Labuan Bajo: Perlakuan semena-mena diduga dilakukan oknum anggota Polres Manggarai barat (Mabar) dan oknum prajurit TNI AL berpakaian preman terhadap tiga orang warga desa Batu Cermin kecamatan komodo, pada Jumat, 3 September 2021, di ruas jalan Yos Soedarso Kelurahan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Kasus penganiayaan berat itu diduga terjadi di pintu masuk pelabuhan Pelni Labuan Bajo pada Jumat dini hari, sekitar pukul 00.21 WITA. Salah satu korban, Bartholomeus mengungkapkan dirinya bersama dua rekan mengalami luka berat pada bagian mulut, hidung dan kedua betis kaki.
Berto, sapaannya, menceritakan pada awalnya, ia dan dua rekannya mengendarai mobil pick up dan bertolak dari BTN menuju Kampung Ujung masuk pada perlintasan ruas Jalan Hotel Inaya Bey. Ia kemudian dituduh lalai berkendara hingga menyerempet ke salah satu oknum polisi.
Mobil yang ditumpangi para korban kemudian dikejar oleh para oknum aparat itu hingga ke pintu masuk dermaga Pelni. Tanpa basa basi oknum petugas Polres Manggarai barat langsung menghunjamkan sejumlah pukulan hingga wajah parah korban berlumuran darah.
Baca juga: Rapid Tes Antigen di Pelabuhan Padangbai Bali Rp85 Ribu
Tak cukup memukul menggunakan kepalan tangan dan kaki namun para pelaku menggunakan benda tumpul berupa balok dan mengayunkannya ke kaki dan muka korban hingga korban roboh ke tanah dan terus bersimbah darah termasuk luka-luka pada sekujur tubuh.
"Saya tidak mabuk dan mobil saya tidak menyenggol mengenai satu dari mereka. Namun Kami dikejar hingga ke pintu masuk Pelabuhan Pelni. Tanpa menanyakan apa pun saya langsung dihujani pukulan bertubi-tubi bahkan pukulan itu mengenai muka saya menggunakan balok dan kaki saya juga dipukuli balok oleh oknum aparat kepolisian," beber Bartolomeus, di kediamannya Desa Batu Cermin, Sabtu, 4 September 2021.
Tambah Berto, ia sempat menanyakan apa salah yang dilakukannya. Anehnya, lebih dari 7 oknum aparat itu terus menghujaninya dengan pukulan termasuk kepada dua rekannya yang dipukul dengan balok pada kaki dan sejumlah area tubuh.
"Meski kami berdarah, terus dipukuli tanpa ada rasa kemanusiaan. Kami meminta ke tujuh oknum aparat itu agar dihukum seberat-beratnya. Karena berlaku tidak manusiawi," tegas Berto.
Berto mengaku, pada Jumat dini hari itu dirinya mengalami luka parah akibat dipukul dan dianiaya oleh 7 oknum aparat berpakaian preman dengan tuduhan yang tidak jelas tanpa ada alasan yang masuk akal.
Para oknum aparat itu kemudian menggiringnya ke Polres. Setiba di Polres. ia ditertawakan rekan para oknum aparat dan dibiarkan begitu saja.
"Padahal darah terus mengalir dari hidung dan mulut. kami dibiarkan telantar tanpa ada pelayanan yang mengayomi. Saking banyak darah, patah tulang hidung, dan betis kaki, saya sampai masuk rumah sakit," tutur dia.
Sementara itu, Kepala satuan reserse dan kriminal Polres Manggarai Barat Iptu Yoga Darma Susanto mengakui kejadian tersebut dilakukan di pintu masuk Dermaga Pelni Labuan Bajo.
Yoga Dharma menuturkan pemukulan yang diduga dilakukan oleh oknum aparat, baik TNI AL maupun oknum Polri itu berawal dari mobil korban nyaris menyerempet mengenai anggota yang berada di ruas jalan Yos Sudarso.
Baca juga: Ridwan Kamil Sebut 60% Warga Jabar Cemas karena Pandemi
Situasi itu membuat anggota mengejar mobil dan menghentikannya di depan pintu Pelabuhan Pelni dan terjadilah keributan.
"Kalau soal Berapa jumlah anggota Saya kurang tahu. Tetapi kasus ini langsung ditangani. Propam Polres Manggarai Barat sedang mendalami pemeriksaan terhadap para pelaku dan laporan para korban masih didalami Propam Polres setempat," terang Yoga Dharma.
Di sisi lain, Komandan Lanal Labuan bajo, Letkol Laut (P) Roni, mengaku pihaknya belum mengetahui persis apakah anggotanya terlibat atau tidak. Tetapi laporan itu sedang didalami dan jika terbukti akan ditindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku di TNI Angkatan Laut.
"Untuk sementara memang belum ada laporan tetapi sedang ada pengecekan oleh anggota dari Polisi Militer Angkatan Laut. Jika terbukti, anggota akan diproses secara hukum dengan tindakan tegas sesuai dengan aturan yang berlaku," tegas Roni.
Labuan Bajo:
Perlakuan semena-mena diduga dilakukan oknum anggota Polres Manggarai barat (Mabar) dan oknum prajurit TNI AL berpakaian preman terhadap tiga orang warga desa Batu Cermin kecamatan komodo, pada Jumat, 3 September 2021, di ruas jalan Yos Soedarso Kelurahan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Kasus penganiayaan berat itu diduga terjadi di pintu masuk pelabuhan Pelni Labuan Bajo pada Jumat dini hari, sekitar pukul 00.21 WITA. Salah satu korban, Bartholomeus mengungkapkan dirinya bersama dua rekan mengalami luka berat pada bagian mulut, hidung dan kedua betis kaki.
Berto, sapaannya, menceritakan pada awalnya, ia dan dua rekannya mengendarai mobil pick up dan bertolak dari BTN menuju Kampung Ujung masuk pada perlintasan ruas Jalan Hotel Inaya Bey. Ia kemudian dituduh lalai berkendara hingga menyerempet ke salah satu oknum polisi.
Mobil yang ditumpangi para korban kemudian dikejar oleh para oknum aparat itu hingga ke pintu masuk dermaga Pelni. Tanpa basa basi oknum petugas Polres Manggarai barat langsung menghunjamkan sejumlah pukulan hingga wajah parah korban berlumuran darah.
Baca juga:
Rapid Tes Antigen di Pelabuhan Padangbai Bali Rp85 Ribu
Tak cukup memukul menggunakan kepalan tangan dan kaki namun para pelaku menggunakan benda tumpul berupa balok dan mengayunkannya ke kaki dan muka korban hingga korban roboh ke tanah dan terus bersimbah darah termasuk luka-luka pada sekujur tubuh.
"Saya tidak mabuk dan mobil saya tidak menyenggol mengenai satu dari mereka. Namun Kami dikejar hingga ke pintu masuk Pelabuhan Pelni. Tanpa menanyakan apa pun saya langsung dihujani pukulan bertubi-tubi bahkan pukulan itu mengenai muka saya menggunakan balok dan kaki saya juga dipukuli balok oleh oknum aparat kepolisian," beber Bartolomeus, di kediamannya Desa Batu Cermin, Sabtu, 4 September 2021.
Tambah Berto, ia sempat menanyakan apa salah yang dilakukannya. Anehnya, lebih dari 7 oknum aparat itu terus menghujaninya dengan pukulan termasuk kepada dua rekannya yang dipukul dengan balok pada kaki dan sejumlah area tubuh.
"Meski kami berdarah, terus dipukuli tanpa ada rasa kemanusiaan. Kami meminta ke tujuh oknum aparat itu agar dihukum seberat-beratnya. Karena berlaku tidak manusiawi," tegas Berto.