Makassar: Sri Endang Wahyuni menjadi salah satu dari puluhan relawan dari program Wisata Duta Covid-19 Pemprov Sulawesi Selatan. Sejak Juli 2020, Endang –sapaan akrabnya- mulai akrab dengan para pasien terinfeksi covid-19.
Dalam tugasnya, Endang menjadi relawan pendamping di Hotel Swiss-Belhotel Makassar yang merupakan salah satu lokasi program wisata covid-19. Endang yang merupakan alumnus Pendidikan Sosiologi dari Universitas Negeri Makassar (UNM) dituntut untuk berinteraksi langsung dan terlibat dalam perawatan pasien covid-19.
"Kalau soal takut terpapar, pasti ada rasa takut. Tapi dengan tetap mengikuti bimbingan dan standar perawatan pasien covid-19, Alhamdulillah sampai hari ini masih sehat," ungkapnya, Minggu, 27 Desember 2020.
Endang mengungkap mendapat informasi perihal relawan, dari media sosial. Dia mendaftar pada April 2020, meskipun sempat diliputi rasa takut.
Baca: Pemkab Purbalingga Larang Kerumunan saat Tahun Baru
Endang mengaku buta tentang keperawatan, terlebih soal merawat pasien covid-19. Lantaran Endang bukan lulusan ilmu kesehatan maupun perawat. Tapi, kata dia, relawan secara rutin dibekali bimbingan oleh mentor yang merupakan tenaga medis.
Dari situ ia mengaku mulai banyak belajar tentang perawatan medis. Mulai dari melakukan pengukuran saturasi, manis-manisnya obat, dan kebutuhan gizi para pasien.
Perempuan berusia 28 tahun ini awalnya sempat ditentang oleh orang tua saat berniat mendaftarkan diri sebagai relawan. Tapi karena tekadnya sudah bulat, ia memberikan pengertian.
"Orang tua memang sempat menentang. Alasannya sudah jelas, takut anaknya terpapar. Tapi saya selalu beri pengertian ke beliau bahwa selama pekerjaan ini dilakukan dengan hati-hati insyallah tetap aman," jelasnya.
Saat bertugas, menurutnya kesabaran menjadi kunci utama dalam menjalani tugas sebagai relawan. Apalagi, ketika harus menghadapi pasien yang keras kepala dan belum menerima bahwa dirinya terpapar virus korona.
Setiap hari Endang harus mengurus sedikitnya 20 pasien. Tapi program Wisata Duta Covid-19 ini diperuntukkan bagi pasien dengan gejala ringan atau termasuk dalam orang tanpa gejala (OTG).
"Tidak begitu sulit sebenarnya untuk mengawasi. Karena untuk yang gejala berat perawatannya sudah harus di rumah sakit. Tugas kami pada umumnya hanya mengawasi pola makan, kebutuhan, obat, dan memeriksa kondisi kesehatan pasien setiap hari," terangnya.
Baca: Terjaring Razia Antigen, Ratusan Pengendara di Cianjur Diputar Balik
Keterlibatan Endang sebagai relawan membuatnya seolah bertemu dengan dunia baru. Hal tersebut disyukurinya, bahkan menjadi kesempatan yang menyenangkan karena bisa berkenalan dengan lebih banyak orang.
"Ketika mereka mengucapkan terima kasih, ada perasaan haru dalam hati. Pokoknya bahagia bisa turut membantu mereka," tutup Endang.
Relawan wisata Covid-19, Sri Endang Wahyuni (tengah) saat berfoto di salah satu hotel perawatan pasien covid-19, di Makassar, Sulawesi Selatan.
Makassar: Sri Endang Wahyuni menjadi salah satu dari puluhan relawan dari program Wisata Duta Covid-19 Pemprov Sulawesi Selatan. Sejak Juli 2020, Endang –sapaan akrabnya- mulai akrab dengan para pasien terinfeksi
covid-19.
Dalam tugasnya, Endang menjadi relawan pendamping di Hotel Swiss-Belhotel Makassar yang merupakan salah satu lokasi program wisata covid-19. Endang yang merupakan alumnus Pendidikan Sosiologi dari Universitas Negeri Makassar (UNM) dituntut untuk berinteraksi langsung dan terlibat dalam perawatan pasien covid-19.
"Kalau soal takut terpapar, pasti ada rasa takut. Tapi dengan tetap mengikuti bimbingan dan standar perawatan pasien covid-19, Alhamdulillah sampai hari ini masih sehat," ungkapnya, Minggu, 27 Desember 2020.
Endang mengungkap mendapat informasi perihal relawan, dari media sosial. Dia mendaftar pada April 2020, meskipun sempat diliputi rasa takut.
Baca: Pemkab Purbalingga Larang Kerumunan saat Tahun Baru
Endang mengaku buta tentang keperawatan, terlebih soal merawat pasien covid-19. Lantaran Endang bukan lulusan ilmu kesehatan maupun perawat. Tapi, kata dia, relawan secara rutin dibekali bimbingan oleh mentor yang merupakan tenaga medis.
Dari situ ia mengaku mulai banyak belajar tentang perawatan medis. Mulai dari melakukan pengukuran saturasi, manis-manisnya obat, dan kebutuhan gizi para pasien.