Surabaya: Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan antisipasi banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo menjelang musim hujan. Salah satunya menyiapkan kantung pasir (sandbag) untuk dipasang di tanggul sungai.
"Sebenarnya sandbag-nya sudah tinggi, kami berharap ada kanalisasi di titik-titik Bengawan Solo, khususnya saat intensitas hujan tinggi, mengantisipasi adanya luapan air dari sungai," ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, di Surabaya, Selasa, 24 Desember 2019.
Menurut Khofifah, ada solusi tepat untuk mencegah terjadinya banjir akibat luapan sungai seperti Bengawan Solo, yakni pembuatan sodetan sungai. Sodetan itu untuk mengalirkan air sungai agar tidak meluap dan menyebabkan banjir.
Sedikitnya Sungai Bengawan Solo butuh lima sodetan. Namun, masalah sodetan ini harus dikoordinasikan dengan pemerintah pusat, karena kewenangan sungai besar ada di pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Pembuatan sodetan sebagai solusi luapan mengatasi banjir cukup mahal. Rupanya itu (sodetan) butuh biaya triliunan. Kita harus pahami pendistribusian anggaran di PUPR," katanya.
Khofifah mengaku telah melakukan rapat dan koordinasi dengan 10 Balai Besar Wilayah Sungai yang ada di bawah naungan Kementerian PUPR. Untuk sementara ini, sebagai upaya antisipasi banjir akibat luapan Bengawan Solo, Khofifah punya rencana lain yang dalam waktu dekat akan dilakukan.
"Saya ingin mengajak semua pihak punya gerakan mengumpulkan biji-bijian apa saja. Gerakan ini sudah kami koordinasikan dengan Danlanud Abdurrahman Saleh. Kami ingin menggunakan helikopter untuk tabur biji (di sepanjang Bengawan Solo)," kata Khofifah.
Gerakan mengumpulkan benih tanaman dan menebarnya di sepanjang DAS Bengawan Solo itu, diharapkan bisa menjadi solusi jangka panjang di daerah bantaran sungai yang gundul. Akar pohon yang keras dapat memperkuat tanah dan mencegah erupsi, selain itu pepohonan dapat menyerap air hujan sehingga tidak sampai terjadi banjir.
Gerakan menabur biji atau benih tumbuhan di bantaran Bengawan Solo akan mulai dilakukan pada 26 Desember mendatang. "Jadi bantaran sungai yang gundul-gundul itu, semoga setelah ditabur biji bisa tumbuh. Semakin banyak biji yang ditabur, sebagian yang gundul itu bisa tumbuh lagi," kata mantan Menteri Sosial itu.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/dN6rVLvN" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
Surabaya: Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan
antisipasi banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo menjelang musim hujan. Salah satunya menyiapkan kantung pasir (
sandbag) untuk dipasang di tanggul sungai.
"Sebenarnya
sandbag-nya sudah tinggi, kami berharap ada kanalisasi di titik-titik Bengawan Solo, khususnya saat intensitas hujan tinggi, mengantisipasi adanya luapan air dari sungai," ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, di Surabaya, Selasa, 24 Desember 2019.
Menurut Khofifah, ada solusi tepat untuk mencegah terjadinya banjir akibat luapan sungai seperti Bengawan Solo, yakni pembuatan sodetan sungai. Sodetan itu untuk mengalirkan air sungai agar tidak meluap dan menyebabkan banjir.
Sedikitnya
Sungai Bengawan Solo butuh lima sodetan. Namun, masalah sodetan ini harus dikoordinasikan dengan pemerintah pusat, karena kewenangan sungai besar ada di pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Pembuatan sodetan sebagai solusi luapan mengatasi banjir cukup mahal. Rupanya itu (sodetan) butuh biaya triliunan. Kita harus pahami pendistribusian anggaran di PUPR," katanya.
Khofifah mengaku telah melakukan rapat dan koordinasi dengan 10 Balai Besar Wilayah Sungai yang ada di bawah naungan Kementerian PUPR. Untuk sementara ini, sebagai upaya antisipasi banjir akibat luapan Bengawan Solo, Khofifah punya rencana lain yang dalam waktu dekat akan dilakukan.
"Saya ingin mengajak semua pihak punya gerakan mengumpulkan biji-bijian apa saja. Gerakan ini sudah kami koordinasikan dengan Danlanud Abdurrahman Saleh. Kami ingin menggunakan helikopter untuk tabur biji (di sepanjang Bengawan Solo)," kata Khofifah.
Gerakan mengumpulkan benih tanaman dan menebarnya di sepanjang DAS Bengawan Solo itu, diharapkan bisa menjadi solusi jangka panjang di daerah bantaran sungai yang gundul. Akar pohon yang keras dapat memperkuat tanah dan mencegah erupsi, selain itu pepohonan dapat menyerap air hujan sehingga tidak sampai terjadi banjir.
Gerakan menabur biji atau benih tumbuhan di bantaran Bengawan Solo akan mulai dilakukan pada 26 Desember mendatang. "Jadi bantaran sungai yang gundul-gundul itu, semoga setelah ditabur biji bisa tumbuh. Semakin banyak biji yang ditabur, sebagian yang gundul itu bisa tumbuh lagi," kata mantan Menteri Sosial itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DMR)