Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Hendra)
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Hendra)

Kisah Petani Menanam Uang Demi Pergi Haji

Sobih AW Adnan • 05 September 2016 14:52
medcom.id, Jakarta: Memiliki cukup ongkos dan berkesempatan menunaikan ibadah haji hampir dipastikan menjadi dambaan setiap Muslim. Guna menggapainya, cara paling mungkin dilakukan adalah dengan menabung sedikit demi sedikit setiap rezeki yang dimiliki. Lantas bagaimana upaya seseorang di saat bank belum semasyhur masa sekarang?
 
Baca: Kapal Laut dan Perjuangan Calon Haji Masa Lampau
 
Dalam Historiografi Haji Indonesia dikisahkan seorang petani menanam uangnya di ladang selama berpuluh tahun demi bisa pergi ke Tanah Suci. Peristiwa yang terjadi pada 1900-an ini bersumber dari pengalaman Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat di kala dirinya menjabat sebagai asisten wedana di Cilegon. 
 
Sebagai seorang asisten wedana, Aria Djajadiningrat bertugas mewawancarai setiap calon haji yang sudah siap ke Mekkah. Tak hanya itu, kepadanya juga seseorang harus menunjukkan uang sebesar 500 gulden secara tunai sebagai jaminan.

Baca: Awal Mula Haji di Nusantara
 
Sekali waktu seorang petani yang tampak lugu menghadap Pangeran Aria. Namun setelah rampung diwawancarai, ia tidak bisa menunjukkan uang kontan sesuai ketentuan yang diberlakukan pemerintah Hindia Belanda. 
 
"Ketika saya tanya mengapa tidak membawa langsung dua ratus ringgit (500 gulden)? ia berkata paling tidak akan memerlukan dua hari agar uang itu bisa terkumpul dan disetorkan sesuai dengan yang disyaratkan," tulis Pangeran Aria dalam memoarnya yang berjudul Herinneringen van Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat sebagaimana dikutip M. Shaleh Putuhena dalam Historiografi Haji Indonesia.
 
Ternyata, selain berladang, petani itu mengisi hari-harinya dengan berjualan kayu bakar. Dari barang dagangannya itulah ia menanam setiap sen di berbagai sudut kebun duku miliknya. 
 
"Setiap hari ia menabung 5 atau 10 sen dari penghasilannya yang hanya 15 sampai 20 sen. Setelah 25 tahun, tabungan itu telah mencapai 50.000 sen atau sama dengan 500 gulden," tulis Pangeran Aria.
 
Belum lagi untuk mengangkut uang itu mesti disiapkan vrachtkar atau semacam gerobak. Setelah itu uang harus dibawa ke Cilegon untuk ditukar dengan uang perak atau uang kertas bank.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan