Lumajang: Puluhan wali murid SD Negeri 2 Tempeh Lor, Lumajang, Jawa Timur, mendatangi Kantor Wilayah Pendidik (KWP) Kecamatan Tempeh. Aksi ini mereka lakukan atas kasus dugaan pemukulan terhadap 10 siswa oleh oknum kepala sekolah (kepsek) hingga membuat anak-anak takut ke sekolah.
Para wali murid mengecam aksi pemukulan itu dan meminta KWP Tempeh untuk menindak tegas oknum kepsek tersebut.
Kabid Pendidikan Dasar (dikdas) Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang Suryadi mengatakan, kasus pemukulan 10 siswa oleh kepsek bermula dari Jumat, 26 November 2021. Saat itu beberapa siswa mencoret-coret bangku sekolah sehingga terlihat kotor. Tindakan coret-coret itu diketahui oleh Kepala Sekolah SDN 2 Tempeh, Saiful, sehingga membuatnya marah.
Saat itu juga Saiful menegur para siswa dengan penuh emosi dan meminta mereka membersihkan coretan itu.
Baca juga: Obat Jadi Kendala Penanganan 1.123 ODGJ di Sikka
"Anak-anak diberi deadline sehari untuk membersihkan coretan. Kondisi ini membuat para murid ketakutan," katanya, Selasa, 30 November 2021.
Karenanya, sepulang sekolah, mereka membeli cat yang akan digunakan membersihkan meja yang telah dicorat-coret. Setelah membeli cat anak-anak tersebut kembali ke sekolah pada Jumat siang. Saat itu sekolah sudah tutup dan pagar terkunci.
"Tapi salah satu murid menaiki pagar untuk membuka pintu gerbang dan tidak sengaja mengenai atau menginjak lampu pagar sehingga pecah," beber dia.
Keesokan harinya, pada Sabtu, 27 November 2021, Saiful makin marah mengetahui lampu pecah. Dia pun memanggil para siswa untuk dimintai keterangan atas pelaku yang memecahkan lampu tersebut.
"Anak-anak dipanggil satu-satu. Mereka dimintai keterangan, tentang pelaku pemecahan lampu. Tapi tak satu pun siswa mengaku. Kondisi ini membuat Saiful makin emosi dan memukul para siswa di bagian wajah," tuturnya.
Baca juga: Mahasiswi Unsri Laporkan Dosen Cabul Polisi Hingga Hakim Tolak Gugatan Anak Terhadap Ibu Kandung
Pemukulan inilah yang membuat para wali murid marah. Selain karena menyebabkan memar di wajah, para siswa juga ketakutan dan tidak mau sekolah.
"Hari ini mereka melaporkan ke kami. Ada sekitar 30 orang. Mereka semua melaporkan kepala sekolah," terang Suryadi.
Atas kasus inilah Dinas Pendidikan Lumajang langsung turun tangan. Pihaknya memanggil kepala sekolah dan orang tua murid untuk mediasi.
Hasilnya, disepakati, Saiful selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tempeh Lor 2 meminta maaf kepada wali murid dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatnnya. Sementara wali murid juga tidak menuntut secara hukum.
Lumajang:
Puluhan wali murid SD Negeri 2 Tempeh Lor, Lumajang, Jawa Timur, mendatangi Kantor Wilayah Pendidik (KWP) Kecamatan Tempeh. Aksi ini mereka lakukan atas kasus dugaan pemukulan terhadap 10 siswa oleh oknum kepala sekolah (kepsek) hingga membuat anak-anak takut ke sekolah.
Para wali murid mengecam aksi pemukulan itu dan meminta KWP Tempeh untuk menindak tegas oknum kepsek tersebut.
Kabid Pendidikan Dasar (dikdas) Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang Suryadi mengatakan, kasus pemukulan 10 siswa oleh kepsek bermula dari Jumat, 26 November 2021. Saat itu beberapa siswa mencoret-coret bangku sekolah sehingga terlihat kotor. Tindakan coret-coret itu diketahui oleh Kepala Sekolah SDN 2 Tempeh, Saiful, sehingga membuatnya marah.
Saat itu juga Saiful menegur para siswa dengan penuh emosi dan meminta mereka membersihkan coretan itu.
Baca juga:
Obat Jadi Kendala Penanganan 1.123 ODGJ di Sikka
"Anak-anak diberi deadline sehari untuk membersihkan coretan. Kondisi ini membuat para murid ketakutan," katanya, Selasa, 30 November 2021.
Karenanya, sepulang sekolah, mereka membeli cat yang akan digunakan membersihkan meja yang telah dicorat-coret. Setelah membeli cat anak-anak tersebut kembali ke sekolah pada Jumat siang. Saat itu sekolah sudah tutup dan pagar terkunci.
"Tapi salah satu murid menaiki pagar untuk membuka pintu gerbang dan tidak sengaja mengenai atau menginjak lampu pagar sehingga pecah," beber dia.
Keesokan harinya, pada Sabtu, 27 November 2021, Saiful makin marah mengetahui lampu pecah. Dia pun memanggil para siswa untuk dimintai keterangan atas pelaku yang memecahkan lampu tersebut.
"Anak-anak dipanggil satu-satu. Mereka dimintai keterangan, tentang pelaku pemecahan lampu. Tapi tak satu pun siswa mengaku. Kondisi ini membuat Saiful makin emosi dan memukul para siswa di bagian wajah," tuturnya.
Baca juga:
Mahasiswi Unsri Laporkan Dosen Cabul Polisi Hingga Hakim Tolak Gugatan Anak Terhadap Ibu Kandung
Pemukulan inilah yang membuat para wali murid marah. Selain karena menyebabkan memar di wajah, para siswa juga ketakutan dan tidak mau sekolah.
"Hari ini mereka melaporkan ke kami. Ada sekitar 30 orang. Mereka semua melaporkan kepala sekolah," terang Suryadi.
Atas kasus inilah Dinas Pendidikan Lumajang langsung turun tangan. Pihaknya memanggil kepala sekolah dan orang tua murid untuk mediasi.
Hasilnya, disepakati, Saiful selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tempeh Lor 2 meminta maaf kepada wali murid dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatnnya. Sementara wali murid juga tidak menuntut secara hukum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)