ilustrasi Medcom.id
ilustrasi Medcom.id

BPPTKG Kesulitan Pantau Volume Dua Kubah Lava Gunung Merapi

Ahmad Mustaqim • 15 Februari 2021 23:50
Yogyakarta: Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut Gunung Merapi miliki dua kubah lava pada awal Februari lalu. Namun, otoritas tersebut kesulitan memantau perkembangan kubah lava tersebut.
 
"Kami sudah berupaya sekitar dua minggu (memantau perkembangan dua kubah lava), tapi kecelik (tidak jadi karena sesuatu hal) terus. Tidak bisa menerbangkan drone karena cuaca," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam konferensi pers, Senin, 15 Februari 2021.
 
Dua kubah lava yang semula disebut tumbuh yakni di bagian darat daya atau di atas tebing material 1997 dan bagian tengah. Kubah lava di atas material 1997 itu sebagian besar langsung keluar menjadi awan panas.

Baca: 262 Ribu Meter Kubik Awan Panas Gunung Merapi Mengendap di Kali Krasak dan Boyong
 
Sementara, Hanik menjelaskan, pemantauan di sisi tenggara terhadap satu kubah lava di tengah tak membuahkan hasil. Meskipun, jika kuba lava tumbuh potensi ancaman bisa muncul.
 
"Pantauan dari tenggara kami, tidak melihat fenomena guguran mengarah tenggara. Guguran kemungkinan masih terjadi di dalam kawah," kata Hanik.
 
Data laporan BPPTKG, volume kuah lava per 11 Februari ada sebesar 295.000 meter kubik. Laju pertumbuhan kubah lava 48.900 meter kubik per hari. Hanik menyatakan, upaya pemantauan perkembangan kubah lava hampir selalu terhalang cuaca berkabut di puncak.
 
Di sisi lain, kata dia, guguran yang terjadi selama 5 hingga 11 Februarui didominasi guguran lava pijar. Meskipun, jumlah guguran menurun karena kurang dari 50 kali dalam sepekan. Sementara, sudah terjadi 97 kali guguran awan panas sehak 7 Januari.
 
Baca: Potensi Bahaya Guguran Lava dan Awan Panas Merapi Bisa Capai 5 Km
 
"Jarak (luncuran material) guguran masih di bawah atau kurang dari satu kilometer. Demikian juga jarak luncur awan panasnya. Untuk guguran saat ini masih tinggi," ujar Hanik.
 
Ia menambahkan, aktivitas guguran menurun setelah sempat puluhan kali keluar awan panas pada 27 Januari lalu. Hanik mengatakan hanya terpantau guguran pada pengamatan 9 Februari. Sementara, jumlah kegempaan lebih banyak gempa guguran dan vulkanik dangkal.
 
"Jumlahnya tidak seperti seminggu terakhir. Sementara, pemendekan sempar mencapai 21 sentineter per hari, sekarang menurun signifikan, termasuk gasnya," ungkapnya.
 
Gunung Merapi sampai saat ini berstatus siaga. Guguran masih beberapa kali terjadi, termasuk lava pijar. Meskipun, intensitas guguran menurun dibanding akhir Januari lalu. Area aman aktivitas manusia masih sekitar lima kilometer dari puncak.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan