Indarti Winari perempuan yang menjadi anggota kelompok tani Sumber Tani Lestari di BanggaiI. Foto: Istimewa
Indarti Winari perempuan yang menjadi anggota kelompok tani Sumber Tani Lestari di BanggaiI. Foto: Istimewa

Kisah Perempuan Banggai Garap Pertanian Organik

Whisnu Mardiansyah • 15 Desember 2021 23:01
Banggai: Indarti Winari menjadi satu-satunya perempuan yang menjadi anggota dan pegiat kelompok pertanian organik Sumber Tani Lestari. Kelompok tani ini binaan JOB Pertamina-Medco E & P Tomori Sulawesi, di Desa Sumber Harjo, Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. 
 
Sumber Tani Lestari memiliki 11 orang anggota yang mengelola sawah padi organik seluas kurang lebih lima hektare. Kelompok ini dibentuk pada 2016 usai pelatihan pertanian ramah lingkungan atau agroekologi oleh JOB Tomori. 
 
JOB Tomori memprakarsai program pertanian agroekologi karena melihat masalah di lapangan. Seperti penggunaan pupuk kimia berlebihan, hasil produksi padi konvensional rendah, tingginya penggunaan air irigasi, keterbatasan sarana produksi pertanian, tingginya biaya penanggulangan hama padi, keterbatasan sarana produksi pertanian, dan kelembagaan tani kurang optimal. 

Banggai memiliki potensi berupa 93 persen luas area pertanian dan perkebunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2019, Total dari 23 kecamatan, luas sawah mencapai 51.621 hektare.
 
Indarti awalnya sama sekali tak tahu soal pertanian organik. Almarhum suaminya tak banyak bercerita.
 
"Saya waktu itu hanya matun (membersihkan rumput-rumput liar di areal persawahan) dan ngarit biasa," kata Indarti dalam keterangan tertulis, Rabu, 15 Desember 2021.
 
Kini, Indarti memutuskan menggarap padi di sawah seperdelapan hektare secara organik. Satu anak laki-laki dan tiga anak perempuannya tak dilibatkan karena memiliki kesibukan masing-masing.
 
Ia lebih banyak berdiskusi dengan adiknya. Apalagi letak sawah mereka berdampingan. Dari sini, melihat pertanian organik banyak membawa keuntungan. 
 
"Biayanya sedikit, kerjanya ringan. Tidak perlu keluar uang untuk membeli obat kimia pembasmi hama. Obat pembasmi hama nabati dan pupuk bikin sendiri. Tidak usah beli," kata Indarti.
 
ngkos menggarap sawah padi secara organik jauh lebih murah dari pada pertanian konvensional. Harga padinya pun berbeda tajam. Padi biasa hanya dijual Rp7 ribu per kilogram. Sementara padi organik bisa dijual dengan harga Rp 12 ribu per kilogram. 
 
Indarti pernah mengajak perempuan tani lainnya bergabung ke kelompoknya dan menggarap sawah dengan prinsip-prinsip budidaya organik. Namun, mereka belum berminat, karena kuantitas sawah konvensional masih jauh lebih bagus daripada sawah organik.
 
"Waktu saya ngobrol itu, pertanian organik cuma menghasilkan sembilan zak padi dan pertanian konvensional bisa memproduksi 16-17 zak. Satu zaknya 56 kilogram," kata Indarti. 
 
Indarti percaya, ke depan para perempuan tani akan mau bergabung menggarap sawah secara organik. "Mereka mau ikut kalau jumlah hasilnya berimbang. Insyaallah bakal imbang, karena jumlah panen padi organik meningkat terus," katanya. 
 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan