medcom.id, Jakarta: Sebagai salah satu pesohor umat Islam di Indonesia, tak jarang KH Ahmad Dahlan menjadi sasaran orang-orang yang hanya berniat mendulang keuntungan. Sekali waktu jelang musim haji 1920, pendiri Muhammadiyah itu didatangi saudagar kapal. Seperangkat bujuk rayu dan tawaran siap dilancarkan dengan harapan bisa melumpuhkan iman seorang Kiai Ahmad Dahlan.
Baca: Kala Belanda Tarik Bea Potong Hewan Kurban
"Begini Kiai, saya adalah penyelenggara jasa haji untuk wilayah Hindia Belanda. Jika Kiai bisa membantu saya mendapatkan sepuluh calon haji saja, Anda akan kami berikan diskon 25 persen," kata saudagar itu kepada Kiai Dahlan.
"Jika saya bisa dapatkan lebih dari itu?" jawab Kiai Ahmad Dahlan memancing.
"Anda bisa mendapatkan diskon hingga lima puluh persen," ucap saudagar dengan mantap, mengira KH Ahmad Dahlan tergoda.
Tapi, ternyata Kiai Ahmad Dahlan tegas menolak. Dalam benak Kiai Dahlan terlintas, alangkah buruknya ketika sebuah perjalanan suci hanya dieksploitasi demi kepentingan bisnis semata.
Penggalan kisah ini diceritakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti. Menurutnya, sejak saat itulah muncul inisiatif dari KH Ahmad Dahlan agar sebaiknya Muhammadiyah memiliki kapal dan menyelenggarakan haji secara mandiri.
Baca: Kapal Laut dan Perjuangan Calon Haji Masa Lampau
"Sekuat tenaga KH Ahmad Dahlan menghimpun dana. Lalu mulai mendorong Muhammadiyah untuk membeli sebuah kapal," kata Abdul Mu'ti saat dihubungi Metrotvnews.com, Kamis (15/9/2016).
Tak lama setelah cita-cita itu tercapai, Muhammadiyah pun mulai mengantarkan orang-orang berhaji ke Tanah Suci. Tak hanya itu, mereka dikawal dari mulai proses bimbingan, hingga segala pelayanan yang dibutuhkan selama di Tanah Haram.
"Satu cerita lagi, seorang petugas haji Muhammadiyah pernah jatuh sakit gara-gara secara total memberikan pelayanan haji kepada jemaah. Akibat kelelahan yang berlebih, kemudian ia meninggal," kata Abdul Mu'ti.
Dari cerita-cerita masa lampau itu, kata Mu'ti, patut dijadikan sebagai inspirasi bahwa Muhammadiyah tidak hanya berpikir bagaimana caranya agar umat Islam di Indonesia mampu menunaikan ibadah haji. Lebih jauh lagi, mendorong penyelenggara haji untuk memberikan bimbingan secara total dan pelayanan dengan sebaik-baiknya.
Mata Najwa: Belajar dari KH Ahmad Dahlan & KH Hasyim Asy'ari
medcom.id, Jakarta: Sebagai salah satu pesohor umat Islam di Indonesia, tak jarang KH Ahmad Dahlan menjadi sasaran orang-orang yang hanya berniat mendulang keuntungan. Sekali waktu jelang musim haji 1920, pendiri Muhammadiyah itu didatangi saudagar kapal. Seperangkat bujuk rayu dan tawaran siap dilancarkan dengan harapan bisa melumpuhkan iman seorang Kiai Ahmad Dahlan.
Baca: Kala Belanda Tarik Bea Potong Hewan Kurban
"Begini Kiai, saya adalah penyelenggara jasa haji untuk wilayah Hindia Belanda. Jika Kiai bisa membantu saya mendapatkan sepuluh calon haji saja, Anda akan kami berikan diskon 25 persen," kata saudagar itu kepada Kiai Dahlan.
"Jika saya bisa dapatkan lebih dari itu?" jawab Kiai Ahmad Dahlan memancing.
"Anda bisa mendapatkan diskon hingga lima puluh persen," ucap saudagar dengan mantap, mengira KH Ahmad Dahlan tergoda.
Tapi, ternyata Kiai Ahmad Dahlan tegas menolak. Dalam benak Kiai Dahlan terlintas, alangkah buruknya ketika sebuah perjalanan suci hanya dieksploitasi demi kepentingan bisnis semata.
Penggalan kisah ini diceritakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti. Menurutnya, sejak saat itulah muncul inisiatif dari KH Ahmad Dahlan agar sebaiknya Muhammadiyah memiliki kapal dan menyelenggarakan haji secara mandiri.
Baca: Kapal Laut dan Perjuangan Calon Haji Masa Lampau
"Sekuat tenaga KH Ahmad Dahlan menghimpun dana. Lalu mulai mendorong Muhammadiyah untuk membeli sebuah kapal," kata Abdul Mu'ti saat dihubungi
Metrotvnews.com, Kamis (15/9/2016).
Tak lama setelah cita-cita itu tercapai, Muhammadiyah pun mulai mengantarkan orang-orang berhaji ke Tanah Suci. Tak hanya itu, mereka dikawal dari mulai proses bimbingan, hingga segala pelayanan yang dibutuhkan selama di Tanah Haram.
"Satu cerita lagi, seorang petugas haji Muhammadiyah pernah jatuh sakit gara-gara secara total memberikan pelayanan haji kepada jemaah. Akibat kelelahan yang berlebih, kemudian ia meninggal," kata Abdul Mu'ti.
Dari cerita-cerita masa lampau itu, kata Mu'ti, patut dijadikan sebagai inspirasi bahwa Muhammadiyah tidak hanya berpikir bagaimana caranya agar umat Islam di Indonesia mampu menunaikan ibadah haji. Lebih jauh lagi, mendorong penyelenggara haji untuk memberikan bimbingan secara total dan pelayanan dengan sebaik-baiknya.
Mata Najwa: Belajar dari KH Ahmad Dahlan & KH Hasyim Asy'ari Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)