Malangnya Nasib Perajin Batik di Malang Gara-gara Covid-19
Daviq Umar Al Faruq • 01 Oktober 2020 16:05
Malang: Hari Batik Nasional diperingati Jumat, 2 Oktober 2020. Namun, para pengusaha dan perajin batik, khususnya di Kota Malang, Jawa Timur, tidak bisa merasakan euforia peringatan hari spesial itu.
Kemunculan wabah covid-19 di Indonesia sejak awal 2020 berdampak ke semua sektor kehidupan. Tak terkecuali para perajin dan pengusaha batik.
Salah seorang pengusaha batik di Malang, Hanan Djalil, mengaku, omzet penjualan batik di tokonya berkurang drastis selama pandemi covid-19. Usahanya tak bisa berjalan dengan baik.
"Penjualan turun 99 persen," katanya saat ditemui Medcom.id, Kamis 1 Oktober 2020.
Hanan Djalil, pemilik Batik Celaket Malang. Medcom.id/Daviq Umar
Hanan menjelaskan, penjualan batik sangat berkesinambungan dengan sektor pariwisata. Sehingga, turunnya jumlah wisatawan di kawasan Malang Raya juga ikut mempengaruhi omzet penjualan batik di tokonya.
"Kebanyakan pembeli batik itu wisatawan. Kalau wisatawan tidak boleh berwisata, otomatis pasti berkaitan dengan penjualan batik," beber pemilik Batik Tulis Celaket (BTC) Malang itu.
Baca: Batik Semakin Digandrungi di Amerika
Dia menerangkan, meskipun beberapa sektor wisata telah dibuka namun tidak serta merta bisa menggerakan roda ekonomi. Lantaran, kata dia, warga memilih menggunakan uangnya untuk makan dan menabung selama pandemi covid-19.
"Wisata itu akan bergerak dengan sendirinya ketika masyarakat punya uang lebih. Mau digerak kan sepeti apa masyarakat bakal memilih menunda liburan," imbuhnya.
Turunnya penjualan batik di Malang juga dipengaruhi oleh sektor pendidikan. Hanan menerangkan, batik di tokonya, biasanya cukup ramai dibeli saat awal tahun, terutama saat dimulainya tahun ajaran baru.
"Mulai Januari kami sudah sepi pembeli. Padahal awal tahun itu biasanya ramai-ramainya. Banyak orang tua dari luar daerah yang mengantarkan anaknya kuliah di Malang dan belanja batik," ungkapnya.
Dia mengaku, produksi batik di tokonya tetap berjalan meski tanpa pembeli. Namun, tak sedikit para pengusaha batik kecil di Kota Malang mengalami gulung tikar.
"Yang penting karyawan enggak nganggur. Mau di-PHK kan kasian karena sudah ikut kami puluhan tahun ada sekitar 20 orang. Kami sekarang cuma bisa jual sisa aset untuk menggaji karyawan. Tapi mau sampai kapan seperti ini," keluhnya.
Baca: Batik Lem, Membuat Batik Lebih Mudah dan Aman
Pria asal Banyuwangi itu berharap, pada peringatan Hari Batik Nasional, pemerintah ikut turun tangan membantu para pengusaha dan perajin batik. Salah satunya dengan memberikan suntikan dana baru.
"Suntikan dana baru harus jadi pemikiran pemerintah. Bagaimana memberikan suntikan modal baru bagi pengusaha batik di daerah. Itu yang dibutuhkan saat ini. Bisa berupa pinjaman. Nanti ketika pandemi sudah berakhir, pengusaha bisa menyicil pinjaman tersebut," jelasnya.
Selain itu, Hanan juga menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan kembali penerapan kebijakan e-katalog yang dikelola Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP). Sebab, menurutnya, kebijakan e-katalog untuk belanja negara justru menimbulkan masalah baru.
Hanan Djalil, pemilik Batik Celaket Malang. Medcom.id/Daviq Umar
Mulai dari terputusnya rantai distribusi, hingga melemahnya omzet bagi para pelaku usaha di daerah. Sebab, seluruh lembaga pemerintah diharuskan membeli keperluan belanja negara lewat e-katalog sehingga tidak ada lagi proses lelang oleh para pelaku usaha daerah.
"Dengan kebijakan e-katalog, pemerintah daerah belanja barang tidak di daerahnya sendiri dan langsung beli ke produsen. Jadi enggak ada uang yang berputar di daerah. Hal itu banyak membuat toko-toko di daerah tutup semua, tak terkecuali toko batik," terangnya.
Dia berharap pemerintah bisa lebih bijak membuat keputusan terutama dalam pengadaan barang dan jasa. Sehingga, bisa menggulirkan ekonomi di daerah.
"Perusahaan di daerah itu bisa produksi serta mengerjakan karyawannya lagi dengan gaji yang penuh," tambahnya.
Baca: Batik Ciwaringin Eksotis dengan Pewarna dari Kulit Durian
Batik Unik Khas Batik Tulis Celaket Malang
Batik Tulis Celaket (BTC) atau yang biasa dikenal Batik Celaket merupakan salah satu produsen batik nomor wahid di Kota Malang bahkan Indonesia. Produk batik milik BTC tak hanya diminati wisatawan lokal namun juga wisatawan mancanegara.
Berbagai penghargaan pun telah diperoleh Hanan Djalil selaku pemilik Batik Celaket Malang. Terakhir, Hanan bersama 20 pengusaha lain se-Indonesia mendapatkan penghargaan SMESCO Inspiring Entrepreneur Business Award 2016.
Penghargaan itu diberikan secara lansung oleh Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Puspayoga berkat kiprahnya yang berhasil menginspirasi pengusaha lain di Indonesia.
Kesuksesan Hanan tak diperoleh dengan mudah. Pria asal Banyuwangi, Jawa Timur ini bersama istrinya, Ira Hartanti harus jatuh bangun untuk membangun bisnis batiknya sejak 1997.
Namun setelah melewati masa jatuh bangun, kini Hanan telah menuai manisnya bisnis batik. Berkat kesabaran dan keuletannya, Batik Celaket kini menjadi salah satu ikon batik khas Kota Malang.
Baca: Batik Medan Bikin Penduduk Negeri Jiran Kepincut
Dari sisi pakem, Batik Celaket berbeda dengan pakem batik pada umumnya yang berwarna gelap atau netral seperti hitam atau coklat. Batik Celaket ini justru memiliki warna yang cukup mencolok seperti ungu, kuning, dan hijau.
Perpaduan warnanya pun cukup unik, antara lain ungu dan kuning, merah dan biru, atau ungu dan hijau tua. Keunikan ini memberi kesan yang berbeda dari batik di Indonesia pada umumnya.
Motif yang diadopsi pun berbeda. Batik Celaket tidak memiliki motif tertentu seperti parang, kawung atau mega mendung. Motif yang sering dipakai adalah motif bunga, representasi Kota Malang sebagai Kota Bunga.
Hanan Djalil, pemilik Batik Celaket Malang. Medcom.id/Daviq Umar
Ada juga beberapa motif yang diadopsi dari kondisi masyarakat sekitar seperti Motif Ulat Bulu, Tugu, Singa, Apel dan lain-lain. Corak dalam Batik Celaket ini digambarkan dengan sederhana dan menarik.
Meski awalnya, Batik Celaket sempat dicemooh karena berlawanan dengan pakem. Namun kini, Hanan justru kian dikenal dan digemari hasil-hasil karya batiknya yang dapat dibilang nyeleneh itu.
Selain di Malang, Batik Celaket memiliki gerai di sejumlah kota besar di Indonesia. Mulai dari Bandung, Jakarta dan Bali.
Dari sisi pakem, Batik Celaket berbeda dengan pakem batik pada umumnya yang berwarna gelap atau netral seperti hitam atau coklat. Batik Celaket ini justru memiliki warna yang cukup mencolok seperti ungu, kuning, dan hijau.
Perpaduan warnanya pun cukup unik, antara lain ungu dan kuning, merah dan biru, atau ungu dan hijau tua. Keunikan ini memberi kesan yang berbeda dari batik di Indonesia pada umumnya.
Motif yang diadopsi pun berbeda. Batik Celaket tidak memiliki motif tertentu seperti parang, kawung atau mega mendung. Motif yang sering dipakai adalah motif bunga, representasi Kota Malang sebagai Kota Bunga.
Hanan Djalil, pemilik Batik Celaket Malang. Medcom.id/Daviq Umar
Ada juga beberapa motif yang diadopsi dari kondisi masyarakat sekitar seperti Motif Ulat Bulu, Tugu, Singa, Apel dan lain-lain. Corak dalam Batik Celaket ini digambarkan dengan sederhana dan menarik.
Meski awalnya, Batik Celaket sempat dicemooh karena berlawanan dengan pakem. Namun kini, Hanan justru kian dikenal dan digemari hasil-hasil karya batiknya yang dapat dibilang nyeleneh itu.
Selain di Malang, Batik Celaket memiliki gerai di sejumlah kota besar di Indonesia. Mulai dari Bandung, Jakarta dan Bali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)