Banda Aceh: Permintaan bawang goreng Agam jelang Lebaran meningkat. Biasanya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Aceh ini hanya memproduksi 20 kilogram bawang goreng, namun sepekan jelang Lebaran meningkat menjadi 40 kilogram.
"Dari produksi perminggu biasanya 20 kilogram, sekarang permintaannya meningkat karena jelang lebaran jadi naik 50 persen menjadi 40 kilogram," kata Ari Firdayanti, Pelaku UMKM bawang goreng Agam, di Kabupaten Aceh Besar, Aceh, kepada Medcom.id, Sabtu, 1 Mei 2021.
Ari mengatakan, selama pandemi covid-19 penjualan bawang goreng Aceh yang dirintis sejak 2018 masih berjalan normal. Dia menyebut tidak ada peningkatan atau penurunan selama pandemi covid-19.
Baca: Indonesia Targetkan Peringkat 40 Dunia dalam Kemudahan Bisnis pada 2024
"Untuk pemasarannya kita dari dulu menjual secara online atau melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook," ujarnya.
Ari menjelaskan, pelanggannya selama ini berasal dari semua kalangan dan semua daerah. Pemasarannya paling sering dari masyarakat Aceh, Jakarta, dan luar negeri.
"Dan paling jauh kita pernah kirim ke Turki. Kebetulan karena ada orang Aceh yang tinggal di Turki yang pesan bawang goreng Aceh, kita kirimnya lewat ekspedisi," jelasnya.
UMKM yang dirintis sejak tiga tahun terakhir tersebut pun tidak luput dari jatuh bangun. Namun, dari kegagalan, Ika tetap optimistis dan berusaha bangkit agar usaha miliknya tetap berjalan.
"Modal awal yang saya keluarkan waktu itu 2 juta. Sempat pernah mengalami kerugian karena saat itu saya baru mengawali bisnis ini dan juga terkendala dengan berbagai macam problem seperti kelengkapan alat pendukung usaha" ungkapnya.
Dia menuturkan, dulu ia mengiris bawang dengan cara manual. Sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Kini, dia menggunakan alat pengiris bawang yang membantunya memproduksi bawang goreng.
Baca: 60 Pelaku UKM Akan Dilibatkan dalam Acara Bazar Ramadan Fest
"Tapi Alhamdulillah, saya terus mencoba bangkit dan mencoba kembali agar mendapatkan cita rasa bawang goreng yang sempurna sesuai dengan ciri khas resep turunan yang diwariskan oleh ibu saya," jelasnya.
Ari mengungkapkan, memilih bawang goreng sebagai usahanya karena merupakan makanan pendukung yang wajib bagi masyarakat. Dia lebih memilih bawang Aceh jenis bawang 'Agam' (laki-laki) dibandingkan dengan bawang jenis lain.
"Hampir sama kayak makanan pendukung lainnya yang saat ini wajib ada bagi masyarakat. saya memilih bawang Aceh karena lebih wangi dan rasanya lebih manis. Dan memang resep turunan dari ibu saya yang mengharuskan memakai bawang goreng Aceh jenis bawang agam," bebernya.
Banda Aceh: Permintaan bawang goreng Agam jelang Lebaran meningkat. Biasanya Usaha Mikro Kecil Menengah (
UMKM) di Aceh ini hanya memproduksi 20 kilogram bawang goreng, namun sepekan jelang Lebaran meningkat menjadi 40 kilogram.
"Dari produksi perminggu biasanya 20 kilogram, sekarang permintaannya meningkat karena jelang lebaran jadi naik 50 persen menjadi 40 kilogram," kata Ari Firdayanti, Pelaku UMKM bawang goreng Agam, di Kabupaten Aceh Besar, Aceh, kepada
Medcom.id, Sabtu, 1 Mei 2021.
Ari mengatakan, selama pandemi covid-19 penjualan bawang goreng Aceh yang dirintis sejak 2018 masih berjalan normal. Dia menyebut tidak ada peningkatan atau penurunan selama pandemi covid-19.
Baca: Indonesia Targetkan Peringkat 40 Dunia dalam Kemudahan Bisnis pada 2024
"Untuk pemasarannya kita dari dulu menjual secara
online atau melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook," ujarnya.
Ari menjelaskan, pelanggannya selama ini berasal dari semua kalangan dan semua daerah. Pemasarannya paling sering dari masyarakat Aceh, Jakarta, dan luar negeri.
"Dan paling jauh kita pernah kirim ke Turki. Kebetulan karena ada orang Aceh yang tinggal di Turki yang pesan bawang goreng Aceh, kita kirimnya lewat ekspedisi," jelasnya.