kepada laskar FPI.
Menurut Rizieq, kejadian bermula ketika dirinya memenuhi panggilan di Polda Jawa Barat. Ia datang sebagai saksi terkait laporan Sukmawati Soekarnoputeri tentang penistaan terhadap Pancasila.
"Pemeriksaan berjalan lancar, penyidik bilang semua berjalan dengan kooperatif. Saat diperiksa, banyak umat Islam. Tidak hanya FPI, tapi juga pimpinan pondok pesantren dan santri yang datang untuk menunjukan solidaritas dan datang ke Markas Polda Jawa Barat," kata Rizieq.
Namun, Rizieq mengaku terkejut saat mendapati massa GMBI masuk ke area Polda Jabar. Sedangkan, umat Islam dilarang masuk, bahkan dihalangi dengan kawat berduri.
"Mereka (GMBI) membawa bambu, balok dan senjata tajam. Bahkan, ada yang teridentifikasi membawa senjata tajam. Kami punya rekamannya," ujar Rizieq.
Melihat kondisi itu, Rizieq tidak terima dengan pernyataan Polda Jabar Irjen Anton Charliyan yang mengaku tidak mengetahui keberadaan anggota GMBI di area Polda Jabar. Apalagi, Anton adalah Dewan Pembina GMBI.
"Ketua pembina itu bisa saja menggerakkan dan membubarkan. Tapi, itu tidak dilakukan Kapolda Jabar," ucapnya.
Selama pemeriksaan, Rizieq mengatakan, terjadi provokasi GMBI terhadap umat Islam. Provokasi tersebut tidak diladeni.
"Sebab, mereka datang bukan untuk menyerang Polda. Tapi, untuk menunjukan solidaritas dan mengetahui perkembangan pemeriksaan saya," tambah dia.
Setelah pemeriksaan selesai, Rizieq dan rombongan meninggalkan Polda Jabar. Ia pun meminta agar umat Islam yang berkerumun di Polda Jabar membubarkan diri dan pulang dengan tertib.
Setelah rombongan meninggalkan Polda dan makan di sekitaran Bandung, GMBI melakukan sweeping terhadap laskar FPI dan umat Islam yang masih tertinggal di Polda Jabar. Saat itulah terjadi penganiyaan.
"Ada laskar yang dikeroyok. Tangannya patah dan kemarin baru dioperasi, kami juga punya rekaman," beber Rizieq.
Saat itu, Rizieq belum mengetahui sweeping oleh GMBI. Informasi tentang sweeping dan penganiayaan baru diketahuinya saat rombongan masuk tol menuju Jakarta.
"Saat itu, kami minta FPI Bandung segera kembali untuk menyelamatkan saudara-saudara yang terluka untuk dibawa ke RS," katanya.
Rizieq berharap, Komisi III DPR dapat menindaklanjuti informasi tersebut. Penganiayaan jelas-jelas dilakukan di depan aparat kepolisian.
"Sweeping ini adalah fakta, penganiayaan ini fakta dan terjadi di depan polisi. Tapi tidak ada yang diperiksa dan ditahan," ujar Rizieq.
Ketua Panja Penengakan Hukum Desmond J. Mahesa mengatakan, akan mendalami informasi tersebut kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat rapat kerja 31 Januari 2017.
medcom.id, Jakarta: Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shibab melakukan audiensi dengan Panja Penegakan Hukum Komisi III DPR. Pentolan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) ini meceritakan kronologis penganiayaan ormas Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) kepada laskar FPI.
Menurut Rizieq, kejadian bermula ketika dirinya memenuhi panggilan di Polda Jawa Barat. Ia datang sebagai saksi terkait laporan Sukmawati Soekarnoputeri tentang penistaan terhadap Pancasila.
"Pemeriksaan berjalan lancar, penyidik bilang semua berjalan dengan kooperatif. Saat diperiksa, banyak umat Islam. Tidak hanya FPI, tapi juga pimpinan pondok pesantren dan santri yang datang untuk menunjukan solidaritas dan datang ke Markas Polda Jawa Barat," kata Rizieq.
Namun, Rizieq mengaku terkejut saat mendapati massa GMBI masuk ke area Polda Jabar. Sedangkan, umat Islam dilarang masuk, bahkan dihalangi dengan kawat berduri.
"Mereka (GMBI) membawa bambu, balok dan senjata tajam. Bahkan, ada yang teridentifikasi membawa senjata tajam. Kami punya rekamannya," ujar Rizieq.
Melihat kondisi itu, Rizieq tidak terima dengan pernyataan Polda Jabar Irjen Anton Charliyan yang mengaku tidak mengetahui keberadaan anggota GMBI di area Polda Jabar. Apalagi, Anton adalah Dewan Pembina GMBI.
"Ketua pembina itu bisa saja menggerakkan dan membubarkan. Tapi, itu tidak dilakukan Kapolda Jabar," ucapnya.
Selama pemeriksaan, Rizieq mengatakan, terjadi provokasi GMBI terhadap umat Islam. Provokasi tersebut tidak diladeni.
"Sebab, mereka datang bukan untuk menyerang Polda. Tapi, untuk menunjukan solidaritas dan mengetahui perkembangan pemeriksaan saya," tambah dia.
Setelah pemeriksaan selesai, Rizieq dan rombongan meninggalkan Polda Jabar. Ia pun meminta agar umat Islam yang berkerumun di Polda Jabar membubarkan diri dan pulang dengan tertib.
Setelah rombongan meninggalkan Polda dan makan di sekitaran Bandung, GMBI melakukan sweeping terhadap laskar FPI dan umat Islam yang masih tertinggal di Polda Jabar. Saat itulah terjadi penganiyaan.
"Ada laskar yang dikeroyok. Tangannya patah dan kemarin baru dioperasi, kami juga punya rekaman," beber Rizieq.
Saat itu, Rizieq belum mengetahui sweeping oleh GMBI. Informasi tentang sweeping dan penganiayaan baru diketahuinya saat rombongan masuk tol menuju Jakarta.
"Saat itu, kami minta FPI Bandung segera kembali untuk menyelamatkan saudara-saudara yang terluka untuk dibawa ke RS," katanya.
Rizieq berharap, Komisi III DPR dapat menindaklanjuti informasi tersebut. Penganiayaan jelas-jelas dilakukan di depan aparat kepolisian.
"Sweeping ini adalah fakta, penganiayaan ini fakta dan terjadi di depan polisi. Tapi tidak ada yang diperiksa dan ditahan," ujar Rizieq.
Ketua Panja Penengakan Hukum Desmond J. Mahesa mengatakan, akan mendalami informasi tersebut kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat rapat kerja 31 Januari 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)