Bekasi: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait dengan peristiwa viral hujan hanya mengguyur 1 mobil di area parkir Hotel Sunnera Antero, Jababeka, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.
Koordinator Bagian Hubungan Masyarakat BMKG, Akhmad Taufan Maulana mengatakan, pihaknya belum dapat mengonfirmasi kebenaran peristiwa tersebut.
"Karena, data yang ada saat ini hanya berupa visual video yang disampaikan oleh warga dengan format durasi yang cukup singkat. Sementara, data-data pengamatan cuaca visual yang sifatnya lokal yang bisa dianalisis secara objektif setempat tidak tersedia," katanya, kepada Medcom.id, Selasa, 2 November 2021.
Akhmad menyatakan, terkait fenomena hujan, BMKG dapat menjelaskan beberapa hal.
Pertama, hujan yang terjadi hanya pada area yang sangat sempit (di atas 1 mobil) dengan diameter butiran air yang jatuh cukup besar secara logika dan teori sangat kecil kemungkinan terjadi.
Baca juga: Jepara Belum Akomodasi Vaksinasi untuk Anak di Atas 6 Tahun
Hal ini, kata dia, dikarenakan diamater awan kumulonimbus yang menghasilkan hujan seperti pada video umumnya memiliki diameter beberapa puluh hingga ratusan kilometer.
Dia menjelaskan, hujan umumnya terjadi ketika awan sudah cukup matang, dan jika proses kondensasi pada awan cukup kuat, akan menghasilkan hujan dengan intensitas sedang-lebat yang umumnya dicirikan dengan diameter butiran cukup besar juga pada area yang luas.
Hujan dari awan kumulonimbus dengan cakupan yang tidak luas, kata dia, jika menghasilkan hujan lebat akan ditemukan hujan dengan intensitas ringan ditandai dengan butiran lebih kecil di paling tidak satu sisi hujan dengan intensitas yang lebat.
"Kondisi tersebut tidak ditemukan pada video yang beredar karena hujan yang jatuh pada area cakupan sempit dan intensitas lebat (tidak ada satupun sisi yang menunjukkan intensitas hujan ringan)," terangnya.
Kedua, lokasi hujan pada awan Cumulonimbus umumnya juga mengikuti pergerakan awan.
"Sehingga sangat jarang terjadi pada titik lokasi yang sama pada waktu lama. Terutama jika diameter awan cukup kecil akan sangat jelas terlihat pergerakan awan dan hujannya," ujarnya.
Ketiga, kata dia, ketika terjadi hujan yang sifatnya sangat lokal, dapat dipastikan ada angin dan tutupan awan yang tidak merata.
"Awan kumulus penyebab hujan lokal sulit terbentuk di kondisi setelah hujan seperti kejadian yang viral saat ini," ujarnya.
Baca juga: Viral Video Hujan Hanya Mengguyur 1 Mobil di Jababeka Cikarang
Sebelumnya, fenomena langka terekam kamera pada Minggu siang, 31 Oktober 2021 di Hotel Sunnera Antero, Jababeka Cikarang, Kabupaten Bekasi. Video berdurasi 37 detik itu memperlihatkan hujan yang hanya mengguyur satu mobil saja.
Perekam video, Uryan Riana mengaku melihat hujan itu hanya mengguyur satu mobil. Momen itu kemudian diabadikan diunggah di media sosial dan viral.
Uryan menjelaskan, saat itu dirinya sedang menghadiri acara pelantikan Satgas Pemenangan DPD PKS yang dihadiri pula oleh Plt Bupati Bekasi Ahmad Marzuki.
“Acara belum selesai saya turun ke menuju parkiran mau ke mobil, tetapi pada saat mau ke mobil ada fenomena aneh dan luar biasa karena ada satu mobil hitam kijang Innova diguyur air hujan,” kata Ketua Fraksi PKS DPRD Kabupaten Bekasi ini saat dihubungi Medcom.id, Senin 1 November 2021.
Bekasi: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait dengan
peristiwa viral hujan hanya mengguyur 1 mobil di area parkir Hotel Sunnera Antero, Jababeka, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.
Koordinator Bagian Hubungan Masyarakat BMKG, Akhmad Taufan Maulana mengatakan, pihaknya belum dapat mengonfirmasi kebenaran peristiwa tersebut.
"Karena, data yang ada saat ini hanya berupa visual video yang disampaikan oleh warga dengan format durasi yang cukup singkat. Sementara, data-data pengamatan cuaca visual yang sifatnya lokal yang bisa dianalisis secara objektif setempat tidak tersedia," katanya, kepada
Medcom.id, Selasa, 2 November 2021.
Akhmad menyatakan, terkait fenomena hujan, BMKG dapat menjelaskan beberapa hal.
Pertama, hujan yang terjadi hanya pada area yang sangat sempit (di atas 1 mobil) dengan diameter butiran air yang jatuh cukup besar secara logika dan teori sangat kecil kemungkinan terjadi.
Baca juga:
Jepara Belum Akomodasi Vaksinasi untuk Anak di Atas 6 Tahun
Hal ini, kata dia, dikarenakan diamater awan kumulonimbus yang menghasilkan hujan seperti pada video umumnya memiliki diameter beberapa puluh hingga ratusan kilometer.
Dia menjelaskan, hujan umumnya terjadi ketika awan sudah cukup matang, dan jika proses kondensasi pada awan cukup kuat, akan menghasilkan hujan dengan intensitas sedang-lebat yang umumnya dicirikan dengan diameter butiran cukup besar juga pada area yang luas.
Hujan dari awan kumulonimbus dengan cakupan yang tidak luas, kata dia, jika menghasilkan hujan lebat akan ditemukan hujan dengan intensitas ringan ditandai dengan butiran lebih kecil di paling tidak satu sisi hujan dengan intensitas yang lebat.
"Kondisi tersebut tidak ditemukan pada video yang beredar karena hujan yang jatuh pada area cakupan sempit dan intensitas lebat (tidak ada satupun sisi yang menunjukkan intensitas hujan ringan)," terangnya.