Yogyakarta: Mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas menyebut anggota Polri di komisi antirasuah pernah menyebabkan kebocoran informasi kasus. Dia menyebut penyidik dari unsur kepolisian tak profesional dan tak loyal.
"Kasus kebocoran sudah terjadi. Dulu kami mengembalikan perwira ke Mabes Polri karena unprofesional conduct setelah kami periksa," kata Busyro di Kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro Yogyakarta, Kamis, 18 Juli 2019.
Kebocoran informasi membuat operasi tangkap tangan (OTT) dalam sejumlah momen gagal. Kinerja penyidik dari kepolisian dianggap lebih loyal ke pimpinan mereka.
"Polisi tidak mungkin memiliki loyalitas ke KPK. Ia akan di-driving (diarahkan) oleh Mabes," ujarnya.
Khawatir Polisi Pimpin KPK
Busyro megkhawatirkan kinerja pimpinan KPK periode berikutnya. Baginya, keberadaan anggota Polri di kursi pimpinan KPK akan mengkhawatirkan. Apalagi sebanyak 13 dari 192 daftar nama lolos merupakan anggota aktif Polri.
Ia menilai tim panitia seleksi calon pimpinan (pansel capim) KPK yang baru tak ada yang berlatar aktivis antikorupsi. Ia juga merasa tim pansel seperti tak ramah aktivis antikorupsi. Dia pun melihat polisi yang tak loyal dapat merubah KPK.
Baca: Isu Kewenangan Berlebihan Novel Hasil Analisis TPF
Dia melihat polisi tak mendukung KPK. Teranyar, Tim Pencari Fakta (TPF) Polri gagal mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. TPF justru menilai Novel melakukan tindakan melebihi kewenangan sebagai penyidik.
"Ini malah Novel dianggap kambing hitam. Ini pernyataan yang enggak bertanggung jawab, mencari kambing hitam," katanya.
Dia semakin khawatir bila perwira tinggi Polri memimpin KPK.
Baca: KPK Kecewa dengan Hasil Kerja Tim Khusus Polri
Yogyakarta: Mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas menyebut anggota Polri di komisi antirasuah pernah menyebabkan kebocoran informasi kasus. Dia menyebut penyidik dari unsur kepolisian tak profesional dan tak loyal.
"Kasus kebocoran sudah terjadi. Dulu kami mengembalikan perwira ke Mabes Polri karena
unprofesional conduct setelah kami periksa," kata Busyro di Kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro Yogyakarta, Kamis, 18 Juli 2019.
Kebocoran informasi membuat operasi tangkap tangan (OTT) dalam sejumlah momen gagal. Kinerja penyidik dari kepolisian dianggap lebih loyal ke pimpinan mereka.
"Polisi tidak mungkin memiliki loyalitas ke KPK. Ia akan di-
driving (diarahkan) oleh Mabes," ujarnya.
Khawatir Polisi Pimpin KPK
Busyro megkhawatirkan kinerja pimpinan KPK periode berikutnya. Baginya, keberadaan anggota Polri di kursi pimpinan KPK akan mengkhawatirkan. Apalagi sebanyak 13 dari 192 daftar nama lolos merupakan anggota aktif Polri.
Ia menilai tim panitia seleksi calon pimpinan (pansel capim) KPK yang baru tak ada yang berlatar aktivis antikorupsi. Ia juga merasa tim pansel seperti tak ramah aktivis antikorupsi. Dia pun melihat polisi yang tak loyal dapat merubah KPK.
Baca:
Isu Kewenangan Berlebihan Novel Hasil Analisis TPF
Dia melihat polisi tak mendukung KPK. Teranyar, Tim Pencari Fakta (TPF) Polri gagal mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. TPF justru menilai Novel melakukan tindakan melebihi kewenangan sebagai penyidik.
"Ini malah Novel dianggap kambing hitam. Ini pernyataan yang enggak bertanggung jawab, mencari kambing hitam," katanya.
Dia semakin khawatir bila perwira tinggi Polri memimpin KPK.
Baca:
KPK Kecewa dengan Hasil Kerja Tim Khusus Polri Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)