Bandung: Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan pengamatan hilal 1 Ramadan 1445 Hijriah di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Jalan Hariangbanga, Kota Bandung, Jawa Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024.
Menurut Kepala Observatorium Albiruni, Encep Abdul Rojak, pengamatan saat ini berada di koordinat tempat Lintang -6?54’12” LS, Bujur 107?36’32” BT dan ketinggian tempatnya 750 meter diatas permukaan laut. Proses pengamatan pun bekerja sama dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat serta Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Provinsi Jawa Barat.
"Hasil dari pengamatan ini akan dilaporkan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai bahan isbat awal Ramadan 1445 H," ujar Encep di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba.
Encep menerangkan, jtimak atau konjungsi terjadi pada pukul 16.01 WIB yang berarti posisi bumi, bulan, dan matahari berada pada satu garis astronomis.
"Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut umur bulan atau hilal sekitar 2 jam 7 menit," sambungnya.
Diakui Encep, pengamatan hilal akan dimulai saat matahari terbenam yaitu pukul 18.08 WIB. Durasi pengamatan hilal pun rencananya dilakukan selama lima menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 18.13 WIB.
"Saat matahari terbenam, hilal berada pada Azimuth 264?44’18” dan posisi matahari berada pada azimuth 265?57’16," sahut Encep.
Nilai ini, lanjut Encep, dihitung dari titik utara sejati ke arah timur-selatan-barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk.
"Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah utara/kanan matahari," ucapnya.
Encep menuturkan, pada saat matahari terbenam pukul 18.08 WIB, tinggi hilal sudah +0?59’10”, dan hilal terbenam pada pukul 18.13 WIB.
“Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini belum memenuhi batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat (imkan rukyat), yaitu kriteria +3?, sehingga hilal mungkin tidak dilihat,” ungkapnya.
Sementara itu Encep menerangkan, pengamatan dilakukan secara manual dan digital. Pengamatan digital menggunakan teropong Cem70 merk iOptron yang terpasang di dalam observatorium atau doom serta dibantu juga dengan kamera CCD hitam putih yang menghubungkan teropong dengan laptop dan terkoneksi juga ke Layar TV melalui HDMI.
"Untuk membuka kamera tersebut digunakan software Sharpcap yang berfungsi memonitor tangkapan hilal atau matahari pada teropong. Melalui software ini pun digunakan untuk mendokumentasikan hilal dalam bentuk foto atau video. Apabila hasilnya tidak diketahui secara jelas objeknya / hilalnya, akan dilakukan olah citra hilal dengan software lainnya seperti iris atau siril. Keduanya merupakan software astronomi yang berfungsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras," jelasnya.
Bandung: Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan pengamatan hilal 1 Ramadan 1445 Hijriah di
Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Jalan Hariangbanga, Kota Bandung, Jawa Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024.
Menurut Kepala Observatorium Albiruni, Encep Abdul Rojak, pengamatan saat ini berada di koordinat tempat Lintang -6?54’12” LS, Bujur 107?36’32” BT dan ketinggian tempatnya 750 meter diatas permukaan laut. Proses pengamatan pun bekerja sama dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat serta Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Provinsi Jawa Barat.
"Hasil dari pengamatan ini akan dilaporkan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai bahan isbat awal Ramadan 1445 H," ujar Encep di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba.
Encep menerangkan, jtimak atau konjungsi terjadi pada pukul 16.01 WIB yang berarti posisi bumi, bulan, dan matahari berada pada satu garis astronomis.
"Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut umur bulan atau hilal sekitar 2 jam 7 menit," sambungnya.
Diakui Encep, pengamatan hilal akan dimulai saat matahari terbenam yaitu pukul 18.08 WIB. Durasi pengamatan hilal pun rencananya dilakukan selama lima menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 18.13 WIB.
"Saat matahari terbenam, hilal berada pada Azimuth 264?44’18” dan posisi matahari berada pada azimuth 265?57’16," sahut Encep.
Nilai ini, lanjut Encep, dihitung dari titik utara sejati ke arah timur-selatan-barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk.
"Berdasarkan data ini,
bulan atau hilal berada di sebelah utara/kanan matahari," ucapnya.
Encep menuturkan, pada saat matahari terbenam pukul 18.08 WIB, tinggi hilal sudah +0?59’10”, dan hilal terbenam pada pukul 18.13 WIB.
“Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini belum memenuhi batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat (imkan rukyat), yaitu kriteria +3?, sehingga hilal mungkin tidak dilihat,” ungkapnya.
Sementara itu Encep menerangkan, pengamatan dilakukan secara manual dan digital. Pengamatan digital menggunakan teropong Cem70 merk iOptron yang terpasang di dalam observatorium atau
doom serta dibantu juga dengan kamera CCD hitam putih yang menghubungkan teropong dengan laptop dan terkoneksi juga ke Layar TV melalui HDMI.
"Untuk membuka kamera tersebut digunakan
software Sharpcap yang berfungsi memonitor tangkapan hilal atau matahari pada teropong. Melalui
software ini pun digunakan untuk mendokumentasikan hilal dalam bentuk foto atau video. Apabila hasilnya tidak diketahui secara jelas objeknya / hilalnya, akan dilakukan olah citra hilal dengan
software lainnya seperti iris atau siril. Keduanya merupakan
software astronomi yang berfungsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)