Ilustrasi Medcom.id.
Ilustrasi Medcom.id.

Februari: Upaya Mencegah Terorisme Melalui Deradikalisasi Masih Buntu

Achmad Zulfikar Fazli • 15 Desember 2020 11:24

Masih berkeliarannya orang-orang yang terpapar paham radikal membuat aksi terorisme tak kunjung hilang. Bahkan, masih banyak teror dan penindakan yang dilakukan aparat keamanan di sepanjang 2020.

Optimalisasi Program Deradikalisasi

Pemerintah telah menjalankan program deradikalisasi. Program itu dilakukan untuk membuang radikalisme dari beberapa orang yang sudah terpapar. Ini juga salah satu cara memutus jaringan terorisme.
 
Namun, deradikalisasi belum berjalan optimal. Musababnya, belum ada sinergisitas yang kuat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjalankan deradikalisasi.
 
Contohnya, penanganan 75 deportan warga negara Indonesia (WNI) yang masuk ke Suriah melalui Turki. Mereka sudah menjalani deradikalisasi selama sebulan. Namun, program itu tak menjamin bisa mengubah paham radikal mereka.

Deradikalisasi tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Program ini harus dilakukan serius. Komitmen pemerintah daerah untuk memulihkan pemikiran warganya yang terpapar radikalisme juga harus maksimal.
 
Respons pemerintah daerah dalam menangani warganya yang datang dari daerah konflik, seperti Suriah berbeda-beda. Ada yang hanya menjemput dan ada yang betul-betul membina mereka.
 
"Perlu ada regulasi atau komitmen langsung operasional kepala daerah mulai dari provinsi, kabupaten-kota dalam mendukung peran BNPT dan FKPT," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius saat pelantikan pengurus Forum Koordinasi Pencegahan Teroris (FKPT) 32 provinsi, di Jakarta, Senin, 17 Februari 2020.
 
Pemerintah daerah juga selama ini seakan tutup kuping dengan peringatan ancaman terorisme dari BNPT. Alhasil, aksi terorisme masih terjadi di daerah-daerah. Misalnya, penikaman Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto di Pandeglang, Banten, Kamis, 10 Oktober 2019.
 
Padahal, BNPT sudah mewanti-wanti pemerintah daerah setempat soal kerawanan aksi terorisme. Sayangnya, peringatan dini itu tak didengar sehingga peristiwa penusukan itu terjadi.
 
Tak hanya di Banten, aksi terorisme dan radikalisme sangat rawan terjadi di Aceh, Riau, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, dan Jawa Timur. Pemerintah daerah setempat diminta tidak berleha-leha. Menganggap daerahnya bebas dari radikalisme dan terorisme. Sebab, aksi teror bisa muncul kapan dan di mana saja.
 
Banyak kasus warga terpapar radikalisme dan terorisme dari belajar agama melalui 'Mbah Google'. Pemerintah daerah bisa mengatasi itu dengan menggali kearifan lokal. Cara kearifan lokal ampuh dalam menumbuhkan imunitas terhadap paham radikalisme tersebut.
 
Misalnya, mengefektifkan kembali peran rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), seluruh perangkat, dan oraganisasi daerah. Radikalisme dan terorisme tidak akan tumbuh bila semua upaya pencegahan berjalan dengan baik.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan