Surabaya: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan investasi pada sektor perikanan tuna di Indonesia sebesar Rp9 triliun tahun ini. Salah satu upayanya dengan mengelar Indonesia Tuna Investment and Business Forum (ITIBF) 2024.
"ITIBF ini untuk menarik investasi dan kolaborasi para investor, serta pemangku kepentingan di subsektor perikanan tuna, baik dari dalam dan luar negeri secara berkelanjutan," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistiyo, di sela acara ITIBF 2024 bertema 'Peluang Investasi Hilirisasi Tuna di Indonesia' di Surabaya, Selasa, 25 Juni 2024.
Budi menjelaskan, peningkatan daya saing produk tuna dilakukan dengan menjamin mutu dan keamanan produk tuna, pengembangan dan promosi produk tuna, serta meningkatkan hubungan bilateral antarnegara melalui perundingan bilateral.
"Pemerintah Indonesia berkomitmen memberikan kemudahan perizinan, insentif, keamanan dan kestabilan iklim politik, konektivitas, dan sumber daya manusia terampil sebagai tenaga kerja," ujar dia.
Budi optimistis target investasi Rp9 triliun bisa tercapai tahun 2024 ini, mengingat potensi perikanan Indonesia di laut mencapai 12.01 juta ton per tahun. Terdiri dari beberapa komoditas perikanan penting dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 8,6 juta ton per tahun.
Potensi itu, kata dia, belum termasuk tuna yang merupakan komoditas unggulan perikanan penting di Indonesia. Tercatat, ekspor tuna dari Indonesia mencapai 203 ribu ton atau senilai 0,93 miliar dolar US pada tahun 2023.
Tujuan ekspor utama di antaranya ke Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Timur Tengah, dan Uni Eropa. Ekspor komoditas tuna, cakalang dan tongkol Indonesia didominasi dalam bentuk filet dengan kontribusi sebesar 39,4 persen, selanjutnya tuna dalam kemasan kedap udara 28,7 persen, dan tuna dalam kemasan tidak kedap udara 7,4 persen.
"Artinya, dalam kurun waktu lima tahun terakhir pertumbuhan rata-rata mencapai 6,1 persen per tahun," terang dia,
Sementara itu, realisasi investasi tuna pada 2022 mencapai Rp95,51 miliar atau meningkat 116,76 persen dari Rp44,06 miliar pada 2021. Sedangkan realisasi investasi tuna pada Triwulan I dan IV Tahun 2023 mencapai Rp37,56 miliar, terdiri dari PMDN Rp25,22 miliar, dan PMA Rp12,33 miliar.
Pada periode tersebut, nilai investasi komoditas tuna berkontribusi sebesar 0,69 persen terhadap total investasi sektor kelautan dan perikanan. Realisasi PMA tahun 2023 terbesar berasal dari Jepang yakni sebesar Rp11,74 miliar (38 persen), disusul Korea Selatan Rp8,66 miliar (28 persen), dan Hongkong Rp6,02 miliar (20 persen).
"Artinya apa, permintaan tuna dari Indonesia ke luar negeri terus meningkat," jelasnya.
Surabaya: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan investasi pada sektor perikanan tuna di Indonesia
sebesar Rp9 triliun tahun ini. Salah satu upayanya dengan mengelar Indonesia Tuna Investment and Business Forum (ITIBF) 2024.
"ITIBF ini untuk menarik investasi dan kolaborasi para investor, serta pemangku kepentingan di subsektor perikanan tuna, baik dari dalam dan luar negeri secara berkelanjutan," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistiyo, di sela acara ITIBF 2024 bertema 'Peluang Investasi Hilirisasi Tuna di Indonesia' di Surabaya, Selasa, 25 Juni 2024.
Budi menjelaskan, peningkatan daya saing produk tuna dilakukan dengan menjamin mutu dan keamanan produk tuna, pengembangan dan promosi produk tuna, serta meningkatkan hubungan bilateral antarnegara melalui perundingan bilateral.
"Pemerintah Indonesia berkomitmen memberikan kemudahan perizinan, insentif, keamanan dan kestabilan iklim politik, konektivitas, dan sumber daya manusia terampil sebagai tenaga kerja," ujar dia.
Budi optimistis target investasi Rp9 triliun bisa tercapai tahun 2024 ini, mengingat potensi perikanan Indonesia di laut mencapai 12.01 juta ton per tahun. Terdiri dari beberapa komoditas perikanan penting dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 8,6 juta ton per tahun.
Potensi itu, kata dia, belum termasuk tuna yang merupakan komoditas unggulan perikanan penting di Indonesia. Tercatat, ekspor tuna dari Indonesia mencapai 203 ribu ton atau senilai 0,93 miliar dolar US pada tahun 2023.
Tujuan ekspor utama di antaranya ke Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Timur Tengah, dan Uni Eropa. Ekspor komoditas tuna, cakalang dan tongkol Indonesia didominasi dalam bentuk filet dengan kontribusi sebesar 39,4 persen, selanjutnya tuna dalam kemasan kedap udara 28,7 persen, dan tuna dalam kemasan tidak kedap udara 7,4 persen.
"Artinya, dalam kurun waktu lima tahun terakhir pertumbuhan rata-rata mencapai 6,1 persen per tahun," terang dia,
Sementara itu, realisasi
investasi tuna pada 2022 mencapai Rp95,51 miliar atau meningkat 116,76 persen dari Rp44,06 miliar pada 2021. Sedangkan realisasi investasi tuna pada Triwulan I dan IV Tahun 2023 mencapai Rp37,56 miliar, terdiri dari PMDN Rp25,22 miliar, dan PMA Rp12,33 miliar.
Pada periode tersebut, nilai investasi komoditas tuna berkontribusi sebesar 0,69 persen terhadap total investasi sektor kelautan dan perikanan. Realisasi PMA tahun 2023 terbesar berasal dari Jepang yakni sebesar Rp11,74 miliar (38 persen), disusul Korea Selatan Rp8,66 miliar (28 persen), dan Hongkong Rp6,02 miliar (20 persen).
"Artinya apa, permintaan tuna dari Indonesia ke luar negeri terus meningkat," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)