Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memimpin jumpa pers covid-19 Jatim, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu, 12 April 2020. Foto: Medcom.id/Amal
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memimpin jumpa pers covid-19 Jatim, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu, 12 April 2020. Foto: Medcom.id/Amal

Khofifah Minta Walkot Malang dan Surabaya Luruskan Data Kematian dan Pemakaman Covid-19

Amaluddin • 30 Juli 2021 17:17
Surabaya: Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta Wali Kota Malang dan Surabaya menjelaskan beda data kematian covid-19 dan data pemakaman covid-19 di Surabaya. Itu dilakukan agar tidak ada informasi simpang siur di masyarakat.
 
"Surabaya kemarin di tempat pemakaman umum (TPU) Keputih pemakamannya sekian-sekian. Saya kemudian menyampaikan ke Wali Kota Surabaya (Eri Cahyadi), iki ceritane yoopo pak (ini ceritanya bagaimana pak)?," kata Khofifah, di forum Gerakah Aksi Bersama Serentak Tanggulangi (Gebrak) Covid-19 yang diselenggarakan Universitas Airlangga (Unair) secara virtual, Jumat, 30 Juli 2021.
 
Kemudian lanjut Khofifah, Wali Kota Surabaya menjelaskan bahwa yang dimakamkan di TPU Keputih khusus Covid-19, sementara di TPU belum tentu memiliki hasil swab PCR. Dengan penjelasan gamplang dari Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim tak dicurigai memalsukan data.

Baca: Bela Diri Khofifah Dituduh Manipulasi Data Covid-19 Jatim
 
"'Ibu, yang ini belum swab PCR maupun antigen'. Mbok dijelasno to (tolong dijelaskan), Pak. Nanti dipikir Pemprov Jatim ini yang engineer data," kata Khofifah.
 
Padahal kata Khofifah, Pemprov Jatim hanyalah menyajikan data sebagaiamana laporan kabupaten/kota dalan sistem New All Record (NAR) milik Kementerian Kesehatan.
 
"Kalau jenengan (anda) input sekian ke NAR, lalu dari Kemenkes sekian, ya Pemprov atas dasar itu," katanya.
 
 

Selain di Surabaya, Khofifah mengaku juga meminta Wali Kota Malang menjelaskan hal serupa kepada publik. Tujuannya agar Pemprov tidak dituduh manipulasi data khususnya kematian akibat covid-19.
 
"Kemarin misalnya di Malang, yang sampai masuk di sebuah majalah, saya juga tanya pak wali ini bagaimana ceritanya, yang input ke NAR itu siapa, narasumber itu siapa, Artinya, kami minta agar itu diluruskan," ujarnya.
 
Seperti diketahui, Pemkot Surabaya memang mempublikasikan data pemakaman protokol Covid-19 harian. Data itu berbeda dengan catatan kasus meninggal karena Covid-19.
 
Baca: PKL Malioboro Kibarkan Bendera Putih
 
Kedua data tersebut mengalami selisih yang signifikan. Jika data kematian Covid-19 Surabaya perhari hanya berjumlah rata 1-10 kasus, sementara data pemakaman bisa mencapai rata-rata 100 kasus.
 
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan bahwa data warga yang pemekamanannya tercatat, dan dilakukan dengan protokol Covid-19, tak semuanya disertai dengan hasil swab PCR.
 
Meski demikian ia tetap mempublikasikannya. Sebab, menurutnya dengan membuka data pemakaman Covid-19, masyarakat akan lebih waspada terhadap bahaya Covid-19, dan disiplin protokol kesehatan. "Kalau buat saya gini, semakin saya membuka data, saya semakin tahu bahanya apa sih di Surabaya. Sehingga saya bisa mengambil kebijakan yang tepat," kata Eri.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan