Mengintip Kampung Stroberi di Pinggiran Kota Gudeg
Ahmad Mustaqim • 06 September 2021 08:28
Yogyakarta: Deretan pot berjajar beriringan dengan Sungai Gajahwong di Kampung Balirejo, Kelurahan Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Pemandangan ini tampak kontras dengan tepian sungai yang terhalang pagar besi atau talud beton penahan.
Pot-pot yang berjajar di kampung itu bukan sekadar hiasan. Warga menanaminya dengan tumbuhan stroberi yang bernilai ekonomi.
Supriyadi, salah satu pengurus tanaman buah itu menyebut tempat tinggalnya sebagai Kampung stroberi. Satu per satu pot ia kumpulkan hingga membentuk pagar tanaman stroberi.
"Sejak pinggiran sungai dibikin jalan jadi gersang. Kami punya ide bagaimana kalau diberi tamaman biar oksigennya nambah," kata Supriyadi, ditemui Medcom.id di Kampung Balirejo, Minggu, 5 September 2021.
Baca juga: BPBD Distribusikan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang Ngada NTT
Inovasi Supriyadi dimulai pada medio 2019. Bersama tetangganya, Tulus, ia memulai menanam berbagai jenis tumbuhan di pot dan ditempatkan di pinggiran Sungai Gajahwong.
Semula, ia dan Tulus menanam jambu madu Delhi, kelengkeng merah, dan alpukat aligator. Dalam perkembangannya, ia lantas menanam stroberi hingga cabai.
"Tidak menghitung modal awal sampai sekarang. Kebetulan saya tidak merokok, jadi menyisihkan uang jajan dan membelikan polibag dan media tanam," ujarnya.
Tak hanya membeli pot, sejumlah media tanam juga memanfaatkan sampah-sampah plastik. Sejumlah pot dibuat dari botol bekas, toples bekas, hingga plastik bekas bungkus minyak goreng.
Kini, tanaman stroberi mendominasi tepian kampung yang berbatasan dengan Kabupaten Bantul itu. Supriyadi memperkirakan, ada lebih dari 1.000 pot berisi tanaman stroberi. Khusus pot-pot besar diisi tanaman berbatang besar.
Upaya Supriyadi dan tetangganya mengembangkan wilayah kini didukung oleh 20 orang. Mereka terlibat secara bergantian mengelola Kampung Stroberi. Terlebih, saat pandemi membuat warga memiliki banyak waktu luang untuk bercocok tanam.
"Varian tanaman buah stroberi yang pernah ditanam di sana seperti california, mirlan, manohara, kelly, dan mencir. Stroberi jenis kelly sangat sulit berkembang jadi yang paling banyak ditanam jenis mirlan, mencir, dan california," ungkapnya.
Supriyadi menyatakan, sempat putus asa saat tanaman stroberi dihinggapi penyakit yang ia sebut trip. Penyakit itu membuat daun tanaman stroberi terlihat kering.
"Terus cari-cari info di Google, lalu dipraktikkan dan bisa (menghilangkan penyakit trip). Tanaman stroberi bisa subur kembali," ujarnya.
Dari Coklat Hingga Keripik Daun Stroberi
Supriyadi semringah saat memanen merahnya buah stroberi yang mulai masak. Ada bahagia yang ia rasakan.
Baginya, panen buah stroberi hasil menanam memiliki kepuasan batin tersendiri. Meskipun, jumlahnya tidak bisa dibilang besar.
"Panennya (buah stroberi) tak bisa serentak. Panen sedikit-sedikit. Terakhir itu paling banyak 1/4 kilogram," katanya.
Mulanya, setiap panen buah stroberi hanya dikonsumsi sendiri. Lambat laun, Supriyadi berinovasi dengan daun hingga buah stroberi yang diolah menjadi beragam jenis makanan.
Supriyadi menunjukkan tanaman stroberi yang subur. (Ahmad Mustaqim)
Daun muda stroberi diolahnya menjadi peyek. Selain itu, buah stroberi juga diolah menjadi sejumlah makanan. Mulai dari coklat stroberi, eggroll stroberi, sampai kembang goyang.
"Habis panen dikumpulkan jadi satu. Ibu-ibu di sini yang mengolah jadi macam-macam makanan," ujarnya.
Tak hanya itu, Supriyadi juga membuat bibit tanaman stroberi agar lebih banyak orang yang bisa memanfaatkan lahan sempit untuk bercocok tanam.
"Harapannya bisa semakin berkembang. Jadi ke depan bisa menarik wisatawan untuk singgah dan memetik sendiri buah stroberi," tutup dia.
Hai Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/Ovo @Rp 50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkesan. Salam hangat.
Yogyakarta: Deretan pot berjajar beriringan dengan Sungai Gajahwong di Kampung Balirejo, Kelurahan Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Pemandangan ini tampak kontras dengan tepian sungai yang terhalang pagar besi atau talud beton penahan.
Pot-pot yang berjajar di kampung itu bukan sekadar hiasan. Warga menanaminya dengan tumbuhan stroberi yang bernilai ekonomi.
Supriyadi, salah satu pengurus tanaman buah itu menyebut tempat tinggalnya sebagai Kampung stroberi. Satu per satu pot ia kumpulkan hingga membentuk pagar tanaman stroberi.
"Sejak pinggiran sungai dibikin jalan jadi gersang. Kami punya ide bagaimana kalau diberi tamaman biar oksigennya nambah," kata Supriyadi, ditemui Medcom.id di Kampung Balirejo, Minggu, 5 September 2021.
Baca juga:
BPBD Distribusikan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang Ngada NTT
Inovasi Supriyadi dimulai pada medio 2019. Bersama tetangganya, Tulus, ia memulai menanam berbagai jenis tumbuhan di pot dan ditempatkan di pinggiran Sungai Gajahwong.
Semula, ia dan Tulus menanam jambu madu Delhi, kelengkeng merah, dan alpukat aligator. Dalam perkembangannya, ia lantas menanam stroberi hingga cabai.
"Tidak menghitung modal awal sampai sekarang. Kebetulan saya tidak merokok, jadi menyisihkan uang jajan dan membelikan polibag dan media tanam," ujarnya.
Tak hanya membeli pot, sejumlah media tanam juga memanfaatkan sampah-sampah plastik. Sejumlah pot dibuat dari botol bekas, toples bekas, hingga plastik bekas bungkus minyak goreng.
Kini, tanaman stroberi mendominasi tepian kampung yang berbatasan dengan Kabupaten Bantul itu. Supriyadi memperkirakan, ada lebih dari 1.000 pot berisi tanaman stroberi. Khusus pot-pot besar diisi tanaman berbatang besar.