Malang: Sungguh mulia perbuatan yang dilakukan oleh Nur Miftahul Jannah, 39. Wanita yang hanya lulusan sekolah dasar itu terpanggil hatinya untuk mendirikan panti asuhan untuk bayi terlantar dan anak yatim yang tidak mampu.
Panti asuhan ini berada di bawah naungan Yayasan Peduli Kasih Kisah Nyata dan Jeritan Hati (KNDJH). Lokasinya di Jalan Muharto Gang V Nomor 36, RT03/RW10, Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur.
Miftah, sapaan akrabnya, bercerita, awal mula didirikannya panti asuhan ini didasari oleh kisah hidupnya. Semasa kecil, ia mengaku merupakan seorang bocah yang kurang kasih sayang lantaran menjadi korban perceraian orang tua.
"Saat saya sedih dan saat saya membutuhkan saya harus lari ke mana. Saya akhirnya berniatan ingin menampung anak-anak yang kurang kasih sayang," katanya saat ditemui, Senin 31 Januari 2022.
Awalnya Miftah memiliki inisiatif mendirikan panti asuhan ini sejak 2010 lalu. Kemudian ia mulai menampung anak-anak terlantar sejak 2012 silam hingga kemudian Yayasan Peduli Kasih KNDJH resmi terbentuk pada 2014.
"Apalagi saya sendiri juga belum dikaruniai anak. Saya selalu berdoa mana saja yang Allah jabahi. Saya dikaruniai anak sendiri atau saya dipercaya merawat anak-anak yang membutuhkan seperti ini," jelasnya.
Nur Miftahul Jannah, bersama anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Peduli Kasih Kisah Nyata dan Jeritan Hati (KNDJH).
Nama Kisah Nyata dan Jeritan Hati atau KNDJH diambil untuk menjadi nama yayasan panti asuhan, berdasarkan buku yang pernah ditulis oleh Miftah. Buku itu ia tulis saat ia masih menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri.
Saat itu, Miftah bekerja di luar negeri untuk menafkahi ibunya yang sedang sakit dan membantu perekonomian suaminya. Namun saat pulang ke kampung halamanhya, ibunya meninggal dunia, dan suaminya malah menikah lagi dengan wanita lain.
"Jadi saya yang nggak punya saudara kandung, merasa sepi. Apa yang harus saya lakukan, saya nggak memiliki siapa-siapa lagi. Berawal dari situlah saya menulis sebuah buku berjudul Kisah Nyata Dan Jeritan Hati," ungkapnya.
Ada dua panti di bawah naungan Yayasan Peduli Kasih KNDJH, yakni panti asuhan dan panti jompo yang berlokasi di Malang. Selain itu, pihak yayasan memiliki dua tim kesehatan di dua tempat yakni di Malang dan Lampung.
"Kita juga memiliki 6 unit ambulans gratis di Malang ada empat, di Lampung ada dua," terangnya.
Tampung 67 Bayi Terlantar dan Anak Yatim Piatu
Sejak 2012 hingga saat ini, panti asuhan Yayasan Peduli Kasih KNDJH telah menampung sebanyak 67 bayi terlantar dan anak yatim piatu. Awalnya, Miftah hanya menampung beberapa anak saja, namun lambat laun jumlah anak terus bertambah.
Puluhan anak ini diasuh oleh 14 orang pengasuh. Para pengasuh ini mayoritas merupakan warga sekitar panti asuhan yang dalam kondisi tidak mampu.
"Awalnya murni saya sendiri gak ada niatan buka panti asuhan. Ingin membantu saja. Tapi lama-lama bertambah terus ya akhirnya jadi panti asuhan," katanya.
Anak-anak yang berada di panti asuhan tersebut berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari anak yatim piatu yang masih memiliki keluarga, anak yatim yang tidak dirawat, hingga bayi yang dibuang oleh orang tuanya.
Mereka tidak hanya berasal dari Malang saja, tetapi dari berbagai wilayah di Indonesia. Mulai dari Bali, Kalimantan, Jawa Tengah, Yogyakarta dan lain-lain.
"Dari 67, ada dua anak yang meninggal karena kondisi sakit. Kan kita nggak cuma anak-anak yang sehat saja, ada yang kita asuh dalam kondisi sudah sakit. Kita disini mulai bayi sampai SMA. Kita rata-rata disini mulai 0 hari. Yang besar-besar itu, kebanyakan yatim, orangtuanya meninggal, nggak mampu terus dikasihkan ke saya," jelasnya.
Anak-anak yang diasuh di panti asuhan ini dipastikan memiliki identitas masing-masing. Miftah mengaku dimudahkan oleh pemerintah untuk mengurus administrasi identitas tersebut.
"Dari anak-anak yang awalnya nggak memiliki identitas, mereka sekarang sudah punya NIK, gabung dengan KK saya begitu. Saya memperjuangkan itu hampir tiga tahun
agar anak-anak ini memiliki identitas, karena saya kesulitan waktu anak-anak ini sekolah, waktu anak-anak ini sakit," ungkapnya.
Identitas anak-anak di panti asuhan ini tercatat dalam satu Kartu Keluarga (KK) milik Miftah. Bahkan, hingga saat ini, KK Miftah sudah berjumlah empat lembar.
"Kalau yang yatim piatu itu ada peninggalan identitas dari orang tuanya. Tapi anak-anak yang lain itu masuk KK saya, ada 36 anak yang terlantar. Kalau yang yatim piatu kan memiliki identitas peninggalan ortunya," imbuhnya.
Anak-Anak Tidak Boleh Merasa Sendiri
Miftah mengaku tak pernah membeda-bedakan status maupun kondisi anak-anak di panti asuhannya. Ia selalu membuat suasana agar anak-anak ini tidak merasa hidup di panti asuhan.
"Jadi saya memang nggak membiarkan mereka merasa hidup di panti asuhan atau kurang kasih sayang gitu. Jadi segala sesuatu memang harus saya usahakan biar mereka tumbuh normal seperti anak-anak yang lainnya," katanya.
Para anak-anak di panti asuhan ini biasa memanggil Miftah dengan sebutan Mama. Sedangkan, suami Miftah dipanggil Ayah dan para pengasuh dipanggil Ibu.
"Jadi yang terpenting saya selalu berharap anak-anak tidak mengalami kesedihan. Kalau membutuhkan sesuatu itu mereka tahu, carinya kemana. Pasti cari saya. Itu saja yang saya tumbuhkan itu. Jadi mereka nggak merasa nggak punya orang tua," ungkapnya.
Bahkan, Miftah juga membiayai sekolah untuk anak-anak di panti asuhannya. Biasanya, bila ada anak yang dalam waktu dekat memasuki masa sekolah, ia selalu membuka tabungan.
"Jadi kalau gini anak mau memasuki masa sekolah itu kita tabungkan. Kita tentukan ke beberapa anak yang sekolah," ujarnya.
Selama ini, Miftah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk membiayai panti asuhannya. Sehingga, ia merasa kebutuhannyan selalu tercukupi.
"Kalau saya merasa kurang Gusti Allah nanti marah. Alhamdulilah selama ini tercukupi semua. Allah masih memberi saya walaupun nggak banyak, tapi Allah masih memberi batas yang aman untuk terus masih ada orang yang peduli untuk anak-anak ini. Kalau saya ada kesusahan gitu pastilah Allah mengirimkan seseorang untuk membantu saya. Nggak tau darimana, mesti ada saja," bebernya.
Sejauh ini, Yayasan Peduli Kasih KNDJH masih belum membuka program adopsi. Sebab, pihak yayasan masih belum mengantongi izin resmi dari pemerintah setempat.
"Kita dulu berdirinya yayasan ini kan nggak menyangka bisa sejauh ini, nggak berpikir anak-anak ini banyak seperti ini. Dulu ini bisa lah bantu berapa anak gitu aja, tapi lambat laun karena anak-anak banyak ini kita akan berusaha agar mendapatkan izin resmi dari pemerintah agar kita memiliki program adopsi," terangnya.
Malang: Sungguh mulia perbuatan yang dilakukan oleh Nur Miftahul Jannah, 39. Wanita yang hanya lulusan sekolah dasar itu terpanggil hatinya untuk mendirikan panti asuhan untuk bayi terlantar dan anak yatim yang tidak mampu.
Panti asuhan ini berada di bawah naungan Yayasan Peduli Kasih Kisah Nyata dan Jeritan Hati (KNDJH). Lokasinya di Jalan Muharto Gang V Nomor 36, RT03/RW10, Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur.
Miftah, sapaan akrabnya, bercerita, awal mula didirikannya panti asuhan ini didasari oleh kisah hidupnya. Semasa kecil, ia mengaku merupakan seorang bocah yang kurang kasih sayang lantaran menjadi korban perceraian orang tua.
"Saat saya sedih dan saat saya membutuhkan saya harus lari ke mana. Saya akhirnya berniatan ingin menampung anak-anak yang kurang kasih sayang," katanya saat ditemui, Senin 31 Januari 2022.
Awalnya Miftah memiliki inisiatif mendirikan panti asuhan ini sejak 2010 lalu. Kemudian ia mulai menampung anak-anak terlantar sejak 2012 silam hingga kemudian Yayasan Peduli Kasih KNDJH resmi terbentuk pada 2014.
"Apalagi saya sendiri juga belum dikaruniai anak. Saya selalu berdoa mana saja yang Allah jabahi. Saya dikaruniai anak sendiri atau saya dipercaya merawat anak-anak yang membutuhkan seperti ini," jelasnya.
Nur Miftahul Jannah, bersama anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Peduli Kasih Kisah Nyata dan Jeritan Hati (KNDJH).
Nama Kisah Nyata dan Jeritan Hati atau KNDJH diambil untuk menjadi nama yayasan panti asuhan, berdasarkan buku yang pernah ditulis oleh Miftah. Buku itu ia tulis saat ia masih menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri.
Saat itu, Miftah bekerja di luar negeri untuk menafkahi ibunya yang sedang sakit dan membantu perekonomian suaminya. Namun saat pulang ke kampung halamanhya, ibunya meninggal dunia, dan suaminya malah menikah lagi dengan wanita lain.
"Jadi saya yang nggak punya saudara kandung, merasa sepi. Apa yang harus saya lakukan, saya nggak memiliki siapa-siapa lagi. Berawal dari situlah saya menulis sebuah buku berjudul Kisah Nyata Dan Jeritan Hati," ungkapnya.
Ada dua panti di bawah naungan Yayasan Peduli Kasih KNDJH, yakni panti asuhan dan panti jompo yang berlokasi di Malang. Selain itu, pihak yayasan memiliki dua tim kesehatan di dua tempat yakni di Malang dan Lampung.
"Kita juga memiliki 6 unit ambulans gratis di Malang ada empat, di Lampung ada dua," terangnya.
Tampung 67 Bayi Terlantar dan Anak Yatim Piatu
Sejak 2012 hingga saat ini, panti asuhan Yayasan Peduli Kasih KNDJH telah menampung sebanyak 67 bayi terlantar dan anak yatim piatu. Awalnya, Miftah hanya menampung beberapa anak saja, namun lambat laun jumlah anak terus bertambah.
Puluhan anak ini diasuh oleh 14 orang pengasuh. Para pengasuh ini mayoritas merupakan warga sekitar panti asuhan yang dalam kondisi tidak mampu.
"Awalnya murni saya sendiri gak ada niatan buka panti asuhan. Ingin membantu saja. Tapi lama-lama bertambah terus ya akhirnya jadi panti asuhan," katanya.
Anak-anak yang berada di panti asuhan tersebut berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari anak yatim piatu yang masih memiliki keluarga, anak yatim yang tidak dirawat, hingga bayi yang dibuang oleh orang tuanya.
Mereka tidak hanya berasal dari Malang saja, tetapi dari berbagai wilayah di Indonesia. Mulai dari Bali, Kalimantan, Jawa Tengah, Yogyakarta dan lain-lain.
"Dari 67, ada dua anak yang meninggal karena kondisi sakit. Kan kita nggak cuma anak-anak yang sehat saja, ada yang kita asuh dalam kondisi sudah sakit. Kita disini mulai bayi sampai SMA. Kita rata-rata disini mulai 0 hari. Yang besar-besar itu, kebanyakan yatim, orangtuanya meninggal, nggak mampu terus dikasihkan ke saya," jelasnya.
Anak-anak yang diasuh di panti asuhan ini dipastikan memiliki identitas masing-masing. Miftah mengaku dimudahkan oleh pemerintah untuk mengurus administrasi identitas tersebut.
"Dari anak-anak yang awalnya nggak memiliki identitas, mereka sekarang sudah punya NIK, gabung dengan KK saya begitu. Saya memperjuangkan itu hampir tiga tahun
agar anak-anak ini memiliki identitas, karena saya kesulitan waktu anak-anak ini sekolah, waktu anak-anak ini sakit," ungkapnya.
Identitas anak-anak di panti asuhan ini tercatat dalam satu Kartu Keluarga (KK) milik Miftah. Bahkan, hingga saat ini, KK Miftah sudah berjumlah empat lembar.
"Kalau yang yatim piatu itu ada peninggalan identitas dari orang tuanya. Tapi anak-anak yang lain itu masuk KK saya, ada 36 anak yang terlantar. Kalau yang yatim piatu kan memiliki identitas peninggalan ortunya," imbuhnya.